Kementan: Pernyataan Pakar IPB Terkait Padi Hibrida Mengandung Bakteri Keliru

82
Kementan: Pernyataan Pakar IPB Terkait Padi Hibrida Mengandung Bakteri Keliru
Kementerian Pertanian (Kementan) dengan tegas membantah pernyataan Ketua Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, Dr. Suryo Wiyono, Senin (19/12/2016) bahwa padi Hibrida yang dimasukkan oleh Pemerintah melalui Kementan mengandung bakteri Burkholderia Glumae.
Kementan: Pernyataan Pakar IPB Terkait Padi Hibrida Mengandung Bakteri Keliru
Kementerian Pertanian (Kementan) dengan tegas membantah pernyataan Ketua Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, Dr. Suryo Wiyono, Senin (19/12/2016) bahwa padi Hibrida yang dimasukkan oleh Pemerintah melalui Kementan mengandung bakteri Burkholderia Glumae.(Foto : Istimewa)

 

ZONASULTRA.COM, JAKARTA-Kementerian Pertanian (Kementan) dengan tegas membantah pernyataan Ketua Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, Dr. Suryo Wiyono, Senin (19/12/2016) bahwa padi Hibrida yang dimasukkan oleh Pemerintah melalui Kementan mengandung bakteri Burkholderia Glumae. Berbakteri ini sudah menyebar hampir di seluruh persawahan di Pulau Jawa.

Menurut Suryo, bakteri tersebut membuat padi tidak berisi dan membusuk.

Akan tetapi, Kepala Biro Humas dan Informasi Kementan, Agung Hendriadi mengatakan pernyataan di atas sangat keliru. Alasannya karena, penelitian yang dilakukan pakar IPB, Dr. Suryo Wiyono hanya dilakukan di 2 lokasi yakni Kabupaten Tegal dan Blitar.

“Artinya hasil penelitiannya Dr. Suryo Wiyono tidak mewakili karena padi hibrida ditanam dibanyak tempat, ada Kalimantan, Sumatera, Jawa, NTB dan Sulawesi,” katanya saat membuka konferensi pers di Kantor Pusat Kementan, Senin (19/12/2016).

Hadir pada konferensi pers ini yakni Direktur Perbenihan Kementan, Ibrahim Saragih, Kepala Balai Besar Penelitian Padi, Muhamad Ismail, dan Kepala Pusat Karantina Pertumbuhan, Antarjo Dikin. Hadir pula beberapa ahli padi Badan Penelitan dan Pengembangan Kementan yaitu Prof. Buang, Prof. Bambang, dan Prof. Juarno.

Alasanya berikutnya, lanjut Agung, impor padi hibrida hanya 800 ton atau setara 50 ha. Dengan begitu, padi hibrida hanya ditanam di 0,3 persen dari total luas lahan sawah nasional 14 juta ha.

“Jadi, pernyataan Dr. Suryo Wiyono sangat tidak tepat sehingga meresahkan masyarakat,” ujarnya.

Kepala Balai Besar Penelitian Padi, Muhamad Ismail mengakui bakteri Burkholderia Glumae memang sudah lama ada di Indonesia sejak tahun 1987, sehingga bukan baru ditemukan berdaasarkan hasil penelitian Dr. Suryo Wiyono. Selama rentang waktu tersebut, keberadaan bakteri Burkholderia Glumae belum pernah ada kejadian yang mengakibatkan gagal panen (puso).

“Walau ada serangan tapi, tidak ganggu produksi,” cetusnya.

Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Ibrahim Saragih menegaskan pengembangan benih padi hibrida di Indonesia telah memberikan hasil yang bagus yakni 14 ton/ha. Namun, untuk sementara benih impor padi hibrida diberhentikan dulu sambil dikaji.

“Selanjutnya diupayakan bnih dalam negeri termasuk yang hibrida,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Sub Bagian Data, Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementan, Ana Astrid mengungkapkan sejak tahun 2007 Kementan mengembangkan introduksi penggunaan benih padi hibrida dan hasilnya mampu meningkatkan produksi padi. Penggunaan benih unggul hibrida memang harus diikuti teknik budidaya yang benar.

“Hasilnya, produksi padi tahun 2016 sebesar 79,17 juta ton gabah kering giling atau naik 4,96 persen dibandingkan 2015. Kemudian produksi tahun 2015 naik 6,43 persen dibandingkan tahun 2014,” ungkapnya.

Menurut Ana, beberhasilan meningkatkan produksi tersebut telah mampu menjadikan Indonesia tahun 2016 tidak impor beras medium. Selain itu, telah mendorong beberapa daerah untuk memanfaatkan lahan tidur yang selama ini tidak ditanami padi, sehingga luas tambah tanam meningkat.

“Apabila Saudara Dr Suryo Wiyono mempunyai bukti penelitian, maka agar disamapikan ke Badan Litbang Kementerian Pertanian. Untuk diketahui Badan Litbang memiliki 1.128 peneliti baik Profesor maupun Doktor, yang ahli sebagai praktisi maupun di lapangan,” pungkasnya.

 

Penulis :Rustam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini