Jalan ‘Setan’, Julukan Morosi Seperti Melewati Kawasan Angker

605
Jalan 'Setan', Julukan Morosi Seperti Melewati Kawasan Angker
JALAN RUSAK-Jalan penghubung kota Kendari dengan Kabupaten Konut, di Kecamatan Morosi dan Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe kian bertambah parah, puluhan mobil kandas ditengah kubangan lumpur. Bahkan, kini untuk melintasi harus membayar tarif jasa perbaikan jalan kepada sekelompok pemuda dan membuat harga barang di Konut mengalami kekosongan dan melonjak naik.(Jefri/ZONASULTRA.COM).

Jalan 'Setan', Julukan Morosi Seperti Melewati Kawasan Angker JALAN RUSAK – Jalan penghubung kota Kendari dengan Kabupaten Konut, di Kecamatan Morosi dan Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe kian bertambah parah, puluhan mobil kandas ditengah kubangan lumpur. Bahkan, kini untuk melintasi harus membayar tarif jasa perbaikan jalan kepada sekelompok pemuda dan membuat harga barang di Konut mengalami kekosongan dan melonjak naik. (Jefri/ZONASULTRA.COM).

 

ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Sekitar 40 ribu masyarakat di kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra) dirugikan akibat bertambah rusaknya jalan di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.

Jalan poros penghubung satu-satunya antara Kabupaten Konut, Konawe dan Kota Kendari itu kini dijuluki ‘Jalan Setan’ karena setiap orang yang melintasi jalur itu akan mengalami kecelakaan. Layaknya melintasi kawasan angker.

Kerusakan jalan yang berada diwilayah pimpinan Keri Saiful Konggoasa selaku Bupati Konawe itu menjadikan Konut sebagai daerah terisolasi.

Masyarakat menderita, karena pasokan bahan makan dan bangunan dari kota Kendari ke daerah itu semakin sulit. Semua harga barang baik sembako, sayuran, bahan bangunan, BBM, Gas LPG naik drastis hingga dua kali lipat dari harga normal. Bahkan, saat ini terjadi kelangkaan bahan pangan dan bangunan di daerah itu.

Jalan yang penuh lumpur, kubangan air dan berlubang hingga setinggi lutut orang dewasa itu membuat para pengendera yang akan melintasi jalan yang dalam tanggung jawab PPK 10 PJN Wilayah ll Sultra Balai XIV Palu itu trauma dan merasa takut.

Bahkan, banyak warga kini mengeluhkan kendaraanya yang mulai rusak karena sering tertanam dalam lumpur saat melewati jalan di Morosi.

(Berita terkait : Jalan Morosi Tambah Hancur, Harga Bahan Bangunan Meroket, Kades di Konut Menjerit)

Seperti yang dialami Dirman, warga Konut yang hendak menuju Kota Kendari. Dikatakan, dalam menumpuh perjalanan melintasi daerah Morosi saat ini mencapai 7 jam. Padahal sebelumnya hanya 2 jam saja. Hal itu dikarenakan kondisi jalan yang hancur ditambah seringkalinya terjadi kemacetan panjang gara-gara kendaraan jenis roda empat sering tertanam.

“Saya ini 1 bulan sudah 10 kali motorku keluar masuk bengkel gara-garanya lewat di Morosi. Itu jalan setan namanya karena setiap kita lewat ada-ada saja yang rusak motor,”Kata Dirman dijumpai disalah satu bengkel di Kecamatan Sawa dengan nada keluh, Selasa (22/82/2017).

Kerusakan jalan panjang sekitar 20 kilo meter Morosi dengan itu terjadi sejak 3 bulan terakhiri ini. Mirisnya, pemerintah juga terkesan tak punya upaya untuk memperbaiki kerusakan halan itu. Mungkin karena mereka tak pernah melintasi jalur itu.

Parahnya lagi, kerusakan jalan di Morosi itu, kini melahirkan sekelompok orang yang merauk keuntungan dibalik hancurnya jalan tersebut. Bayangkan, mobil yang hendak melintas harus membayar retribusi pada sekelompok orang sampai dengan Rp 300 ribu setiap kali melintas. Itu dihitung perkendaraan.

Mislimin, salah seorang pengendara mobil yang menggunakan jalur tersebut saat mudik mengeluhkan kejadian itu. Kata dia, setiap kali melintas, dia harus menguras isi dompetnya hingga ratusan ribu untuk membayar jasa perbaikan jalan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berjejer dijalan itu.

“Kalau Rp 300 ribu tiap kali melintas berarti kalau dalam 1 bulan kita rutin lewat bisa mencapai 9 juta. Hancur kita ini masyarakat kalau begitu. Sementara pemerintah terkait biarkan saja ini jalan tambah rusak. Ini bukanmi jalan manusia tapi jalan setan mi namanya,” tukasnya.

Masyarakat kini menaruh harapan besar kepada pemerintah. Baik itu di daerah maupun pusat agar segera berupaya memperbaiki jalan tersebut.

“Kami masyarakat Konut yang tersiksa dan menderita. Kita seperti kembali ke tahun 80an. Bupati Konut sudah laporkan ke Presiden sampai membuat jalan alternatif. Sementara dari Provinsi dan Konawe yang punya wilayah belum ada tindakan. Paling tidak mereka berupayalah untuk memperbaiki supaya meringankan beban masyarakat pengendara,” tambah Muksin, salah seorang pengendara dijumpai saat hendak melintasi jalan morosi.

Seperti diberitakan sebelumnya, jalan penghubung antara Konawe dan Konawe Utara tepatnya di Kecamatan Morosi mengalami rusak parah. Hal itu terjadi dikarenakan, jalan poros satu-satunya yang menghubungkan 3 kabupaten itu terus diguyur hujan sejak 3 bulan terakhir.

Akibatnya, jalan yang sementara pekerjaan dengan panjang sekitar 20 kilo meter itu dipenuhui kubagan lumpur dan lubang setinggi lutut orang dewasa.

Tak hanya itu, jalan alternatif yang juga menghubungkan Kecamatan Lasolo (Konut) dan Meluhu (Konawe) juga mengalami rusak parah. Bahkan, terjadi longsor dibeberapa titik yang masuk wilayah Konawe. Imbasnya, kendaraan yang hendak melintas tertanam di kubangan lumpur hingga membuat kendaraan rusak.

Kemudian, munculah sekolompok orang dan menawarkan jasanya untuk menarik mobil yang tertanam di dalam lumpur itu. Biayanya tidak main-main. Mulai dari Rp 200 sampai Rp 300 ribu per satu unit mobil, tergantung kondisi medan dan jenis mobil yang akan mereka tarik. (B)

 

Reporter: Jefri Ipnu
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini