El Nino Menguat, Sultra Diprediksi Alami Kemarau Panjang

61

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino di Indonesia kini telah mencapai level kuat dan akan terus berlangsung hingga Desember 2015 mendatang. Kondisi ini menyebabkan musim kemarau akan semakin panjang di berbagai lokasi di Tanah Air. El Nino juga akan memperlambat datangnya musim hujan.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Maritim BMKG Kendari, Aris Yunatas mengatakan, untuk wilayah Sultra siklus musim kemarau terjadi pada Agustus hingga Oktober. Namun, dengan adanya fenomena El Nino bisa memicu kemarau panjang terjadi di provinsi ini.

“Kalau kita di sini kan musim kemarau memang Agustus-Oktober, tapi tahun ini karena ada fenomena El Nino, maka diprediksi akan terjadi kemarau panjang. Beberapa daerah juga curah hujannya sudah mulai berkurang,” terang Aris di ruang kerjanya, Jumat (7/8/2015).

Berdasarkan laporan dari Stasiun Maritim Betoambari Baubau, beberapa wilayah di Kabupaten Muna sudah mengalami kekeringan. Seperti di Parigi dan Kabawo curah hujan selama Juli hanya berada di bawah 20 mm. Bahkan di Tongkuno sama sekali tidak terdapat curah hujan.

Lebih lanjut Aris menerangkan, monitoring hari tanpa hujan (HTH) di wilayah Sultra per 31 Juli menunjukkan beberapa daerah di Sultra berada pada rentang sangat pendek hingga panjang. HTH Kendari sangat pendek (1-5) hari, HTH Baubau pendek (6-10) hari dan HTH Kolaka panjang (21-30) hari.

“Tidak ada daerah di Sultra yang menunjukkan kekeringan ekstrim,” kata Aris.

Mengingat El Nino yang telah mencapai level kuat, Aris mengimbau masyarakat untuk menghemat air karena persedian air tanah juga akan semakin berkurang. Para petani juga diminta untuk mengganti pola tanam dan menanam tanaman yang rentang dengan kekeringan. Tak hanya itu, masyarakat yang beraktivitas di sekitar hutan harus berhati-hati untuk tidak menyalakan api atau membuang puntung rokok sembarangan karena bisa memicu kebakaran.

El Nino merupakan gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sekitar katulistiwa khususnya di bagian tengah dan timur.

Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan iklim. Dalam laman resmi BMKG dinyatakan, dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia umumnya hangat. Ini membuat proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk.

Namun saat fenomena El Nino terjadi, perairan sekitar Indonesia umumnya tak seperti biasanya karena suhunya turun. Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. Hal ini berdampak pada pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di Indonesia.

Tren penguatan El Nino 2015 ini ditunjukkan oleh kenaikan indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) dari 1,8 pada Juli menjadi 2,2 pada Desember 2015.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini