Membuat Penanganan Pasien Lebih Presisi dengan Genomic Test

450
Prodia Kendari
Prodia Kendari

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Perkembangan teknologi kesehatan semakin berkembang pesat. Sayangnya, Indonesia seringkali terlambat dalam mengejar ketertinggalan perkembangan teknologi tersebut.

Saat ini misalnya, di luar negeri telah berkembang pemeriksaan kesehatan berbasis genetik atau deoxyribonucleic acid (DNA). Di Belanda para warga memiliki kartu rekam genetik yang dapat digunakan ketika akan membeli obat ke apotek untuk mendapatkan obat sesuai dengan genetik orang tersebut. Sehingga pasien menerima obat yang tepat dengan dosis tepat, tidak menimbulkan efek samping, dan memiliki respon yang baik terhadap obat itu.

Di Indonesia, pemeriksaan berbasis genetik pun sudah mulai diperkenalkan, hanya saja mereka yang memasarkan berasal dari provider asing, bukan dari Indonesia sendiri. Hal ini tentu saja menimbulkan tanda tanya, seperti apa keamanan informasi genetik masyarakat Indonesia?

Sejatinya, tren pemeriksaan genetik, berkembang seiring dengan sifat penanganan pasien yang semakin personal. Seperti diketahui, setiap orang memiliki keunikan tersendiri berdasarkan sifat genetika yang dimiliki. Alhasil, manakala sakit dan harus mengosumsi obat, dari sisi takaran, dosis, tidak bisa disamakan meski mungkin memiliki indikasi penyakit yang sama.

Ilustrasi sederhana, ketika batuk, Budi dan Ahmad sama-sama mengonsumsi obat A. Budi langsung terlihat membaik, sedangkan Ahmad tidak kunjung membaik dengan obat tersebut. Ini terjadi karena Budi dan Ahmad memiliki faktor genetika yang berbeda dalam merespons kandungan obat batuk tersebut.

BACA JUGA :  PT ANTAM dan BKSDA Sultra Kerja Sama Program Transplantasi Terumbu Karang di Teluk Lasolo

Artinya, dalam menangani suatu penyakit, diperlukan pedekatan yang lebih personalize karena respons seseorang terhadap obat, tidak sama. Obat penahan nyeri, obat diabetes, obat hipertensi, reaksinya akan berbeda bagi setiap orang.

Secara global pemeriksaan genetik dikelompokkan dalam 3 jenis. Pertama untuk kesehatan, terdiri dari disease risk, early screening, diagnosis, pharmacogenomic, targeted theraphy; Kedua, untuk life style yakni kategori nutrigenomic, fitness, and beauty; dan ketiga adalah fun, yakni traits anchestry.

Disease risk, berguna untuk mengetahui apakah tubuh memiliki variasi gen yang terkait dengan risiko penyakit tertentu misalnya diabetes, kanker, jantung dll. Bisa saja saat ini sehat, tetapi muncul pertanyaan apakah benar-benar sehat dan tidak membawa gen tertentu? Pertanyaan ini akan terjawab jika dilakukan pemeriksaan genetik.

Pemeriksaan genetik, juga berguna untuk life style yang tidak terkait dengan penyakit, yang disebut dengan nutrigenomik, respons tubuh terhadap makanan berdasarkan genetik. Seperti diketahui, tiap makanan yang masuk ke tubuh, akan direspons berbeda.

Walaupun disebut makanan sehat, belum tentu akan sehat untuk individu tertentu karena ada faktor genetik yang menentukan. Ada juga skin and health. Sifat genetik kulit terhadap suatu produk akan berbeda-beda. Ada faktor kelembapan, kolagen, atau kulit mudah keriput.

Ketiga, pemeriksaan genetik juga dapat digunakan untuk sesuatu yang fun. Misal untuk mengecek apakah ada darah Portugal atau Jepang di tubuh kita. Kalau ada berapa persen. Bisa juga untuk mengetahui apakah ada gen lesung pipit, atau mata biru, dan lain-lain.

BACA JUGA :  PT ANTAM dan BKSDA Sultra Kerja Sama Program Transplantasi Terumbu Karang di Teluk Lasolo

PT Prodia Widyahusada Tbk saat ini telah bertransformasi menjadi next generation laboratory yang dilengkapi fasilitas untuk pemeriksaan genetik terbaru seperti microarray, mass array dan next generation sequencing. Sehingga pemeriksaan genetik tidak perlu dikirim ke luar negeri, tapi dapat dilakukan di Prodia.

Selain itu laboratorium Molekular Prodia (Prodia Genomics) juga didukung laboratorium Patologi anatomi yang telah mengantongi izin operasional sebagai Laboratorium Khusus Patologi Anatomik dari Kementerian Kesehatan RI sehingga dapat juga melayani pemeriksaan sampel jaringan manusia (histopatologi), sampel cairan tubuh (sitopatologi) dan ekspresi protein pada jaringan ataupun sel manusia (Imunohistokimia) untuk pemeriksaan molekular patologi seperti mutasi EGFR pada kasus kanker paru.

Pengembangan pemeriksaan genetik di Prodia Genomics meliputi:

  • Risiko penyakit (Genomic Cancer Risk, Genomic Diabetes Risk, Genomic Cardiovascular Risk).
  • Skrining untuk deteksi dini (Prosafe NIPT, untuk mengetahui kelainan kromosom 21,18,13 dan kelainan janin sejak usia kehamilan 10 minggu).
  • Diagnosis (BCR ABL, JAK2, dan lain-lain).
  • Farmakogenomik (CYP2C19, VKORC1, CYP2C9, dan lain-lain).
  • Targeted Therapy (penentuan terapi kanker, EGFR, NRAS, KRAS, BRAF, dan lain-lain)
  • Nutrigenomik

    Pemeriksaan genetik membantu mengenali diri lebih baik melalui DNA. (*)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini