Mengenang Heroisme Pejuang Kemerdekaan di Kolaka

688
Mengenang Heroisme Pejuang Kemerdekaan di Kolaka
HARI PAHLAWAN: Rektor USN Kolaka Azhari mempimpin upacara peringatan Hari Pahlawan di kampusnya, Kamis (10/11/2016). (Abdul Saban/ZONASULTRA.COM)
Mengenang Heroisme Pejuang Kemerdekaan di Kolaka
HARI PAHLAWAN: Rektor USN Kolaka Azhari mempimpin upacara peringatan Hari Pahlawan di kampusnya, Kamis (10/11/2016). (Abdul Saban/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Rektor Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka menyatakan, seharusnya Kabupaten Kolaka menjadi kota pelopor kepahlawanan. Sebab, Kolaka menjadi satu-satunya daerah di Sulawesi Tenggara yang terlibat kontak fisik dengan tentara Belanda dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Azhari menilai, keberhasilan penyergapan konvoi tentara Belanda yang menjemput tahanan (tentara Jepang) dari Pomalaa menuju Kendari pada 19 November 1945 menjadi momen bersejarah yang dikenang oleh masyarakat Indonesia hingga kini.

Saat itu, bersama rakyat Kolaka, para pejuang berhasil mencegat dengan rintangan pohon dan menghancurkan konvoi yang membawa tahanan tersebut.

Pasukan NICA bersama tentara Belanda dibawah pimpinan Lettu Jhon Van Boon datang dari induk pasukannya di Kendari untuk mengambil tahanan di Pomalaa.

Saat itu, para pejuang memperingatkan bahwa pasukan NICA memasuki wilayah RI dan harus berkoordinasi dengan pemerintah RI di Kolaka, tapi peringatan diabaikan karena NICA tidak mengakui Pemerintahan RI di Kolaka saat itu.

Kecewa akan keputusan NICA, pasukan Perjuangan Rakyat Indonesia (PRI) di bawah pimpinan Andi Kasim membiarkan pasukan itu lewat menuju Pomalaa, tetapi para pejuang melakukan tindakan-tindakan persiapan untuk menghadapi mereka, melihat kecongkakan tentara NICA, seluruh rakyat Kolaka turut membantu penyergapan dengan peralatan seadanya seperti parang dan tombak.

Pukul 15.30 pasukan Lettu J.V Boon kembali dari Pomalaa setelah mengambil tahanan menuju ke Kendari. Saat konvoi terhenti oleh rintangan pohon yang sudah disiapkan, dari berbagai arah Pejuang PRI dan rakyat Kolaka menyerang dan terjadilah pertempuran hebat. Tiga buah truk dan sebuah jeep dapat dihancurkan. Lettu J.V Boon bersama 3 orang anak buahnya ditangkap hidup-hidup (Lettu J Boon melarikan diri dari pertempuran tapi tertangkap di Rate-rate pada 22 November 1945.

Peristiwa ini dikenal dengan Peristiwa 19 November. Peristiwa itu kemudian diabadikan menjadi nama salah satu kelurahan yaitu kelurahan 19 November, serta nama kampus USN sendiri.

Belanda sendiri masuk di tanah Mekongga tahun 1905 untuk melakukan survey karena Kolaka memiliki potensi nikel banyak, maka timbul minat Belanda dan Jepang untuk menguasai daerah ini.

Berangkat dari kisah itu, Azhari berpendapat, sudah selayaknya Kolaka menjadi kota pelopor perjuangan.

“Kita harus menjadi pelopor dalam semangat kejuangan, kebersamaan dan nasionalisme. Walaupun banyak pejuang yang berasal dari Luwuk bertempur di Kolaka, kalau tidak ada semangat juang dari Mekongga, maka peristiwa 19 November tidak akan pernah terjadi,” jelas Azhari usai memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan di kampusnya, Kamis (10/11/2016).

Menurutnya, hadirnya pejuang dari Luwuk dan Palopo yang banyak mengetahui peristiwa pergerakan nasional di Jawa setelah datang di Kolaka, ibarat gayung bersambut dengan masyarakat Mekongga yang tidak suka dengan penjajah. Walaupun Mekongga tidak pernah dijajah Belanda.

“Sebagai bagian dari Indonesia, saya menghimbau mari kita menggelorakan kembali semangat kepahlawanan, minimal dalam lingkungan keluarga kita. Sepang suami menjadi pahlawan bagi istri dan anaknya,” kata Azhari.

“Mari kita bekerja sesuai fungsi masing-masing, saling mendorong dan menghargai. Bukan saling menindas. Karena itu bukan sifat pahlawan, tapi sifat penjajah,” kata Azhari lagi.

Memaknai hari pahlawan Azhari menilai, kepahlawanan Indonesia saat ini dapat diwujudkan melalui revolusi mental seperti yang digaungkan oleh presiden Joko Widodo, yakni merubah mental yang tidak mau berpikir untuk kebaikan bersama. Dan ini masih terus diperjuangkan.

“Kepahlawanan itu adalah jiwa untuk bisa berbagi untuk sesama anak bangsa, bukan untuk saling merendahkan, menghina dan menjatuhkan. Mari kita membangun bangsa ini sesuai dengan tugas dan tanggungjawab kita masing-masing. Tidak usah saling menjatuhkan,” katanya. (A)

 

Reporter: Abdul Saban
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini