Pakar: Poling ZonaSultra.Com Bisa Jadi Rujukan Paslon

59

ZONASULTRA.COM, KENDARI- Poling merupakan salah satu strategi untuk bisa melihat bagaimana sikap masyarakat terhadap pasangan calon (Paslon) yang ada di 7 daerah pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sulawesi Tenggara.

Pakar Komunikasi Politik Najib Husen mengatakan, poling digunakan untuk mengukur sikap masyarakat terhadap salah satu paslon. Namun, hasil pilkada  nanti tidak mesti harus sama dengan hasil polling.

“Hanya sebatas masih sikap karena pada hari pemilihan bisa saja dia memilih calon A, B, atau C,” Kata Najib di Swiss Bell Hotel Kendari, Selasa (13/10/2015)

Doktor komunikasi politik UGM ini mengatakan, keakuratan polling ditentukan oleh beberapa syarat. Pertama siapa yang menjadi respondennya. Kedua,  berapa tingkat kesalahan error yang terjadi dan ketiga bagaimana sistem penarikan respondennya. Ketiga hal itu kata Najib dapat menjadi pertimbangan apakah polling itu bisa dijadikan standar atau tidak.

“Tetapi apapun hasil polling saat ini sudah bisa menjadi rujukan bagi paslon dan tim suksesnya untuk melihat kekuatan mereka saat ini sehingga ada upaya-upaya dari mereka yang rendah nilai pollingnya untuk bisa terangkat,” ujar Najib.

Najib menambahkan  polling zonasultra menjelang beberapa hari pemilihan seharusnya ada polling ulang  untuk melihat apakah pilihan responden  masih tetap sama atau berubah.

Perbedaan Poling online, Media Cetak dan Survey

Najib menjelaskan, perbedaan polling online, polling media vetak, dan survey. Polling media online merupakan salah satu inovasi dan perkembangan bagaimana mengantisipasi kelemahan dari polling konvensional atau polling media cetak.  Di media konvensional responden bisa saja memilih berkali-kali namun dalam polling media online sudah ada aturan yang secara sistematis membatasi pemilih berdasarkan IP komputer.

Keuntungan dari polling online adalah kondisi masyarakat saat ini yang rata-rata memiliki HP yang tidak hanya digunakan telpon atau SMS namun kebanyakan menggunakannya untuk internet. Sehingga kata Najib, tidak ada keraguan untuk menyatakan daerah pilkada di Sultra sudah dianggap maju karena tingkat akses internet yang tinggi.

Hanya saja yang menjadi kekuarangan polling online adalah posisi responden tidak diketahui apakah dia berada di lokasi yang sama dengan paslon yang dipilihnya atau tidak. Bisa jadi kata Najib, yang memberikan polling itu tinggal di Kota Kendari namun dia memilih paslon di Muna atau di Buton Utara.

“Letak geografis ini agak luas sehingga tidak ditahu masyarakat dari daerah mana yang memberikan dukungan. Polling Itu menjadi sebuah gambaran, biar bagaimanapun polling zonasultra sudah menjadi bahan pembicaraan di masyarakat bahwa calon ini menang di polling zonasultra.id,” kata Najib

Untuk sementara di Indonesia pengaruh polling online masih kurang signifikan karena masyarakat masih belum terlalu yakin dengan poling. Lanjut Najib, Beda dengan di negara yang sudah maju, poling sangat berpengaruh.

Sementara itu jika membandingkan poling dengan survey maka tingkat keakuratan dan objektifitas survey dipertanyakan karena kerja lembaga survey biasanya didanai oleh paslon tertentu atau beberapa lembaga lain yang memiliki kepentingan. Sedangkan polling online kata Najib dibuka secara bebas yang dilaksanakan oleh media yang tidak mempunyai interfensi apapun terhadap paslon.

“Tingkat objektifitas dan netralitas lebih tinggi poling online dibandingkan survey. Tapi tetap semua bisa menjadi ukuran bagaimana sikap pemilih terhadap paslon,” ujarnya.

Selama proses pilkada berjalan sesuai aturan tambahnya, hasil-hasil poling dan survey bisa diandalkan. Namun yang jadi ketakutan adalah potensi terjadi kecurangan pilkada kali ini sangat besar dan itu bisa menyebabkan apa yang dihasilkan polling dan survey jadi bertolak belakang.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini