Permandian Alam Topa, Kolam Air Raksasa di Tengah Perkampungan Lasalepa

2000
Permandian Alam Topa, Kolam Air Raksasa di Tengah Perkampungan Lasalepa
PERMANDIAN ALAM TOPA - Aksi para pengunjung saat menikmati segarnya permandian alam Topa di Desa Labone. (Nasrudin/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, RAHA – Airnya jernih. Menyegarkan melampaui permandian buatan di tengah kota. Sensasi sejuk air payau seakan melumat sekujur tubuh ketika menikmati keindahan permandian alam Topa yang terletak di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini.

Berasal dari sumber mata air alami, permandian ini tak lekang oleh waktu. Tak pernah kering sejak ratusan tahun lalu. Mengalir dari dalam tanah, menyembur melalui dinding tebing di bibir pantai desa setempat.

Eksistensi permandian ini kini diburu oleh pecinta wisata di Muna. Tempatnya yang mudah terjangkau menggugah ratusan pengunjung tiap harinya, seakan tak pernah bosan berendam menikmati segarnya air.

Memiliki diameter seluas 60×27 meter, permandian ini bak kolam raksasa yang berada di tengah perkampungan. Airnya mengalir dari empat penjuru dengan kedalaman hanya mencapai 2 meter.

Di sisi kolam terdapat dua pohon beringin yang diperkirakan hampir mencapai ratusan tahun. Banyak pengunjung menjadikan kedua pohon beringin itu sebagai media untuk menguji adrenalin, melompat dari dahan pohon dengan ketinggian hingga 5 meter.

Kejernihan airnya menampilkan pemandangan tembus pandang hingga ke dasar kolam. Sehingga permandian ini aman dan bisa dinikmati berbagai kalangan, anak-anak hingga dewasa.

Permandian Alam Topa, Kolam Air Raksasa di Tengah Perkampungan Lasalepa

Lokasinya pun seperti di pelupuk mata karena berada di pinggiran kota. Tepatnya di sisi jalan jalur utama yang menghubungkan Kecamatan Lasalepa-Napabalano. Sedangkan jaraknya dengan Kota Raha hanya sekitar 20 kilometer saja yang mudah ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Tak perlu ragu jika kemampuan renang belum mumpuni. Sebab, permandian Topa juga menyediakan berbagai fasilitas renang seperti pelampung berupa ban dari berbagai ukuran dengan harga terjangkau.

Baca Juga : Wisata Puncak Trend di Muna, Fasilitasnya Dibangun dari Dana Desa

Kepala Desa Labone Laode Moroko menceritakan, sumber mata air Topa sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan tak pernah kering mengalir hingga saat ini.

Kata Moroko, dahulu di lokasi permandian terdapat dua mulut gua yang terbentuk oleh aliran air. Namun karena terjadi gempa membuat mulut gua kini tertutup.

“Dulu warga sering memancing ikan di dalam gua karena sebelum ditanggul kalau air laut pasang, air masuk hingga di bibir gua. Tapi sekarang guanya sudah tertutup akibat gempa lokal,” kisah Maroko ditemui Zonasultra, Selasa (5/2/2019).

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Sebelum direhab, di tengah kolam terdapat batu besar yang oleh masyarakat sekitar disebut ‘Kontu Moghane’ atau batu pria dan ‘Kontu Robhine’ atau batu wanita yang berada di sisi luar kolam bagian kiri.

Namun tak ada sejarah dari keberadaan kedua batu itu karena cerita itu hanya sebatas dongeng dari mulut ke mulut.

“Tidak ada cerita khususnya. Itu hanya cerita yang berkembang dari masyarakat. Tapi warga meyakini adanya kedua batu itu yang memiliki cerita mistis,” terang Amsir, Ketua BPD Desa Labone saat ditemui di lokasi permandian.

Kata Amsir, debit air di kolam tiap saat diatur dan dibersihkan. Di sisi kiri bendungan dibuatkan pintu sebagai pengatur keluar masuknya air.

“Ketinggian air kita atur. Kadang kalau kotor setelah digunakan, kita langsung bersihkan dengan membuka pintu gerbang. Hanya satu jam airnya langsung surut dan diganti yang baru dari aliran mata air,” terang Amsir.

Salah satu pengunjung, Iman mengaku sering berakhir pekan di permandian alam Topa. Kata dia, selain airnya yang segar dan jernih, keberadaan air payau ini juga sangat mudah dijangkau dan tak perlu tenaga ekstra untuk menikmatinya.

“Saya setiap liburan bersama keluarga pasti ke sini karena dekat dan aman bagi anak-anak. Airnya dangkal dan jernih dan sangat menyegarkan,” kata dia.

Kekuatan Dana Desa

Geliat pemanfaatan dana desa (DD) seperti telah menyulap wilayah di Muna, bak bertransformasi menjadi daerah kepulauan wisata paket lengkap. Komplit, karena menyajikan semua jenis wisata.

Keindahan pasir putih, birunya laut menyisir semua sudut pulau Muna. Wisata purbakala gua Liangkobori dan jati tertua yang kini tengah menghipnotis mata dunia.

Bahkan wisata religi Masjid Muna di Kecamatan Tongkuno, air terjun Kalimalima hingga wisata puncak yang memacu adrenalin menjamur di setiap pelosok desa. Puncak Lakude di Desa Masalili Kecamatan Kontunaga kini tengah viral jadi buah bibir di kalangan penggila wisata seantero Muna.

BACA JUGA :  Tenunan Khas Daerah Sultra Tampil di Ajang Indonesia Fashion Week 2024

Baca Juga : Air Terjun Kandawu Ndawuna, Pesona Wisata Alam Pulau Buton

Semua wisata itu kini telah disulap menyerupai serpihan surga. Tak lain, semua karena ‘The Power of Dana Desa’ dan konsistensi para kepala desa untuk mengembangkan sektor wisata di Muna. Hal ini juga selaras dengan visi dan misi bupati Muna, Rusman Emba menitikberatkan pengembangan wisata dengan tagline ‘Mai te Wuna’.

Permandian Alam Topa, Kolam Air Raksasa di Tengah Perkampungan Lasalepa

Dulu kolam raksasa ini dipandang sebelah mata hanya untuk pelepas dahaga dan tidak memiliki daya tarik karena belum tertata dengan baik.

Namun setelah pemerintah pusat menggelontorkan dana desa, wajah wisata alam Topa mulai nampak dan bisa menampung debit air dalam jumlah besar.

Perlahan semua infrastruktur dasar mulai dibangun sejak tahun 2018 lalu dengan anggaran dana desa mencapai Rp1 miliar.

“Permandian ini baru terkenal sejak tahun lalu. Melalui dana desa kami bangun sarana infrastruktur dasar seperti pembangunan tanggul seluas 60×27 meter membentuk huruf L, penimbunan untuk parkiran dan fasilitas penerangan lampu tenaga surya,” terang Amsir.

Sementara tahun ini pihaknya kembali menggelontorkan anggaran mencapai 40 persen untuk pembangunan sarana dan prasarana. Pemerintah desa akan membangun lapak jualan dan beberapa unit gazebo, pos jaga dan membenahi lahan parkir yang berada di sisi kiri permandian.

Pihaknya juga memastikan wisata tersebut akan dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Sekarang kita belum maksimalkan penarikan retribusi karena belum ada aturannya. Namun rencananya tahun ini akan diserahkan pengelolaannya di BUMDes agar pendapat asli daerah (PAD) bisa maksimal,” ucapnya.

Disanding dengan Wisata Mangrove

Berada di kawasan hutan mangrove Pantai Lasalepa, permandian alam Topa juga digodok dan bakal disandingkan dengan wisata hutan mangrove. Keberadaan tanaman bakau yang alami itu menjadi daya tarik tersendiri selain menikmati segarnya air payau Topa.

“Kita juga rencananya manfaatkan wisata mangrove yang ada di sekitar permandian Topa. Jadi pengunjung tak hanya disuguhkan dengan permandian tapi hijaunya hutan mangrove bakal menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melepas penat,” jelas Amsir. (a)

 


Kontributor: Nasrudin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini