Wa Ati, Perempuan Tangguh dari Kabupaten Muna

329
Wa Ati, Perempuan Tangguh dari Kabupaten Muna
TAMBAL BAN - Wa Ati, Perempuan kelahiran Desa Lakaoduma, Kecamatan Watuputih, Kabupaten Muna yang menekuni pekerjaan sebagai tukang tambal ban. (Lukman Budianto/ZONASULTRA.COM)
Wa Ati, Perempuan Tangguh dari Kabupaten Muna
TAMBAL BAN – Wa Ati, Perempuan kelahiran Desa Lakaoduma, Kecamatan Watuputih, Kabupaten Muna yang menekuni pekerjaan sebagai tukang tambal ban. (Lukman Budianto/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Menekuni pekerjaan sebagai tukang tambal ban memang identik dengan laki-laki. Pekerjaan ini membutuhkan kekuatan otot. Terutama otot lengan. Namun tidak dengan Wa Ati. Perempuan kelahiran Desa Lakaoduma, Kecamatan Watuputih, Kabupaten Muna ini menepis dominasi pikiran itu.

Di depan bengkel ukuran dua kali tiga miliknya, Wa Ati dengan lihai mencongkel ban pelanggannya. Urat lengan dan otot tampak jelas. Bengkel ini dibuat oleh Wa Ati sejak dua tahun silam. Perempuan berusia 41 tahun ini melakoni pekerjaan sebagai tukang tambal ban untuk menghidupi dan menyekolahkan enam orang anaknya.

“Saya nikmati pekerjaan ini. Saya juga tidak malu, tapi saya bangga,” tutur perempuan perkasa ini sambil mengencangkan rantai motor pelanggannya, Kamis (20/4/2017) siang.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Bengkel Wa Ati terletak di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Bengkel ini dibuat dengan modal Rp 3 juta. Dalam sehari, Wa Ati meraup keuntungan Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu.

“Kalau banyak pelanggan, bisa sampai Rp 300 ribu. Kalau sepi, ya kadang Rp 50.000 sampai Rp 100 ribu,” ucap Wa Ati.

Amir (42), suami Wa Ati, juga menekuni pekerjaan yang sama dengan istrinya. Ia membuka bengkel sendiri yang letaknya berada tidak jauh dari bengkel Wa Ati.

“Saya juga belajar dari suami. Awalnya suami yang kerja begini. Tapi karena hasilnya masih kurang maka kami sepakat untuk buka dua bengkel. Alhamdulilah diizinkan,” ujarnya sumringah.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

(Baca Juga : Kisah Anak Jadi Tukang Parkir Demi Biayai Sekolahnya)

Untuk menambal ban, setiap hari Wa Ati harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 20.000. Uang tersebut digunakan untuk membeli dua liter besin, bahan bakar mesin kompresor. Dari hasil usahanya, kedua suami istri ini berhasil menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan, kata Wa Ati, ia akan berusaha sekuat tenaga agar cita-cita seluruh anaknya bisa terwujud.

“Dua orang anak saya yang masih SD mau jadi polisi dan tentara. Namanya Zaldi Saputra dan Muhammad Rezki. Dia sering sebut-sebut begitu,” ujarnya.

Bagi Wa Ati, pekerjaan itu tidak ada yang sulit. Kata dia, seberapapun beratnya sebuah pekerjaan bila ditekuni dengan ikhlas, maka akan terasa ringan. Ibu dari enam orang anak ini tak mau mengeluh soal pekerjaannya ini. Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk mengharap belas kasih apalagi meminta-minta. (B)

 

Reporter: Lukman Budianto
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini