Ayah Hanya Juru Parkir, Bayi Penderita Tumor di Kendari Ini Butuh Biaya Operasi

107
Anita Putri, hanya bisa terbaring lemas. Sesekali bayi mungil, pasangan Rindi dan Muhammad Anto, itu mengeluarkan suara rintihan. (Lukman/ZONASULTRA.COM)
Anita Putri, hanya bisa terbaring lemas. Sesekali bayi mungil, pasangan Rindi dan Muhammad Anto, itu mengeluarkan suara rintihan. (Lukman/ZONASULTRA.COM)
Anita Putri, hanya bisa terbaring lemas. Sesekali bayi mungil, pasangan Rindi dan Muhammad Anto, itu mengeluarkan suara rintihan. (Lukman/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM,KENDARI- Anita Putri, hanya bisa terbaring lemas. Sesekali bayi mungil, pasangan Rindi dan Muhammad Anto, itu mengeluarkan suara rintihan.

Ya tak ada kata-kata, hanya rintihan. Mungkin menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuh mungilnya.

Sedih sekaligus mengharukan, saat awak Zonasultra.com, berkunjung ke kediaman bocah mungil itu Minggu (4/9/2016) siang, tepatnya di seputaran Jalan Balai Kota 3, Lorong Pemadam, Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia, Nomor 159, didampingi ibundanya, Rindi (22), Anita Putri, terbaring tak berdaya melawan penyakit tumor sebesar tempurung kelapa yang bersarang di bagian bokong.

Pelipis kanan Anita pun memar kemerahan, akibat sepanjang hari hanya bisa berbaring satu arah.

“Iya setiap hari begini saja, anak saya tidak bisa bergerak lincah seperti bayi seusianya,” ujar Rindi pilu.

Menurut Rindi, penyakit yang diderita putri keduanya tersebut sudah sejak lahir.

Mirisnya tumor yang terus membesar di tulang belakang Anita juga membuat penglihatan bayi mungil itu terganggu.

Menginjak usia enam bulan Anita masih belum bisa melihat. Tumor yang menyerang Anita membuat saraf penglihatanya terjepit.

Soleh menggendong anak pertamanya. Foto : Lukman/ZONASULTRA.COM
Soleh menggendong anak pertamanya.

Bayi malang ini sempat dirawat di Rumah Sakit Bahteramas selama lima hari, namun lanjut Rindi pihak rumah sakit menyarankan agar putrinya di rujuk ke Makassar. Saat itu pihak rumah sakit menyatakan tak mampu mengoperasi Rindi karena keterbatasan peralatan.

Sayangnya rujukan pihak rumah sakit untuk membawa Anita ke Makassar, terpaksa diindahkan. Sebabnya tak ada biaya. Operasi dan biaya perawatan mahalnya luar biasa. Pendapatan suaminya, Muhammad Anto alias Soleh, jauh dari cukup.

Untuk kebutuhan sehari-hari saja, dia dan suaminya harus cerdik mengakali pendapatan yang tidak seberapa. Dalam sehari pendapatan Soleh, sebagai juru parkir di salah satu pusat perbelanjaan di Ibukota Provinsi Sultra hanya berkisar Rl 20 hingga Rp 40 ribu. Pendapatan yang kecil itu harus dibagi untuk berbagai kebutuhan.

Sebut saja kebutuhan sehari-hari mereka mulai dari makanan minuman, susu formula, popok untuk Anita, dan Dita putri pertama mereka yang berusia 18 bulan. Tentu yang tak boleh dilupakan menyisihkan pendapatan untuk obat-obatan Anita.

Sejumlah kerabat dan tetangga yang turut bersimpati dengan kondisi Anita turut membantu ada yang memberikan obat dan uang sekadarnya. Dari situlah terkadang digunakan untuk membeli obat-obatan herbal penghilang rasa sakit sang buah hati.

“Dia pintar tidak rewel sekali memang sering menangis tapi kalau diusap-usap pantatnya dia diam,” ujar Soleh dengan nada lirih mengurai cerita perihal penyakit tumor Anita.

Kini Soleh hanya bisa berharap uluran tangan para dermawan yang ingin membantu pengobatan anaknya.

Dengan wajah tertunduk Soleh mengungkapkan jika hingga saat ini ia bersama istrinya hanya bisa berdoa untuk kesembuhan anak bungsunya itu.

“Kami tidak berhenti memanjatkan doa, Anita bisa sehat seperti anak-anak lain dan ada dermawan yang mau membantu pengobatanya,” ujar Soleh sembari berkaca-kaca menahan air mata.(A)

 

Reporter : Lukman Budianto
Editor : Tahir Ose

  • TOPIK
  • *

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini