Semarang Saksi Persaudaraan Nusantara Kita

101
SEMARANG SAKSI PERSAUDARAAN NUSANTARA KITA
Ilustrasi gambar persahabatan kami
SEMARANG SAKSI PERSAUDARAAN NUSANTARA KITA
Ilustrasi gambar persahabatan kami

 

Momen perjalanan atau kesempatan untuk menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah kita jelajahi akan mengasa kepribadian kita, di setiap langkah kaki kita tertulis sejarah hidup kita dan di pundak kita memikul beban pertanggung jawaban atas apa yang kita lakukan di tempat perantaun dan untuk apa kita merantau, setiap orang memikul beban yang berbeda-beda di tempat perantaun mereka yang sesuai dengan tujuan kita masing-masing.

“Dunia Ini Adalah Sebuah Buku, Dan Mereka Yang Terus Berdiam Di Rumahnya Hanya Khatam Satu Halaman Saja”

Pengalaman dan pelajaran bisa di dapat pada saat engkau berani untuk menjelahi atau merantau di kota orang atau di negeri orang , merantau untuk bekerja atau merantau untuk melanjutkan pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, merantau di negri orang atau di kota orang bukanlah hal gampang, untuk hidup di negri orang atau di kota orang. Terkadang hidup di kota orang tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan sebelumnya, dan ketika kita memutuskan untuk merantau berarti kita telah siap menghadapi tantangan atau cobaan yang menanti kita di tempat perantauan kita, keputusan itulah yang akan mengubah pola pikir kita dan bisa jadi dapat mengubah arah hidup kita dari hal yang buruk ke hal yang baik.

“Jangan Pernah Takut Untuk Keluar Dari Zona Nyamanmu Demi Mencapai Kesuksesanmu”

SEMARANG SAKSI PERSAUDARAAN NUSANTARA KITA
Ilham

SEMARANG_ di kota inilah berlabuhnya perantaun kami (pemuda-pemudi daerah SULTRA) untuk melanjutkan pendidikan agar dapat mencapai cita-cita kita yang akan merubah kehidupan kita kedepannya yang sesuai dengan apa yang kita cita-citakan, di kota ini kita di ajarkan saling menghargai walaupun kita berbeda bahasa, suku,agama dan ras dan di kota ini kita di pertemukan dengan sanak saudara/saudari walaupun mereka hadir dengan perbedaannya masing-masing tapi kami (Pemuda-Pemudi SULTRA) tetap keluarga, kami selalu menjunjung tinggi tali persaudaraan, bila mana ada permasalahan dalam keluarga kecil kami yang ada di tanah rantau ini kita selalu menyelesaikan secara kekeluargaan walaupun permasalahan itu tidak mungkin dapat di selesaikan secara singkat tapi di keluarga kecil ini dapat menyelesaikan semua itu secara singkat.

“Hidup Di Perantaun Memaksa Kita Untuk Belajar Hidup Sendiri Atau Kelompok, Dan Memaksamu Untuk Menyerap Banyak Ilmu Dari Segala Penjuru. Pelajaran Bisa Di Dapat Dari Buku Teks Hingga Tumpukan Cucian Sampai Dompetmu Yang Kosong”

Di kota ini kami sebagai keluarga kecil yang ada di tanah rantau selalu di ajarkan agar dapat hidup mandiri tanpa di urusi orang tua di sini kita di ajarkan untuk mengurus diri sendiri walaupun ke uangan kami masi di kirimkan oleh orang tua, tapi di kota ini kita harus mampu memanajemen uang kirimin dari orang tua kita agar bisa mencukupi kehidupan kita selama satu bulan atau lebih. Tapi kembali lagi dalam keluarga kecil kami di mana kami selalu menjunjung tinggi tali persaudaraan bila mana ada salah satu anggota keluarga kami yang masih kekurangan, maka kami sebagai keluarga kami selalu mencoba untuk menutupi kekurangan itu dan bila mana dari salah satu anggota keluarga kami yang terbaring lemah menahan sakitnya kita sebagai keluarga ikut merasakan rasa sakit itu.

“Duduk Sama Rata, Berdiri Sama Tinggi”

 

Oleh : Ilham
Penulis adalah Mahasiswa IPMA_Semarang dan HMI komisariat Fti UNISSULA Cabang Semarang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini