Kisah Pemarkir Sendal

89
Cerita Pagi Untuk Perempuan Terhebat
Zona Cerita

Cerita Pagi Untuk Perempuan Terhebat Zona Cerita

 

Masjid itu kecil. Jika tidak bermukim di sekitarnya, dan hanya sekadar lewat ketika waktu shalat tiba, orang-orang akan mencari masjid lain yang lebih besar untuk menjadi tempat shalatnya.

Pada suatu ketika, bersama beberapa kawan, kami menyempatkan shalat isya disana. Saya lupa nama masjid itu. Tapi masih ingat dengan persis tempatnya.

Jamaah yang shalat tidak banyak. Jumlahnya paling banter dua puluhan orang. Alas kaki tersimpan di tepi teras masjid. Ujung setiap sendal dan sepatu itu searah dengan arah masuk ke masjid. Berjajar secara serampangan saja sesuai arah kedatangan jamaah.

Seusai shalat, dan akan meninggalkan masjid, saya sedikit terperanjat. Sepatu saya berubah letaknya. Ujungnya sudah menghadap keluar, dan tertata rapi. Saya mengamati alas kaki lainnya. Semuanya demikian. Alas-alas kaki kami berjejer rapi dengan ujung menghadap keluar sehingga tidak perlu lagi memutarnya atau mengubah posisi badan saat mengenakannya.

Andi Syahrir
Andi Syahrir

Siapa di antara kami yang bersedia mengerjakan kebaikan “kecil” ini? Saya mencoba mencari-cari dengan ekor mata setiap orang yang ada disana. Tapi tidak dapat menyimpulkan siapa. Saya hanya bisa menduga-duga, pelakunya barangkali jamaah yang bermukim di sekitaran masjid.

Tapi siapapun dia, orang itu tidak hanya sekadar ke masjid untuk melakukan ritual penyembahan kepada Tuhan, yang dalam banyak kasus, kita menemukan banyak manusia yang memelihara kekerdilan hatinya justru ketika mereka memasuki masjid.

Menyerobot antrian saat di tempat wudhu. Atau meminjam alas kaki orang lain untuk berwudhu dan meletakkannya pada posisi yang tidak sama ketika mengembalikannya. Atau membawa pulang alas kaki yang lebih bagus dibanding yang dibawanya dari rumah. Atau ngupil sembarangan dan membuangnya secara serampangan di lantai masjid, tempat orang meletakkan dahi saat bersujud.

Saya yakin, pemarkir sendal ini adalah pemilik hati yang bening. Menyempatkan diri melakukan kebaikan remeh temeh bagi orang sekitarnya. Kita butuh banyak manusia-manusia seperti itu.***

 

Oleh: Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini