Kisah Haru Korban Selamat KM Mariana Baru 2B, Minum Air Laut Sampai Digigit Ikan

227
korban KM Mariana Expres
Salah satu korban KM Mariana Expres, yang diambil dari akun Facebook Faridawati Latif

ZONASULTRA.COM,KENDARI– Netizen di jaringan social dibuat terharu dengan tulisan  Faridawati Latif, perempuan dari Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang menuliskan kisah salah satu korban  selamat dari tenggelamnya Kapal Motor (KM) Marina Express 2B di perairan Siwa, Sulawesi Selatan.

korban KM Mariana Expres
Salah satu korban KM Mariana Expres, yang diambil dari akun Facebook Faridawati Latif

Dalam akun   facebooknya Faridawati Latif, mengurai cerita  tentang sahabat dekatnya Ulfah dan keponakanya  yang lolos dari maut dan harus bertahan ditengah lautan selama 19 jam sebelum akhirnya diselamatkan oleh tim gabungan evakuasi oleh Basarnas, BPBD dan TNI-Polri.

Sejak memposting kisah mengharukan nan inspiratif, pada Senin 21 Desember 2015  sekitar pukul 20.02 Wita, sampai Selasa malam  tulisan  Faridawati sudah dibagikan sampai 2. 390 kali.

Melalui Farida, Ulfah, korban yang  berhasil ditemukan pada Minggu  pagi 20 Desember 2015 sekitar pukul 10.00 Wita, bercerita, bagaimana dia dan keponakanya Ikram berjuang untuk tetap hidup ditengah lautan ganas.

Berikut Kisahnya

Mohon maaf jika tulisan saya mengganggu layar baca anda,
Izinkan saya untuk berbagi.

*Saya mengenalnya sedari dulu di SMA.Dia adalah adik perempuan dari teman laki-laki saya. Kedekatan kami semakin erat saat dia menjadi teman kerja di Tata Ruang,Dinas PU Kolaka.
Begitupun dua anak itu.Satunya kelas 1 SMA, yang kecil kelas 4 SD.Saya cukup baik mengenal keduanya.

*Berita tentang karamnya kapal fiber glass KM.Marina Baru di Perairan Siwa yang berlayar dari Kolaka begitu cepatnya menyebar.Seharusnya kapal itu telah tiba di tujuan pukul 15.00 Wita.Tetapi Qadarullah.Hampir semua teman saya di Sulawesi memposting berita yang sama.

*Saya pun tak ketinggalan.Malam itu jelas sekali saya mempost sebuah tautan tentang kapal tersebut yang kemasukan air.

*Setengah jam berlalu, tiba-tiba handphone suami saya berdering. Rekan kerja saya yang lain mengabarkan tentang Ulfah, demikian kami memanggilnya yang ikut menumpang di kapal itu bersama dua keponakannya. Mereka berencana akan ke Sengkang (Sulsel).

Di ujung telpon, saya tahu Leli (si penelepon) tengah terisak mengabarkan itu. Kaki saya sejujurnya gemetar. Kapal itu awalnya dikabarkan kemasukan air, mesinnya mati, hilang kontak, kemudian karam.
Bagaimana tidak gemetar, sepertinya belum lama berlalu kisah tragis Kapal Fery Windu Karsa yang berlayar menuju Kolaka, tenggelam di Perairan Bone.Korban jiwa sangatlah banyak. Kerabat kami pun ‘hilang’ di sana.

*Pasca telepon itu, malam terasa sangat panjang. Mata kami tak bisa terpejam. Suami saya yang ikut gelisah pun, kulihat hanyut dalam doa di tahajud sepertiga malamnya.
Ulfah sudah seperti adik kami.
Malam itu kami menghubungi keluarga di Kolaka Utara, Siwa dan Sampano,tapi hasilnya nihil.

*Siang tadi, di depan gerbang rumahnya.

“Leli, tidak tahu apa saya mo bilang pertama…. ??” (Lel, saya tak tahu mau berkata apa untuk membuka pembicaraan..)

Leli hanya tersenyum, dan kami pun masuk ke dalam rumah..

*Saya selalu berprasangka baik pada Allah. Tapi sebagai manusia biasa, sungguh kehilangan kontak dengan Ulfah dan kabar tenggelamnya kapal sempat membuat pikiran saya ke mana-mana. Kalau-kalau….. jangan-jangan….

*Memeluknya kembali siang ini seperti mimpi. Dia pun begitu. Bermalam di lautan baginya juga seperti mimpi, itu katanya siang tadi.
Mendengarkan dia berbagi pengalamannya, sembari sesekali ku lihat tangannya yang terluka karena tali tambang saat dievakuasi.
19 jam terapung di lautan, hanya berdua dengan keponakannya yang kecil itu. Keponakan satunya lagi, terpisah karena di seret arus dan ombak tinggi saat mereka bertiga lompat ke luar kapal yang airnya sudah setinggi dagu anak SD itu.

korban KM Mariana Expres
Kapal penumpang fiber KM Marina Baru 2B, rute Kolaka Sulawesi Tenggara (Sultra)-Siwa Sulawesi Selatan (Sulsel), yang tenggelam di perairan Siwa, Senin (19/12), berhasil ditemukan. (Luis/ZONASULTRA.COM)

*Setiap kali Ikram (si kecil), berkata lapar dan haus setelah terombang-ambing di lautan, dia akan berkata :

” telan saja air liurnya nak, berniatlah..semoga itu bisa membuatmu kenyang dan tidak haus lagi…”

“Tapi tante, kalo nanti kita selamat..saya akan makan banyak. 4 waktu makan sudah kita lewati..”

Ikram sangatlah kooperatif selama kami dalam keadaan itu, demikian kata Ulfah.

Anak itu selalu mendengar apa yang disampaikan, termasuk instruksi menutup hidung agar air laut tak masuk ke dalam hidung, setiap kali ombak akan datang menerjang mereka.

Ikram tak akan terlalu jauh terseret arus.Dia akan tetap berupaya menarik keponakannya, jika ikatan tangan mereka terlepas. Satu lagi, kaki anak itu dilingkarkan di pinggang tantenya. Jika tangan terlepas, masih ada kaki yang terkait. Cerdas. Pikiran perempuan ini masih berfungsi di tengah kondisi seperti itu. Terkadang kepanikan membuat kita mati akal.
Selama 19 jam itu, tak terhitung berapa kali kaki mereka digigit ikan-ikan kecil.

*Saya tak bisa membayangkan di posisi mereka. 12 jam bersahabat dengan air dan hanya melihat laut tak berujung, bulan dan bintang. 7 jam hanya bersahabat dengan matahari dan air.
Saat tengah malam hujan turun lebat, bukan main girangnya mereka karena bisa minum air hujan.
Perjuangan yang luar biasa. Doa dan terus berprasangka baik pada Allah, itu kunci mereka bertahan.

“Jika takdir hidupku sampai di sini saja, aku meminta padaMU ya Allah…biarkan mereka menemukanku sementara aku masih berpakaian lengkap dengan hijabku…” itu doa yang diucapkannya di tengah lautan.
Saya tertampar.
Saya terhenyak.

*Hatta, jam 10 pagi mereka melihat kapal dari kejauhan.Kapal itu adalah kapal yang memang diperuntukkan untuk mencari korban tenggelamnya kapal.
Anak kecil itu terlihat gembira, berseru Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…kami di sini… kami di sini…, sambil melambaikan tangan.

“Saya masih sholat di laut, kalau saya rasa sudah agak lama… saya sholat lagi, demikian anak SD itu bercerita (masuknya waktu sholat, berdasarkan perkiraannya saja..)

*Lagi-lagi saya terdiam.
Mengutuki diri,
Masih sehat, dalam kondisi baik, kehidupan enak di dunia, masih juga selalu menunda waktu..
Mungkin, ada juga di luar sana…yang masih enggan bersujud.Mungkin saja…

*Satu lagi pelajaran yang saya peroleh siang ini. Tentang ketabahan seorang ibu. Ibu dari anak kecil itu. Tak pernah sedikit waktu pun saya melihatnya menangisi takdirnya. Meski anak sulungnya belum juga ditemukan hingga saat saya menuliskan ini.
Masih dengan mata tabah yang sama, yang kudapati beberapa bulan lalu..saat anak keduanya meninggal karena sakit.

“Kuat sekali ki’… (kamu sangat kuat)”
Hanya itu yang bisa saya ucapkan padanya siang tadi, sambil menepuk bahunya.

“Mauka’ apa….(saya bisa apa..)

Jawabannya singkat. Tapi artinya sangatlah panjang..

“Kita bisa apa…, toh ini skenario Allah.
“Kita bisa apa…, kita hanya manusia.
“Kita bisa apa…, Allah-lah yang punya ketetapan..
“Kita bisa apa…, anak-anak hanyalah titipan.
“Kita bisa apa…, rencana Allah jauh lebih indah
“Kita bisa apa…, sekeras apapun berjuang, jika Allah menakdirkan ini dan itu, akan seperti itulah…

Penafsiran panjang dan tak berujung, untuk sebuah kalimat…”Saya bisa apa”

Satu yang saya tahu, semakin tinggi imanmu..semakin tinggi ujianmu.

*Semoga anak Reza Abdillah dan seluruh penumpang bisa segera ditemukan dalam keadaan sehat.
*Terimakasih Ulfah, Ikram dan Kak Ria untuk hikmah hidup hari ini..

(Ditulis di sebelah dua anak tercintaku, 21 Desember 2015…)

 

Penulis : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini