TPID Klaim Inflasi Sultra Sepanjang 2017 Turun

52
TPID Klaim Inflasi Sultra Sepanjang 2017 Turun
Gubernur Sultra Nur Alam, Ketua DPRD Abdurrahman Shaleh, Ketua TPID Sultra Lukman Abunawas, dan KPw Bank Indonesia Minot Purwahono dalam acara high level meeting TPID Provinsi Sultra di Swiss-Belhotel Kendari, Kamis (9/3/2017). Dalam kegiatan ini, membahas upaya dalam mengendalikan inflasi di Sultra.
TPID Klaim Inflasi Sultra Sepanjang 2017 Turun
MEETING : Gubernur Sultra Nur Alam, Ketua DPRD Abdurrahman Shaleh, Ketua TPID Sultra Lukman Abunawas, dan KPw Bank Indonesia Minot Purwahono dalam acara high level meeting TPID Provinsi Sultra di Swiss-Belhotel Kendari, Kamis (9/3/2017). Dalam kegiatan ini, membahas upaya dalam mengendalikan inflasi di Sultra. (Sitti Nurmalasari/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mencatat tingkat inflasi di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan sepanjang 2017 ini.

Ketua TPID Sultra Lukman Abunawas mengatakan pada 2017 tingkat inflasi daerah mengalami penurunan dibandingkan 2016. Hal ini, karena TPID tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota telah bekerja keras secara maksimal dalam melaksanakan tugas. Sementara laju pertumbuhan ekonomi Sultra mengalami peningkatan sebesar 6,37 persen. Pencapaian ini melebihi pertumbuhan ekonomi secara nasional.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

“Tentunya dengan komoditi yang ada di Sultra,” kata Sekda Sultra ini di Swiss-Belhotel Kendari, Kamis (9/3/2017).

Kata dia, faktor penunjang pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh keberhasilan potensi sektor pertanian di sembilan kabupaten wilayah daratan dan tujuh kabupaten wilayah kepulauan yang mengalami pemesatan sektor perdagangan

Sementara itu, Gubernur Sultra Nur Alam mengatakan walaupun inflasi Sultra dapat dikendalikan pada tingkat yang relatif rendah pada kisaran 2,69 persen, bukan berarti upaya tim pengendalian inflasi telah selesai.

Dia menjelaskan, ketergantungan pasokan bahan pangan seperti daging, telur ayam ras, bawang putih dan bawang merah, kentang, kol dan lain lain, tidak lagi dipasok dari daerah lain. Tetapi bagaimana Sultra menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjadi pemasok untuk daerah lain.

BACA JUGA :  7 Keunggulan MacBook Air yang Membuatnya Jadi Pilihan Utama

Selanjutnya, penyumbang inflasi di Sultra, berasal dari komoditas yang dihasilkan oleh petani seperti beras, ikan, sayur-sayuran.

“Perlu ada penelusuran apakah produksi yang rendah, yang mengakibatkan inflasi. Apalagi yang tinggi komoditas yang memang ada dan bisa dihasilkan oleh petani Sultra,” kata gubernur dua periode ini.

Selain hambatan infrastruktur, produksi komoditas dipengaruhi cuaca yang berdampak pada ketersediaan dan harga di pasar. Sehingga TPID perlu mengelola dan mengatur stok agar tidak fluktuatif signifikan.

Baca Juga : Angkutan Udara Jadi Penyumbang Tertinggi Inflasi di Sultra

‌Tingkat harga komoditas ini akan mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan petani dan nelayan. Menjaga keseimbangan antara harga di pasar agar tidak merugikan konsumen dan produsen.

Kata Nur Alam, dalam jangka panjang pemerintah daerah dan TPID dapat mengatasi permasalahan struktural yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur produksi dan distribusi. Agar pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak tergusur oleh inflasi. (A)

 

Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini