Banjir Berulang di Dua Desa, Pemda Koltim Berupaya Cari Solusi

148
Banjir Berulang di Dua Desa, Pemda Koltim Berupaya Cari Solusi
BANJIR - Rusaknya tanggul Sungai Wungguloko, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), menjadi salah satu pemicu utama banjir yang setiap tahunnya menimpa warga Desa Wungguloko dan Desa Pumbeyaho. (SAMRUL/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Rusaknya tanggul Sungai Wungguloko, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), menjadi salah satu pemicu utama banjir yang setiap tahunnya menimpa warga Desa Wungguloko dan Desa Pumbeyaho.

Bupati Koltim Tony Herbiansyah mengatakan bakal berjuang sepenuhnya untuk mencari jalan keluar atau solusi guna menyelesaikan persoalan tersebut. Pemerintah Daerah (Pemda) Koltim juga melihat lebih jauh titik-titik kerusakan pada sungai terutama pada area pembuangan sungai.

“Karena di Wungguloko itu sendiri ada lahan-lahan tertentu yang tidak bisa digarap sebab masuk dalam kawasan hutan lindung. Kita harus minta izin dulu dan sebagainya. Panjang persoalannya. Tapi yang jelas kita sudah mengambil langkah-langkah untuk menangani masalah itu, ” ujar Tony, Senin (25/2/2016).

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem Sultra ini juga menjelaskan, alokasi dana perbaikan untuk sungai Wungguloko tidak ada dalam tahun 2019 ini. “Tapi di situlah dilihat kelihaiannya seorang kepala daerah untuk mengatasi masalah. Tanpa anggaran sekalipun kita akan berupaya melakukan penanganan,” katanya.

(BACA JUGA : Tiga Kecamatan di Koltim Terendam Banjir)

Pernyataan Bupati Koltim itu mendapat apresiasi dari salah seorang warga dusun Desa Wungguloko, Andi Muhammad Arifuddin. Dia adalah warga yang sudah bermukim di Dusun IV Desa Wungguloko sejak tahun 1992 silam.

“Syukurlah kalau pak bupati mau memikirkan dan mau mencari solusi atas apa yang kami hadapi setiap tahunnya. Karena itu juga yang diharapkan masyarakat. Supaya juga kami tidak kebanjiran lagi. Apalagi pak bupati mau berpartisipasi mencarikan dana di pusat ya terimakasih banyak,” tutur Arifuddin.

Arifuddin mengungkapkan, banjir yang terjadi pada awal Februari 2019 ini adalah baru banjir permulaan. Sedangkan puncak banjir besar (parah) biasanya terjadi pada bulan Mei atau Juni.

Ia khawatir, banjir besar nanti akan membuat beberapa anak sekolah utamanya murid Sekolah Dasar (SD) susah untuk pergi sekolah. “Kalau biasanya anak-anak sekolah kalau musim banjir besar susah pergi sekolah. Karena harus digendong bahkan diantar ke sekolah harus naik perahu. Mana lagi kalau pulang dari sekolah. Kasihan kami di sini,” sebutnya.

Pria berusia 50 tahun itu juga mengharapkan agar Bupati Koltim bisa segera merealisasikan pembenahan tanggul yang jebol sehingga masyarakat yang bercocok tanam di Wungguloko (daerah rawan banjir) bisa menikmati hasil perkebunannya terutama pada hasil dari tanaman jangka pendek sebagai penyambung hidup.

“Karena terus terang waktu banjir baru-baru ini, semua tanaman jagung saya yang ada di belakang rumah habis dibawa banjir. Ada sepuluh kilo saya hambur habis semuanya baik bibit jagung yang belum tumbuh maupun baru tumbuh habis hanyut semua. Kalau kerugian sampai jutaan rupiah, ” ujar Arifuddin.

Hal senada juga disampaikan, Kepala Dusun V Wungguloko, Jumarding. “Kalau bisa tanggul yang jebol itu bisa secepatnya diperbaiki. Bagus sekali mi kalau pemerintah daerah mau memperhatikan dan menyelesaikan masalah kami,” ucap Jumarding pada Selasa (26/2/2019) via telepon.

Sebagai informasi, Banjir yang menimpa warga desa Wunggoloko dan Desa Pombeyaho acap kali terjadi setiap tahun. Apalagi bila musim hujan datang, warga dipastikan merasakan genangan banjir. Ketinggiannya bahkan bisa mencapai dada orang dewasa.

Banjir yang terjadi itu disebabkan jebolnya tanggul sungai Wungguloko. Selain itu, dipengaruhi juga oleh tumpukan sampah kayu yang membentang dan menghalangi laju air menuju Taman Nasional Rawa Aopa (TNRA) Kabupaten Konawe. Pendangkalan sungai juga ikut menjadi penyebab meluapnya air sungai Wungguloko.

Banjir terakhir terjadi pada awal Februari ini. Setidaknya, puluhan dan ratusan hektar tanaman penduduk terendam banjir. Warga pun banyak mengalami kerugian material.

Beberapa fasilitas seperti SD, masjid dan kantor desa ikut terendam seperti yang terjadi di Desa Pombeyaho. Saat ini warga di dua desa hanya bisa pasrah seraya menanti partisipasi dari pemerintah daerah, provinsi maupun pusat untuk mengatasi masalah mereka. (A)

 


Kontributor : Samrul
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini