Pengamat Ekonomi, 6 Mega Proyek di Sultra Tak Pro Kelautan dan Perikanan

105
Pengamat Ekonomi, 6 Mega Proyek di Sultra Tak Pro Kelautan dan Perikanan
DISKUSI KELAUTAN - Pakar ekonomi nasional La Ode Abdul Rahman Farisi berdiskusi dengan mahasiswa dan nelayan di Kendari, Minggu (21/8/2016). Tema pertemuan tersebut adalah membangun Sulawesi Tenggara dari laut dan pesisir. (Foto:Istimewa)
Pengamat Ekonomi, 6 Mega Proyek di Sultra Tak Pro Kelautan dan Perikanan
DISKUSI KELAUTAN – Pakar ekonomi nasional La Ode Abdul Rahman Farisi berdiskusi dengan mahasiswa dan nelayan di Kendari, Minggu (21/8/2016). Tema pertemuan tersebut adalah membangun Sulawesi Tenggara dari laut dan pesisir. (Foto:Istimewa)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Enam mega proyek strategis infrastruktur yang akan dibangun di Sulawesi Tenggara (Sultra) dianggap tidak pro sektor kelautan dan perikanan. Pembangunan tersebut hanya memperhatikan pembangunan untuk daratan.

Pakar ekonomi nasional La Ode Abdul Rahman Farisi mengatakan  pemerintah provinsi belum menyadari bahwa laut adalah masa depan perekonomian.  Pemerintah provinsi maupun kabupaten di Sultra tidak fokus dan tidak terlalu pro terhadap kelautan dan perikanan.

“Uang itu tiga kali lebih banyak di laut dibanding di darat. Kalau kita bisa tembus pasar ekspor maka pemasukan akan sangat besar dan itu sudah banyak dilakukan daerah lain. Kita memang ekspor tapi keluarnya dari Makassar, bukan kita,” kata Rahman usai berdiskusi dengan dengan mahasiswa dan nelayan di Kendari, Minggu (21/8/2016).

Saat ini  hasil perikanan Sultra menurut Rahman,  banyak diklaim dari Makassar atau Bali. Selain itu, harga pemasaran kelautan dan perikanan belum terkontrol. Misalnya harga rumput laut selama 3 tahun terakhir  tidak stabil.

Rahman mengaku telah bertemu dengan banyak nelayan rumput laut di Bau-Bau, Buton Tengah, Raha, dan Kendari. Nelayan pembudidaya selalu mengeluhkan harga rumput laut yang tidak stabil. Namun demikian tidak ada jalan keluar dari pemerintah daerah.

Salah satu masalah yang ada di Sultra saat ini tidak ada perusahaan daerah (Perusda) yang mengurusi perdagangan hasil laut. Padahal Perusda seharusnya bisa memfasilitasi perdagangan untuk mengontrol harga dengan mencari pasar yang harganya bagus.

Tiga  hal yang mestinya menjadi perhatian pemerintah yakni teknologi tangkap, lembaga penjaminan kredit daerah dan Perusda untuk perdagangan hasil laut. Jika hal itu bisa dibenahi dengan baik maka potensi kelautan dan perikanan bisa lebih maju.

Untuk diketahui, 6 mega proyek strategis yang akan dibangun pada masa akhir pemerintahan Nur Alam – Saleh Lasata yakni Bendungan Ladongi di Kolaka Timur, Gedung Bank Sultra di Kendari, Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Konawe Selatan, Kendari Golden Trade Center  yang berada di eks RSUD Provinsi, Sarana Olahraga Terpadu di Kendari, dan Pembangunan Kendari Newport. A

 

Reporter :  Muhamad Taslim Dalma
Editor Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini