Pemuda, Peretas Jalan Perubahan Hakiki

59

OPINI – Satu persatu kasus kejahatan di negeri ini membuat miris, kasus Yuyun, Eno, dan lainnya dilakoni oleh para pemuda. Korban adalah pemuda begitu juga para pelakunya. Mengapa dititik optimal usia mereka justru dihabiskan dalam kemaksiatan? Potensi para pemuda hari ini tersita pada aktivitas aktivitas kejahatan, jika tidak, bergelimang dalam arus kehidupan hedonis atau menjadi sasaran/korban konsumerisme plus gaya hidup yang jauh dari nilai nilai Islami bahkan menjadi sasaran promosi industri media dan hiburan yang mengusung budaya liberal.

Naowati

Penggalan alinea diatas tidaklah berlebihan melihat deretan fakta para pemuda saat ini. Lihatlah ketika media sosial sudah menjadi andalan untuk mencari informasi dan hiburan. Sementara segmen remaja merupakan segmen yang memiliki potensi pasar sangat besar. Dari rambut hingga kaki, semua bisa dijadikan produk.

Dari kesukaan hingga hobinya, semua bisa dijadikan target market,( http://www.marketing.co.id/kebiasaan-remaja-saat-ini/   Apalagi bagi para perempuan dan remaja putri, wow… Hasil survei menunjukkan produk fashion merupakan produk yang paling banyak dibeli oleh remaja melalui internet dibanding produk lain. Terutama baju, dengan persentase sampai 75,9%. Sangat besar bila dibandingkan produk lainnya. Sejak harga ponsel ataupun smartphone semakin murah, sejak itu pula para remaja lebih sering menggunakan gadget ini untuk mengakses internet.

Bahkan hasil survei menunjukkan 77,8% remaja yang disurvei menggunakan ponsel/smartphone untuk akses internet. Bagaimana dengan media sosial? Segmen remaja paling banyak memiliki akun Facebook, dengan persentase mencapai 89,5%. Peringkat kedua adalah Twitter, yaitu sebesar 59,5%. Tentu saja kedua media sosial ini sangat powerful sebagai media kampanye produk/merek yang menyasar remaja. Kondisi wanita yang senang mempercantik diri pun tak luput dari incaran para produsen kosmetik. Jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, menjadikan Indonesia pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik.

Hal ini terlihat dari peningkatan penjualan kosmetik pada 2012 14% menjadi Rp 9,76 triliun dari sebelumnya Rp 8,5 triliun, berdasarkan data Kementerian Perindustrian.

Menurut data Perkosmi, tahun lalu penjualan kosmetik impor mencapai Rp 2,44 triliun, naik 30% dibanding 2011 sebesar Rp 1,87 triliun. Tahun ini, penjualan produk kosmetik impor diproyeksikan naik lagi 30% menjadi Rp 3,17 triliun. ( Indonesia Finance Today).

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), konsumsi rokok remaja perempuan meningkat sepuluh kali lipat dalam dua dekade terakhir. Data Susenas tahun 1995 menyebut, sebanyak 0,3% remaja perempuan berusia 15-19 tahun mulai aktif merokok. Pada 2013, Riskesdas merilis data yang menyebutkan sebanyak 3,1% remaja perempuan aktif merokok.

Peningkatan tersebut menunjukkan, bahwa remaja saat ini menjadi target pemasaran yang menarik bagi industri rokok. Dina Kania dari World Health Organization (WHO) Indonesia, .menilai, lemahnya regulasi di Indonesia membuat masyarakat menjadi sasaran kapitalis dalam dan luar negeri (Bisnis.com). Belum lagi kiprah pemuda yang menjadi narkoba dan seks bebas yang sangat mencengangkan, dimana peningkatan tidak hanya pada jumlah pelaku tapi juga usia yang semakin muda

Korban Produk Kpaitalis

Dari data data diatas bisa kita lihat bahwa saat ini para pemuda adalah  asset berharga yang menjadi segmen pasar paling empuk bagi produsen kosmetik dan fashion juga menjadi korban banjir produk MNC kapitalis seperti makanan siap saji.

Data diatas juga menunjukkan bahwa di era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan yang signifikan di dunia mencakup segala aspek kehidupan khususnya dalam hal gaya hidup. Maraknya produk produk yang beredar diiringi dengan gaya hidup konsumtif.
Tidak puas hanya dengan membeli 1 barang tapi membentuk kebiasaan yang “lapar mata”, tidak bias melihat barang bagus pasti berusaha dibeli meski uang hanya seadanya atau harus meminjam atau bahkan melakukan aksi criminal unutuk memperoleh barang yang diinginkan, seperti jual narkoba bahkan sampai jual diri, Naudzubillah..

Begitu pula dengan terbentuknya kebiasaan untuk membeli barang barang bermerk terkenal, sebenarnya tidak mampu tapi teman teman gaul menuntut harus mmiliki barang yang sama dengan merk yang sama, akhirnya barang yang dibutuhkan dan barang yang diinginkan menjadi tipis bedanya, belum lagi jika barang bermerk yang diinginkan ternyata menyentuh angka jutaan rupiah maka jalan pintas menjadi mudah dipilih untuk memuaskan hasrat konsumtif tadi anpa menimbang halal atau haram padahal sebagai muslim sejati hal tersebut mutlak menjadi landasan berbuat

Ini menegaskan bahwa para pemuda kita hanya menjadi korban eksploitasi finansial, sekaligus diarahkan memiliki gaya hidup hedonis yang sekedar memuja kecantikan fisik dan materi. Lihatlah betapa banyak korban dari produk produk pemutih yang merusak wajah namun ternyata tidak juga menyurutkan niat para pemburu Korean style untuk mendapatkan wajah yang sama dengan arktris Korea pujaannya, bahkan kalau perlu melakukan operasi plastic pada wajah dan tubuh meski harus berkorban jutaan rupiah.

Tidak Bebas Nilai

Sayangnya beragam produk produk yang ditawarkan oleh berbagai produsen ternyata juga diiringi penanaman nilai liberal  tentang konsep kecantikan, berpakaian dan pergaulan yang jauh dari nilai nilai Islami. Iklan iklan pakaian yang menyasar para perempuan, misalnya selalu dibarengi dengan konsep kecantikan yang seksi, dan menarik lawan jenis.

Pada akhirnya mendorong para remaja putri dan perempuan muslimah mengabaikan syariat dan menghancurkan identitas kemuslimannya. Tidak lagi memperhatikan bagaimana Islam mengatur cara berpakaian, bergaul dan lainnya, yang penting eye catching, menarik lawan jenis, memuaskan hasrat maka inilah yang menjadi acuan.

Penting untuk kita sadari bahwa anak anak dan pemuda Islam tengah menjadi sasaran sekularisasi Barat. Budaya social liberal yang ditanamkan melalui produk produk yang dipasarkan adalah bagian dari program untuk mengubah posisi dan merusak vitalitas para pemuda. Kecanduan  narkoba dan seks bebas menjadi cerita sehari hari media kita, tawaran yang menggiurkan dari bisnis hiburan, jalan cepat menjadi kaya dengan menjadi artis, model, penyanyi membuat mereka rela antri mengikuti audisi. Orientasi materi telah menuntun para pemuda ke jalan hidup yang keliru. Inilah sebagian realita bahwa sekulerisasi telah sukses merampas potensi besar para pemuda muslim.

Reposisi; sebuah Kebutuhan

Ketika Ali Bin Abi Thalib ditanya, apa yang paling diinginkan? Maka Beliau menjawab masa muda. Ya, karena masa muda hanya sekali. Sudah semestinya kita berupaya keras merebut kembali semua potensi generasi muda  kepada kemuliaan Islam, agar tidak terus menerus terjebak dalam konsumerisme yang dibarengi nilai nilai Barat menuju optimalisasi potensi mereka dalam menda’wahkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Karena para pemuda dengan segala vitalitas yang dimilikinya, sejatinya adalah peretas jalan bagi perubahan hakiki. Posisi seperti inilah yang mestinya ada pada pemuda muslim. Karena itu, harus ada gerakan penyadaran yang dilakukan oleh semua pihak khusunya partai politik Islam yang berpijak pada ide dan metode Islam, mengembalikan identitas pemuda muslim dengan kepribadian Islam yang khas. Dan peran penting itu akan teroptimalisasi dalam masyarakat yang menerapkan Islam Kaafah . Wallahu ‘Alam

 

Oleh : Naowati, S.Kom (Aktivis MHTI Sultra)
Penulis Merupakan Aktivis MHTI Sultra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini