Waspada! Ini Bahaya Merkuri Bagi Manusia

36

ZONASULTRA.COM, KENDARI– Merkuri alias air raksa atau hydragyricum (Hg) adalah satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair, tidak berbau, berwarna keperakan, dan mengkilap. Merkuri akan menguap bila dipanaskan sampai suhu 357 derajat Celcius.

Merkuri dapat dijumpai di alam seperti di air dan di tanah, terutama dari deposit alam, limbah industri, dan aktivitas vulkanik. Dalam pertambangan emas misalnya, merkuri digunakan dalam proses ekstraksi dan pemurnian hasil tambang emas,’ ujar Dr rer nat Budiawan dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan Universitas Indonesia (UI) sebagaimana dikutip Nova belum lama ini yang diterbitkan diportal National Geographic Indonesia.

Menurut dosen FMIPA UI ini, karena sifat ionnya yang mudah berinteraksi dengan air, merkuri mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi (pernafasan), atau lewat makanan atau makanan. Jadi, tanpa sadar, manusia menumpuk merkuri dalam tubuhnya. Bila masuk melalui kulit akan menyebabkan reaksi alergi berupa iritasi kulit.

Reaksi seperti ini tidak perlu menunggu lama. Cukup mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera mengalami iritasi,’ ujar Budiawan.

Pekerja yang biasa menggunakan merkuri berisiko tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru. ‘Saraf juga bisa rusak.

Dampak masuknya merkuri ke dalam tubuh biasanya muncul dalam waktu lama. “Bisa bulanan atau tahunan, tergantung kadar merkuri yang masuk. Merkuri akan menumpuk dan selanjutnya mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotoksik,” ujar Budiawan.

Merkuri digunakan dalam berbagai bidang industri, antara lain tambang emas, industri termometer, penambalan gigi, baterai, Soda kaustik, Krim pemutih, dalam bentuk senyawa garam merkurium.

Tragedi Minamata

Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah menandatangani Konvensi Minamata yang merupakan upaya penanggulangan dampak merkuri sebagai pencemar global dan untuk tidak mengulangi tragedi kemanusian akibat pencemaran merkuri sebagaimana terjadi di Teluk Minamata, Jepang akhir 1950-an.

Tragedi Minamata membuka mata dunia mengenai bahaya merkuri untuk kesehatan dan lingkungan hidup. Belajar dari tragedi di Minamata, saatnya bangsa Indonesia menaruh perhatian serius terhadap penggunaan merkuri di Indonesia

Penyakit minamata akibat keracunan merkuri menyerang sistem saraf; tidak hanya menyebabkan penderitaan dan kematian korban, tetapi juga mewariskan dampak kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat.

Oleh karena itulah, harus segera mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan merkuri pada kegiatan industri, termasuk yang digunakan pada pertambangan emas skala kecil.

Apalagi, sejak beberapa tahun terakhir, pertambangan emas skala kecil khsusunya di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menggunakan merkuri sudah marak sejak ditemukannya emas di daerah itu pada tahun 2008 silam.

Sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Solok (Sumatra Barat), Pongkor (Jawa Barat), Sekotong (NTB), Katingan (Kalimantan Tengah), juga marak penggunaan merkuri ini.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini