Mengenal Jati Berusia 3,5 Abad, Pusaka di Tanah Muna (Bagian I)

2343
Mengenal Jati Berusia 3,5 Abad, Pusaka di Tanah Muna (Bagian I)
Kapolda Sultra, Brigjen Pol Iriyanto saat mengunjungi pohon tertua didunia.

ZONASULTRA.COM, RAHA – Batangnya kokoh, memiliki kerapatan yang apik, keras, dan berwarna kecoklatan bila sudah tua. Begitulah penggambaran batang pohon jati yang tumbuh di wilayah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Muna yang memiliki kandungan tanah berkapur serta beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C-27 °C membuat tanaman jati mudah hidup dan ditemukan di semua pelosok daerah itu.

Muna terkenal sebagai salah satu wilayah sentra penghasil Jati kualitas terbaik di Indonesia. Jati Muna sering dijadikan pilihan utama untuk keperluan produk mebel dan furnitur.

Dari sekian banyak jati yang tumbuh, ada sebatang pohon jati Muna istimewa, dianggap sebagai pusaka, yang masih bertahan hidup di kawasan Cagar Alam Napabalano, Desa Tampo, Kecamatan Napabalano. Jati itu merupakan salah satu pohon jati tertua di dunia. Usianya diperkirakan mencapai 3,5 abad (350 tahun).

Mengenal Jati Berusia 3,5 Abad, Pusaka di Tanah Muna (Bagian I)

Kepala Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Napabalano, La Rewangi mengatakan pohon jati itu salah satu yang terbesar dan tertua di Indonesia, juga dunia. Usianya mencapai 350 tahun menjadi salah satu tolak ukur keistimewaan jati itu.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Pohon dengan nama latin Tectona Grandis ini memiliki tinggi sekitar 45 meter atau setara bangunan 15 lantai, dengan diameter 2 meter. Bila ingin mengukurnya secara manual maka perlu 5 sampai 6 orang dewasa untuk berpegangan tangan melingkari batangnya.

Keberadaannya diketahui sejak masa Kerajaan Muna tempo dulu, namun baru dikenal luas pada tahun 1901. “Saat itu, jati tua ini dikembangkan modern oleh kolonial Belanda, pada era pemerintahan Swapraja, dan membuat Cagar Alam Napabolano yang baru ditetapkan pada tahun 1919,” kisah La Rewangi, kepada awak zonasultra.id, Sabtu (19/1/2019) beberapa waktu lalu.

*Disuntik Untuk Penyegaran

muna cagar alam napabalanoPada tahun 1991, peneliti dari Italia yang datang meneliti, menyebut usia jati itu sudah berumur sekitar 350 tahun. Tahun berikutnya, peneliti Amerika menyimpulkan bahwa usia pohon tersebut melebihi 350 tahun bahkan bisa berusia 600 tahun. Hal itu, diketahui setelah peneliti Amerika itu melakukan penelitian dengan teknik deoksiribonuklead (DNA) menggunakan enzim pada 1994.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Pada tahun 1997 peneliti dari Belgia ditemani pejabat Kementerian Kehutanan dan LSM lingkungan datang melakukan penyegaran pada pohon jati tua itu. Mereka menyuntik pohon jati agar tetap tumbuh dan tak mati.

“Ada cairan khusus yang disuntikkan di bagian batang pohon untuk penyegaran. Katanya itu, untuk bertahan hidup hingga puluhan tahun lagi,” jelas La Rewangi.

La Rewangi menyebut banyak peneliti dunia pernah menjejakkan kakinya di Hutan Napabalano. Mereka berasal dari Belgia, Amerika, Belanda, Prancis, Italia, Australia dan Inggris. Kedatangan mereka untuk memastikan usia jati tersebut.

“Mereka ambil bagian dahan yang patah. Dipotong-potong lalu dibawa ke Amerika untuk diteliti. Katanya, usianya lebih dari 350 tahun bahkan mencapai 600 tahun,” tuturnya.

Selain pertumbuhan jati. Sejumlah peneliti juga melakukan identifikasi tanaman lain yang diperkirakan memiliki usia di atas 100 tahun di Muna. (Bersambung…)

 


Kontributor: Nasrudin
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini