Waspada, Kabupaten Muna Dihantui Wabah Penyakit Rubella

522
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Muna, Ansar
Ansar

ZONASULTRA.COM, RAHA – Wabah penyakit menular Rubella atau dikenal dengan Campak Jerman tengah mengancam masyarakat kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), khususnya anak anak yang berusia 9 hingga 15 tahun.

Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten Muna mencatat, sepanjang tahun 2017 hingga 2018 mereka menemukan kasus penderita Rubella di daerah itu mencapai 60 orang.

“Sudah ada sejak 2017 lalu. Waktu pelaksanaan Kalbe Campak di Katobu dan Kabawo diidentifikasi positif Rubella sebanyak 59 kasus tersebar di Puskesmas Mabodo, Kabangka, Lasalepa dan Tampo. Untuk Campak sebanyak 13 kasus,” terang Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Muna, Ansar di ruang kerjanya, Rabu (32/20/2018).

Sementara tahun ini, hasil identifikasi Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yang berkunjung langsung di Kabupaten Muna beberapa waktu lalu menemukan satu dugaan kasus Rubella di Kecamatan Pasir Putih.

“Saat kita melakukan pendampingan dengan tim WHO ada temuan dugaan kasus Rubella, tepatnya di Pola. Kasusnya sudah diselidiki namun kita menunggu hasil Lab dari Surabaya apakah anak itu positif Rubella atau tidak,” cetusnya.

Selain itu, kata Ansar cakupan Imunisasi Campak dan Rubella saat ini sudah mencapai 70 persen atau sekitar 45.276 sasaran dari 65 ribu sasaran yang ditargetkan.

“Mereka itu mulai dari usia 9-15 tahun namun sebenarnya target kami hingga 95 persen untuk kabupaten Muna,” ungkapnya.

Wilayah yang mendominasi untuk pelaksanaan imunisasi MR terdapat di kecamatan Katobu sebanyak 3700 peserta. Sementara wilayah yang banyak menolak terjadi di kecamatan Duruka, Katobu dan Kabawo.
“Kalau di Duruka itu, desa Wapunto hanya sekitar 24 persen,” ungkapnya.

Bahkan dalam pelaksanaan imunisasi MR di Muna, pihaknya banyak menemukan penolakan dari masyarakat akibat informasi kehalalan dari vaksin MR tersebut.

Padahal dalam fatwa MUI, kata dia sebenarnya dibolehkan penggunaan vaksin karena kondisi darurat.

“Sebenarnya produk akhir vaksin tidak mengandung unsur babi. Dalam uji laboratorium Kesda dipastikan tidak ada. Hanya dalam pembuatannya bersinggungan, sebagai katalisator yang sifatnya mempercepat reaksi namun dalam produk akhir sudah terpisah,” jelasnya.(A)

 


Reporter: CR5
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini