2.000 Ton Beras Impor Asal Thailand Masuk di Sultra

783
Jatah Rastra Empat Kabupaten di Sultra Belum 100 Persen Dibagikan
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Urusan Logistik (Bulog) Devisi Regional (Divre) Sulawesi Tenggara (Sultra) mendatangkan beras impor dari Thailand sebanyak 2.000 ton.

Kepala Bidang OPS dan Pelayanan Publik Bulog Sultra Farid Nur menjelaskan, impor tersebut untuk menjaga ketersediaan bahan pokok beras di Bulog agar tetap terkendali.

Selain itu, alasan lain didatangkannya beras asal Thailand karena historisnya di bulan Januari, penyerapan Bulog Sultra terhadap beras selalu sedikit. Sehingga, kebijakan tersebut diambil untuk menjaga agar ketersediaan stok di gudang Bulog tetap terjaga.

Dijelaskan, ketersedian stok beras di Bulog Sultra per 17 Desember 2018 sebanyak 14.000 ton. Di mana 12.000 ton itu berasal dari dalam negeri (DN) dan sebanyak 2.000 ton beras tersebut berasal dari Thailand.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Sebanyak 14.000 ton yang ada saat ini diserap dari petani yang ada di Sultra, khususnya dari Kabupaten Bombana, Konawe, Konawe Selatan (Konsel), Kolaka, Kolaka Timur (Koltim), dan daerah lainnya di Sultra yang menjadi penghasil beras.

“Bulog melakukan impor beras, karena Januari 2018 lalu serapan beras kita sangat minim. Olehnya itu, kami melakukan impor untuk tetap menjaga kestabilan stok beras tersebut,” ungkap Farid Nur saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (18/12/2018).

Lanjutnya, pada tahun 2018 Bulog Sultra menargetkan serap 32 ribu ton beras, sementara yang terserap baru hingga saat ini 14 ribu ton. Pada 2017 pun, dari target 27 ribu ton hanya mampu menyerap 17 ribu ton.

BACA JUGA :  Indosat membukukan pendapatan sebesar Rp51,2 triliun di tahun 2023

Ia juga menjelaskan impor ini melalui menteri perdagangan RI dan selanjutnya diserap oleh Bulog dan didistribusikan kepada masyarakat dengan harga di bawah HET.

Pihaknya melakukan operasi pasar dengan menjual beras seharga Rp8.500 per kilo. Harga tersebut dijual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp9.450.

Ia pun berharap masyarakat membeli kebutuhan pokok di Bulog melalui operasi pasar dengan harga di bawah HET, sehingga kenaikan harga-harga di pasar tidak terlalu signifikan, karena kurangnya permintaan dari pembeli stok, pedagang banyak sehingga dapat mempengaruhi penurunan harga. (b)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini