Kembalikan Fitrah Ibu dengan Islam

530
Dewi Sartika
Dewi Sartika

Kemuliaan seorang ibu memang tidak bisa dipungkiri. Peran ibu ini merupakan anugerah terindah dalam kehidupan seorang wanita karena betapa banyak para wanita yang tidak diberi kesempatan oleh Allah ‘Azza wa Jalla sebagai ibu. Ibu adalah sosok yang selalu dikagumi, senantiasa berperan besar dalam perkembangan anak-anaknya. Menjadi panutan bagi anak-anaknya, mengemban tugas dan tanggung jawab yang teramat besar demi memberikan yang terbaik bagi sang buah hati.

Dewi Sartika
Dewi Sartika

Namun peran ini tidak tampak pada Mutmainnah. Ya, baru-baru ini public dikejutkan dengan kasus mutilasi yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya sendiri. Mutmainah (28), seorang ibu di Cengkareng, Jakarta Barat, memutilasi anaknya sendiri. Korban yang masih berumur satu tahun tewas seketika. Kejadian tersebut terjadi di rumah pelaku di kawasan Gang Jaya 24, Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (2/10/2016) malam. Peristiwa terjadi sekitar pukul 20.00 WIB.

Ketua RT 04 RW 10 Cengkareng Barat, Suyadi mengatakan pada malam tadi dia dilapori oleh seorang warganya bernama Lastri. Warga tersebut merupakan tetangga dari pelaku. “Warga melaporkan tetangga sebelah, katanya anaknya itu dipotong-potong,” kata Suyadi ketika ditemui detikcom, Senin (3/10/2016) pagi. Begitu mendapatkan laporan dari Lastri, Suyadi dan warga lain langsung merapat ke rumah pelaku. Begitu tiba di lokasi, mereka mendapati potongan tubuh korban ada di atas meja.(detiknews.com)

Seganas-ganasnya induk harimau, tidak akan memangsa anak sendiri. Peribahasa ini rupanya tidak berlaku bagi manusia yang diciptakan Allah lebih sempurna daripada harimau. Ibu yang seharusnya menjadi pelindung dari bahaya malah sosok itulah yang menjadi sumber bahaya. Kehadiran sosok ibu harusah laksana hujan di musim kemarau, menyejukkan dan ‘menghidupkan’. Banyak hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya kasus ini, diantaranya karena stress, kekesalan pada suami yang jarang pulang hingga pengaruh ilmu hitam. Miris, ditengah kehidupan dunia yang katanya semakin modern, beradab dan demokratis, kejahatan terhadap anak malah semakin meningkat.

Kapitalisme Pemicu Depresi Sosial

Stress merupakan reaksi tubuh pada diri seseorang akibat berbagai persoalan yang dihadapi. Gejala-gejalanya mencakup mental, sosial dan fisik; bisa berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan. Perasaan was-was dan  frustrasi juga bisa muncul bersamaan dengan stress. Dalam kehidupan rumah tangga stress bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti kejenuhan dalam menghadapi anak-anak yang sulit diatur, tidak mau makan atau tidur, membuat rumah berantakan setelah ibu lelah membersihkan rumah dan sebagainya.

Ditambah dengan keadaan suami yang bertindak masa bodoh, menganggap bahwa ketika istri telah menerima gaji bulanan maka tugas suami pun selesai. Padahal suami harus memperhatikan komunikasi, mengerti peran istri dan memperlakukan istri dengan makruf. Seringkali sang istripun tidak mampu mengungkapkan keinginan dan pendapatnya kepada suami sehingga kekesalan dan kejenuhan nya semakin menjadi.

Pandangan hidup seseorangpun sangat berpengaruh pada bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya. Pandangan hidup tanpa disertai standar yang jelas tentu akan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku seseorang. Berbagai persoalan hidup yang datang seringkali seseorang tidak mampu mendapatkan solusi yang tepat hingga cenderung mengambil solusi yang sejatinya tidaklah solutif dan menimbulkan berbagai masalah baru.

Sistem kapitalisme saat ini membuat ibu tidak menyadari perannya yaitu sebagai Ibu yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi edukasi dan sebagai pengatur rumah tangga yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yaitu fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi, sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi reliji (keagamaan). Kapitalisme yang tengah mencengkram keluarga membuat suami pun tidak menyadari perannya sebagai pemimpin dalam rumah tangga yang harus mengarahkan keluarga yang dipimpinya.

Islam: Kembalikan Fitrah Ibu

Penting untuk disadari bagi pasangan suami istri bahwa hidup berumah tangga bukanlah jalan tol yang bebas hambatan. Akan ada ujian, cobaan, dan hambatan yang datang silih berganti. Sesungguhnya Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah memberikan posisi terbaik bagi perempuan yaitu sebagai pendidik dan pengelolah rumah tangga. Negara yang menjaga ketakwaan individu akan menjamin terlaksananya peran ini dengan membekali para ibu agar mampu menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

Anak adalah calon pemimpin umat maka seorang ibu yang tangguh tentu akan mencetak keturunan yang berkualitas karenanya wajib memiliki pengetahuan luas tentang metode mendidik anak agar nantinya terbentuk pribadi berkepribadian Islam yang tidak hanya cerdas tapi juga takwa. Sebagai pengelola rumah tangga, maka istri harus menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari, kenyamanan tempat tinggal juga keharmonisan didalamnya. Menjadi ibu rumah tangga sangatlah mulia, saat Asma’ binti Yazid menyampaikan kebimbangannya apakah peran istri di rumah akan sama mulia dengan peran laki-laki? Rasulullah saw.menjawab “Pahamilah, wahai perempuan, dan ajarkanlah kepada para perempuan di belakang kamu. Sesungguhnya amal perempuan bagi suaminya, meminta keridhaan suaminya dan mengikuti apa yang disetujui suaminya setara dengan amal yang dikerjakan oleh kaum lelaki seluruhnya.” Ibu yang bertakwa tidak akan menyia-nyiakan peran ini.

Suami juga sadar akan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, pengurus, dan pendidik perempuan juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan para istri dengan makruf, mengarahkan mereka pada kebaikan dan melindungi anggota keluarga. Selain itu kehangatan dan kasih sayang akan memberi pengaruh pada keharmonisan rumah tangga, jika ada hal yang memicu terjadinya pertengkaran maka pertengkaran itu dilakukan dengan tidak melanggar hukum syara dalam artian tidak saling mendzalimi dan keduanya berusaha untuk mencari jalan keluar mengacu kepada aqidah dan syariat.

Peran ini akan berjalan dengan baik jika negara memfasilitasi segala upaya pengembalian fungsi keluarga dengan membina kualitas para suami istri hingga keduanya paham dan sadar dengan hak dan kewajibannya. Khilafah Islamiyah akan mengembalikan peran ibu dan suami sebagaimana yang telah ditetapkan Islam. Dengan sistem inilah setiap keluarga akan meraih kebahagiaan yang hakiki. Wallahu a’lam bi as-shawab.

 

Oleh : Dewi Sartika, SST.MIK
Penulis Merupakan Staf Rekam Medis RS.Benyamin Guluh Kolaka

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini