Angka Kemiskinan Sultra Menurun, Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Malah Meningkat

203
Angka Kemiskinan Sultra Menurun, Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Malah Meningkat
Atqo Mardianto

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Angka kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) secara statisik memang menurun. Akan tetapi indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan malah meningkat dari tahun sebelumnya.

Angka Kemiskinan Sultra Menurun, Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Malah Meningkat
Atqo Mardianto

Hal itu tampak dari rilis yang disampaikan BPS Sultra, Senin (18/7/2016). Indeks kedalaman (P1) dan keparahan (P2) kemiskinan meningkat pada Maret 2016 jika dibandingkan dengan September 2015.

Kepala BPS Sultra Atqo Mardianto mengungkapkan, dalam kurun waktu September 2015 hingga Maret 2016, jumlah masyarakat Sultra yang berada di bawah garis kemiskinan sebanyak 326, 87 ribu orang, terdiri dari masyarakat perkotaan sebanyak 51,01 ribu orang dan masyarakat pedesaan sebanyak 275,86 orang dengan angka Garis Kemiskinan (GK) Rp 277.228 per kapita per bulan.

“Artinya jika ada masyarakat yang memiliki pengeluaran di atas Rp 277.288 per bulan, maka dia tidak miskin akan tetapi jika berada di bawahnya berati dia masuk kategori miskin,” ungkap Atqo.

Pada September 2015, angka kemiskinan di Sultra tercatat sebanyak 345,02 ribu orang atau sekitar 13,74 persen dari jumlah penduduk Sultra. Sedangkan pada Maret 2016, angka tersebut turun sebesar 18,15 ribu orang menjadi 326,87 ribu orang atau 12,88 persen.

Namun, penurunan tersebut berbanding terbalik dengan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang terjadi di Sultra.

Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan merupakan indikator penentu kemampuan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan apakah mendekati garis kemiskinan atau tidak.

Artinya, jika jumlah pengeluaran suatu rumah tangga semakin jauh dari angka garis kemiskinan sebesar Rp 277.288, maka itu menunjukkan bahwa rumah tangga tersebut semakin miskin, akan tetapi jika sebaliknya maka indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan akan menurun.

Data September 2015 ke Maret 2016 menunjukkan indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) meningkat yang tadinya, P1 sebesar 2,05 persen menjadi 2,76 persen sedangakan P2 sebesar 0,49 persen menjadi 0,90 persen.

Menurut Atqo, salah satu penyebab terjadinya fenomena itu adalah dampak dari kenaikan harga barang makanan dan non makanan yang juga menyebabkan naiknya angka Garis Kemiskinan (GK) dimana tahun sebelumnya di September 2015 yang hanya sebesar Rp 269.516 rupiah atau naik sekitar 2,88 persen. (B)

 

Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini