Rupiah Melemah, Pengusaha Tahu Tempe di Konda Resah

574
Rupiah Melemah, Pengusaha Tahu Tempe di Konda Resah
PENGUSAHA TAHU - Pengusaha tahu di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), (Erik Ari Prabowo/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, ANDOOLO – Menguatnya nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah membuat perajin tahu di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), resah. Pasalnya, mahalnya harga bahan baku tahu yakni kacang kedelai merupakan imbas dari menguatnya kurs dollar terhadap rupiah, sebab kacang kedelai yang digunakannya impor dari Amerika.

Kepada Zonasultra.Com para pengusaha tahu itu mengutarakan kekhawatiran mereka. Aris (31) misalnya, pria asal desa Lambusa Kecamatan Konda Kabupaten Konsel ini mengaku bingung melihat kenaikan harga kedelai impor saat ini, Aris menjelaskan, saat ini harga kedelai terus mengalami kenaikan harga hingga mencapai Rp. 8.500 per kilogramnya.

“Ini sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu, sebelumnya cuma Rp. 7.500 per kilogram, bahkan isunya dengar-dengar harga kedelai mau naik lagi katanya, kalau sudah begini kita mulai kebingungan lagi ini,” kata Aris saat ditemui di rumahnya, Kamis (6/9/2018).

(Baca Juga : Rupiah Melemah, ARF: Ali Mazi Harus Dorong Ekspor)

Rupiah Melemah, Pengusaha Tahu Tempe di Konda Resah

“Ya ialah, kalau Rupiah melemah, pasti berpengaruh sekali, pasti naik Kedelainya, kan kita ambilnya dari Surabaya, negara kita ngimpor dari Amerika,” tambahnya.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Aris mengakui, kenaikan harga bahan baku tersebut sangat memberatkan kalangan pengusaha tahu karena harga jual tahu di masyarakat tetap tidak mengalami kenaikan.

“Harganya tetap Rp. 65.000 per loyang. Nggak bisa naik, soalnya kita nggak ada yang ngatur, semua pengusaha yang ada disini mengelola sendiri-sendiri usahanya, nggak ada semacam seperti asosiasi pengusaha tahu seperti yang ada di Jawa, jadi kalau kita naikan disini terus disana belum, yaa percuma, ruginya kembali kekita, pelanggan pada pindah ketempat lain. Saya Lebih pilih berhenti produksi dari pada mau naikin harga, nggak berani saya,” terangya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Hijar (75). Ia mengaku telah membuka usaha produksi Tahu dan Tempe sekitar 20 tahun lalu di Desa Lambusa untuk dijual di Kota Kendari. Pria paruh baya ini juga mengaku cemas dengan pelemahan Rupiah terhadap Dollar saat ini.

“Itu, Katanya dengar-dengar mau naik lagi harga kedelainya, pusing mikirinya, kalau nilai tukar rupiah udah tembus sampai 15.000 lebih, bahanya naik sampai sembian atau sepuluh ribuan, mending tutup produksi, mau dapat apa, sekarang saja sudah tipis untungnya,” curhat Hijar.

BACA JUGA :  7 Keunggulan MacBook Air yang Membuatnya Jadi Pilihan Utama

(Baca Juga : Rupiah Melemah, Legislator Sultra Masih Optimis

Rupiah Melemah, Pengusaha Tahu Tempe di Konda Resah

Saat ini, dirinya bersama dengan rekan-rekan pengusaha Tempe Tahu terus melakukan strategi untuk tetap dapat meraup untung dalam penjualan.

“Ya harus disiasati, seperti kita permainkan, kurangi isi dan ukuranya (Tahu, Tempe) kalau tidak begitu tidak dapat, kalau naikan harga,konsumen nggak mau tau, paling mereka pindah langganan,” keluhnya.

Menyangkut jumlah kebutuhan bahan baku, Hijar menambahkan, dirinya membutuhkan tiga karung kedelai untuk membuat Tempe dan Dua karung untuk pembuatan Tahu, setiap harinya memproduksi.

Olehnya itu, ia berharap pemerintah bisa turun tangan membantu menurunkan harga kedelai impor. Jika tidak, dikhawatirkan akan banyak usaha kecil produksi tahu tutup atau bangkrut. (A)

 


Reporter : Erik Ari Prabowo
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini