Zona Cerita: Semangat Pemuda

216
Cerita Pagi Untuk Perempuan Terhebat
Zona Cerita
Zona Cerita, Zona Sultra
Zona Cerita

 

ZONASULTRA.COM – Kala itu sore sudah bersetengah petang. Kuberpijak dalam sebuah gedung. Namanya Gedung Olah Raga La Ode Pandu. Akrab pasaran menyebut-singkat SOR. Senyam-senyum manusia nampak ramai nian disini.

Baju mereka berkuyup keringat, tertangkap telingaku lirih napas bersahut terengah-engah. Ada yang sigap menumpuk kursi plastik, menyapu lantai gedung, juga membongkar dekorasi panggung. Tak ketinggalan berkamera ria. Namun umumnya sibuk bercengkerama dengan perilaku merapikan. Membereskan ruangan dari pernak-pernik acara yang baru saja selesai digelar cukup meriah. Cukup meriah. Ya!, kusaksikan itu seharian.

Sesekali pengamatanku dihardik-hardik senyum. Walau tak begitu kukenal siapa pelempar senyum itu. Tak begitu kukenal sebab jariku terlalu banyak untuk menghitung jumlah pertemuanku bersama mereka. Rasa-rasanya baru tiga-empat kali. Bahkan nama mereka tak begitu menempel diingatanku. Terlalu baru direkamanku. Jelas belum terpatri dalam dunia pertemananku.

Mereka semua pemuda. Tak hanya dari tampilan fisik. Rentang umur mereka masuk dalam kategori pemuda, berdasarkan Undang-Undang Kepemudaan, di negara hukum ini.

Siangnya tadi, begitu ramai muda-mudi kesini. Tentu sebab kegiatan yang mereka wujudkan bergaung kepemudaan. Temanya Festival Pemuda. Di item-itemnya ada talkshow bersama pemuda lokal berprestasi internasional. Mereka begitu menginspirasi para hadirin. Adapula kompetisi fotografi dan tulisan berfokus isu kedaerahan. Turut beberapa stand organisasi pemuda juga dipamerkan didalamnya.

Dalam satu sesi, beberapa unsur Pimpinan Daerah dihadirkan tak ketinggalan perangkat teknisnya. Disitu diulas mengenai problem kepemudaan. Dikemas hangat, untuk kemudian di blow up kedepannya. Konon, jikalau tak ada kekhilafan lagi, pemerintah Kabupaten ini kedepannya lebih memperhatikan isu-isu semacam ini. Tentu, diskusi itu sejenak melepas dahaga pemuda yang menyaksikannya, layaknya berteguk-teguk dengan secangkir teh. Hangat dan manis!

>—<

Walau mereka lebih terlihat seperti segerombol anak-anak, harus kuakui mereka banyak menggugahku. Polos, berkeringat, dan hebat misinya berharmoni dalam kegiatan yang mereka adakan. Kurang lebih itu pemaknaanku.

Kungkungan materi tak mampu menghambat laju semangat kesuksesan kegiatannya. Betapa tidak, hasil penelusuranku mendapati modal kegiatan hanya ada dikisaran recehan tiga jutaan. Bukan puluhan atau ratusan juta. Berbanding jauh dengan output kegiatan, yang didalamnya ramai utilitas. Tidak main-main dengan menghadirkan International Speaker, Motivator muda Indonesia, Pemuda Inspiratif. Ajaibnya lagi, kegiatan ini gratis dengan berbagai paket dan hadiah dinikmati peserta. Malah, ada banyak doorprize.

Dalam kegiatan kepemudaan banyak proses yang dituai dari penyelenggaranya. Tak terkecuali di kegiatan Festival Pemuda kali ini. Dimana kemandirian mereka sangat kental tersirat. Kegiatan sebesar dan bermakna ini hanya ditopang oleh ketulusan dan kerja keras mereka. Tak ada yang bisa menduga akan seperti ini hasilnya. Semangat dan kerja keras membuktikan jikalau Tuhan memunculkan keajaiban dari jalan itu. Dari recehan mereka bisa membuat kegiatan besar manfaatnya. Dan tentu saja itu menyiratkan, diawali langkah kecil pemuda hari ini bisa membawa perubahan besar untuk daerahnya kedepannya. Kita harus percaya itu.

Kegiatan festival pemuda Inspiratif Kabupaten Muna
Kegiatan festival pemuda Inspiratif Kabupaten Muna

 

Ditulisan ini, tak ada nama untuk segerombol pemuda itu. Tak kutuliskan baik-baik seperti jasanya yang baik. Ini bukan soal secara Chairil Anwar yang berujar ‘apalah arti sebuah nama’. Konteks kekinian, ada banyak nama yang meramaikan list komunitas pemuda di Muna ini. Tak adil jika menonjolkan sekelompok. Mereka mulai muncul perlahan, dan sangat sehat berkompetisi menunjukan karya-karyanya untuk tanah ini.

Seperti sebuah sindrom kepemudaan. Mungkin saja daerah ini mengalami momentum kebangkitan pemuda dihari ulang tahunnya.

Lagipula, tulisanku terlalu jelek untuk menulis baik nama mereka. Terlebih, tak sesederhana namanya, mereka berkarya dengan luar biasa. Menginspirasi anak-anak muda di kota ini, membangun kompetisi kreatifitas diberbagai komunitas, menyebarkan paham prestasi diotak-otak generasi penerus, memberangus perlahan mindset gaul yang salah arah, dan tentu saja sedikit menunjukkan kemandirian atas kekurangpedulian pemerintah. Tentu, jangan lupakan yang itu.

Ada rasa haru-biru mengurung ruang rasaku. Seperti tergugah dari atmosfer atas misi yang mereka bangun. Seperti terantuk dari ulah mainstream pemuda kota ini, yang dalam benakku terkonotasi negatif. Yang dalam celoteh sehari-hari akrab didakwa nakal atas sikap dan perilakunya. Hatiku pun bergumam “ternyata masih ada pemuda seperti ini di kota ini.”

Masa muda mereka tak digeluti sebagaimana masa muda anak-anak lainnya, yang lebih tertarik dengan berburu tumpukkan rupiah. Masa muda mereka dikorbankan di wilayah kerja-kerja sosial yang kreatif. Walau ironinya jarang ada pihak yang menghargai ini.

Tak jarang proposal pencarian dana kegiatan mereka dicibir oleh orang-orang kantoran. Dikolotkan malah!, disamakan layaknya perbuatan menyita waktu sahaja. Padahal kegiatan mereka bukan kegiatan fiktif, bukan pula dijadikan alat meraup nafkah. Buntut tragisnya pemuda di kota ini cenderung digeneralisir hanya tahu tarik busur. Tentu ini sebuah logical fallacy.

Ada banyak judul-judul kegiatan yang dilahirkan begitu positif. Mereka muncul dengan warna dan strategi masing-masing. Seolah ada kompetisi yang terbangun untuk menunjukan kreatifitas, untuk menunjukkan karya satu sama lainnya, meredam perlahan perilaku negatif untuk para pemuda di Kota ini. Yang notabene akhir-akhir ini akrab memanen perbuatan kriminalitas. Riuh dengan kenakalan remaja, seperti tawuran antar lorong dan sebagainya.

Hal ini tentunya berdampak baik bagi pembangunan manusia terkhusus pemuda. Walau ukuran Indeks Pembangunan Manusia tak mendefenisikan bagian ini, walau kata Galilea Galileo sesuatu harus diukur dengan angka. Toh, ada realitas yang tak mampu dibakukan angka. Terlebih untuk menggambarkan semangat positif kepemudaan seperti ini. Ini jauh dari sekadar data, ini soal membangun mindset pemuda yang positif. Generasi penerus bangsa.

Semangat kepemudaan toh bak kayu bakar dari api sejarah negeri ini. Kobaran- kobarannya ramai dinyalakan oleh pemuda. Kelompok inilah yang menjadi masinis di tiap lokomotif berjudul ‘perubahan’ dalam rel sejarah. Sejak negeri ini dikonsep hingga direnovasi dari masa ke masa. Dimana diawalnya lebih berwarna fisik, hingga kemudian dipertarungkan dengan kerja-kerja kreatif dari konsep-konsep kekinian. Kebanyakan hal itu diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti ini.

>—<

Kembali ke Gedung. Lantai-lantai SOR mulai terbebas dari serakan sampah. Bangku-bangku kegiatan mulai tersusun rapi, nampak beberapa kendaraan Pick Up bersiaga mengangkut, menyalurkan pinjaman kursi diberbagai tempat. Tak ketinggalan kursi, meja, pot diangkut satu per-satu.

Lucunya, sempat kulihat wanita muda berjumbai hijab bergelut dengan aktivitas yang sarat fisik itu. Mereka tak sungkan membantu yang pria untuk mengangkat beban berat. Walau ada yang terpapar kelelahan, namun umumnya senyum semangat belum juga memudar.

Lirikan mata mereka masih berbinar-binar. Seperti merayakan kemenangan. Seperti ada kepuasan tersendiri.
Jam digitalku menunjukkan waktu jam sepuluh-an, logistik datang tak tahu darimana saja. Beberapa kaleng susu beruang jadi hadiah spesial malam itu. Mungkin saja ada yang prihatin dengan berpucat-pucat pasinya wajah mereka. Meski selalu berlumur senyum.

Memperhatikan mereka membuatku pegal juga keheranan. Dari luar dari dalam itu kulakukan. Sedikit guyonanku terhadap kerja tanpa lelah ala robot itu kulontarkan, “ hey, kamu robot berbaterai apa? Hahaha.” Seseorang melirikku dengan senyumnya, seolah ia baru saja kesetrum dari seriusnya aktivitasnya.

Lambat laun aktivitas itu digilas roda waktu. Malam pun semakin malam. Para panitia mulai meninggalkan SOR. Peserta kegiatan tadi yang kebanyakan anak sekolahan mungkin sudah bermimpi. Semoga saja inspirasi dari pemateri menghujani mimpi ditiap malam mereka. Hingga semakin banyak lagi pemuda berprestasi hadir berkarya untuk daerah ini.

Tak ketinggalan dengan para panitia, yang mentalnya sudah teruji. Semoga mereka semakin tertantang untuk lebih berkarya lagi. Menyapu aktivitas negatif dikalangan Pemuda Muna, mengembalikan kursi kekuasaan pada trah-nya dimasa depan nanti, seperti menyapu lantai SOR hingga bersih dan mengembalikkan kursi pinjaman dengan penuh kekuatan dan tanggungjawab.

Ini hanyalah secarik catatan dari pengamatanku. Pada kerja mereka dengan keterbatasanku, dari luar dan dalam. Tulisan ini adalah persembahan, walau tak begitu bernilai dibanding tiap tetesan keringat mereka. Tak ada parcel tak ada amplop. Tak mampu kuwujudkan terima kasihku pada semangat mereka dengan hadiah bermegah ria. Yah, mereka yang katanya punya rumah, rumah yang warnanya hijau. Maju terus!, Maju terus untuk pemuda Kabupaten Muna! Terima Kasih untuk karyanya kali ini! Terima Kasih!

Penulis : La Ode Muhram

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini