Desa Liya Togo Resmi Ditetapkan Sebagai Desa Wisata

608
Desa Liya Togo Resmi Ditetapkan Sebagai Desa Wisata
PERESMIAN - Pemukulan Gong oleh Sektetaris Daerah Kabupaten Wakatobi yang didampingi Wa Ode Hansina Bolu tanda peresmian ditetapkannya Desa Liya Togo sebagai Desa Wisata. (Nova Ely Surya/ZONASULTRA.COM)
Desa Liya Togo Resmi Ditetapkan Sebagai Desa Wisata
PERESMIAN – Pemukulan Gong oleh Sektetaris Daerah Kabupaten Wakatobi yang didampingi Wa Ode Hansina Bolu tanda peresmian ditetapkannya Desa Liya Togo sebagai Desa Wisata. (Nova Ely Surya/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, WANGIWANGI – Desa Liya Togo, Kecamatan Wangiwangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara resmi ditetapkan sebagai Desa Wisata, Minggu (9/4/2017), yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Sekretaris Daerah Wakatobi, Muhammad Ilyas Abibu didampingi anggota DPD RI Wa Ode Hamsinah Bolu.

Desa Liya Togo ditetapkan sebagai desa wisata karena ada beberapa wisata unggulan yang perlu dikembangkan, yaitu sisa peninggalan kejayaan kerajaan Liya seperti aset kerajaan, benteng, mesjid tua, lafa, baruga dan kekayaan budaya lokal seperti tarian-tarian.

BACA JUGA :  PLN Terus Upayakan Pemulihan Kondisi Kelistrikan di Wangiwangi
Desa Liya Togo Resmi Ditetapkan Sebagai Desa Wisata
La Ode Harisi

Dalam peresmian desa wisata ini, ditampilkan pesta budaya yang memamerkan beragam atraksi budaya antara lain Tamburu Liya, Honari Mosega, Honari Wowine, Lariangi Liya, Mansa’a, Mangani’a dan Kadandio serta beberapa tarian lainnya.

Dengan tema “may toposa’asa sabha’ang kita ako teleama ako nu togonto–artinya mari kita semua bersatu untuk kebaikan kampung (daerah) kita, perhelatan budaya yang kurang lebih hampir 31 tahun hilang dari Bumi Keraton Liya baru dipertunjukkan kembali hari ini.

Baca Juga : 5 Hal Ini Bisa Hambat Pengembangan Wisata Wakatobi

BACA JUGA :  PLN Terus Upayakan Pemulihan Kondisi Kelistrikan di Wangiwangi

“Mangani’a terakhir di pertunjukan pada tahun 1986, sekitar 31 tahun yang lalu yang tujuannya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas rahmat-Nya suatu bangunan bisa diperbaiki kembali, baruga misalnya, lafa, batanga, direnovasi dan diganti atapnya,” ungkap Miantu’u Liya atau Ketua Adat Liya Raya Laode Muhammad Ali yang akrab disapa La Ode Harisi.

Dia melanjutkan, Mangani’a merupakan ajang silaturahmi yang memiliki 3 unsur filosofi yakni gotong royong, syukuran dan kebersamaan serta (5S) salam, sapa, sopan, santun, dan sabar.

“Vakumnya kepengurusan adat di Liya pululuhan tahun terakhir membuat Mangani’a tidak pernah lagi ditampilkan. Dan baru-baru ini kepengurusan adat itu kembali dikukuhkan sehingga Mangani’a dimunculkan kembali,” ujarnya. (B)

 

Reporter : Nova Ely Surya
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini