Stok Cabai Rawit Melimpah, Harga Masih Rp 60.000 Perkilogram

103
ilustrasi-cabe-naik
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Harga cabai rawit di pasaran hingga saat ini belum turun, meski stok pangan itu melimpah. Seperti yang dituturkan Asmawati, salah seorang pedagang di Pasar Basah Mandonga, Kendari.

ilustrasi-cabe-naik
Ilustrasi

Menurut dia, harga cabai rawit masih di kisaran Rp 60.000 per kilogram.
Harga yang masih tinggi tersebut menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Kata Asma, biasanya masyarakat membeli satu kilogram, namun kin menjadi setengah bahkan seperempat kilogram cabai rawit.

“Kalau sudah begitu, cabai tidak cepat habis terjual, akibatnya kering atau menyusut. Disitu kita biasa rugi karena timbangan berkurang,” jelas Asma sapaan akrabnya saat di temui di pasar tersebut, Selasa (24/1/2017).

BACA JUGA :  Warga Sultra Bisa Tukar Uang Receh Koin di Bank atau Swalayan

Berita Terkait : Gagal Panen Sebabkan Harga Cabai Melonjak di Kendari

Sementara itu, saat harga cabai rawit murah, mereka kadang membuang ke tempat sampah. Itu disebabkan cabai kelebihan stok hingga membusuk.

Sedangkan untuk harga tomat pedagang membandrol Rp 6.000 per kilogram untuk tomat dari luar daerah Sulawesi Tenggara. Berbeda dengan tomat lokal, masyarakat bisa mendapatkan dengan harga Rp 4.000 per kilogram.

“Jika kualitasnya beda, pembeli lebih cuek dan memilih untuk membeli yang dibandrol murah,” terang Asma.

Dia juga menuturkan, stok bahan pangan di Kendari seperti cabai di suplai ke daerah lain. Sehingga ketersediaan bahan pangan ini kadang kosong di daerah sendiri.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Baca Juga : Ini Trik Pengusaha Rumah Makan Siasati Kenaikan Harga Cabai

Salah seorang pembeli di pasar basah Mandonga, Kendari, Lena menuturkan, untuk menyiasati harga cabai yang fluktuasi, ia harus membeli sesuai kebutuhan.

“Saya beli sesuai keperluan di rumah, biar uang belanjanya cukup untuk beli kebutuhan lainnya,” ujarnya.

Jika harga cabai sedang mahal seperti ini, lanjut Lena, ia terpaksa membeli setengah dari biasanya.

“Keluarga tidak terlalu doyan pedas. Jadi cabai tidak terlalu menjadi keharusan untuk selalu ada di dapur,” tukasnya. (B)

 

Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini