10 Tahun Mengabdi, Guru SLB Berharap Diangkat Jadi PNS

453
10 Tahun Mengabdi, Guru SLB Berharap Diangkat Jadi PNS
Foto Bersama Siswa SLB Nandara Kendari
10 Tahun Mengabdi, Guru SLB Berharap Diangkat Jadi PNS
Foto Bersama Siswa SLB Nandara Kendari. (Ilham Surahmi/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM,KENDARI – Sudah hampir 10 tahun, Ester Meri, wanita berusia 43 tahun mengabdikan diri menjadi seorang guru honorer. Namun, harapannya diangkat menjadi sebagai pegawai negeri sipil hingga kini belum terwujud.

Meri mengatakan, pertama kali ia mengajar di SMPN 1 Lambuya, Kabupaten Konawe sekitar tahun 2000. Menurutnya, pemerintah hanya memperhatikan guru yang mengajar di sekolah berstatus negeri ketimbang sekolah swasta atau yayasan seperti tempat mengajarnya saat ini, Sekolah Luar Biasa (SLB) Mandara Kendari.

Padahal, dirinya mengajar di sekolah yang berkebutuhan khusus sangat jauh berbeda dengan mengajar pada sekolah umum negeri. Sebab, sebelum mengajar di SLB Mandara Kendari, dirinya sudah pernah mengajar di SMPN 1 Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan. Perbedaan yang dirasakan begitu terasa saat menjaga antara siswa normal dan ubnormal.

10 Tahun Mengabdi, Guru SLB Berharap Diangkat Jadi PNS
Ester Meri

“Pertama kali ditawarkan, muncul pertanyaan dalam diri saya, bagaimana ini ya saya mengajar mereka dengan keterbatasan, ada tuna rungu, tuna aksara, tuna grahita, apakah saya bisa dan mampu?,” tanya wanita lulusan FKIP Jurusan Dunia Usaha UHO tahun 1997 ini.

Namun, karena ia menyukai tantangan, maka hal itu dijadikan pengalaman baru dan menjadi salah satu tantangan dalam kehidupan.

Diceritakannya, dalam kurun waktu 10 tahun mengajar di sekolah yang berada di Jalan Antero Hamra tersebut bukan sesuatu hal mudah untuk dilakukan. Tapi dibalik kesulitan itu banyak pelajaran hidup yang ia dapatkan mulai dari melatih kesabaran, rasa empati, rasa sayang, jiwa besar, rasah kasih serta kepedulian tinggi terhadap sesama.

Selain itu pula, hal tersebut dapat membuka kesadaran dalam dirinya bahwa anak-anak berkebutuhan khusus sangat jauh dari pandangan orang pada umumnya yang berfikir mereka adalah anak bodoh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Semua itu seakan terbantahkan setelah ia melihat langsung dan merasakan perjuangan mereka untuk dapat belajar dan berkomunikasi bersama kelompoknya.

Hal itu pun terbukti, begitu banyak potensi yang dimiliki oleh anak-anak tersebut dan berhasil memenangkan perlombaan tingkat nasional an provinsi, sampai suatu ketika ia mendampingi salah satu siswa peserta lomba sains tingkat nasional mewakili Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) di Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Pengalaman menarik lain yang pernah dirasakannya, ketika harus mengurus kebutuhan seorang anak yang mengalami tuna grahita, dimana ketika anak didiknya akan ke kamar mandi dia harus rela membukakan sepatu, celana bahkan hingga memberisihkan sisa kotoran usai anak tersebut Buang Air Besar (BAB).

“Iya bahkan sampe segitunya pak kami disini, tapi kita lakukan semua dengan ikhlas, karena saya yakin Tuhan akan membayar semuanya di Surga, Amin,” ungkap Meri dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Bukan ingin mengukur dan menghitung pekerjaan serta pengabdian yang telah diberikannya selama mengajar di SLB Mandara Kendari, Ibu dari tiga orang anak buah cintanya bersama Thomas Turru terus berusaha mencari kesejahteraan yang semestinya layak untuk ia dapatkan dengan terangkat menjadi PNS. Saat masa pendaftaran K1 ia bersama sejumlah guru lain yang berstatus honorer di SLB Mandara Kendari mecoba peruntungan dengan mendaftarkan diri dan menyetorkan berkas persyaratan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) kota Kendari akan tetapi saat pengumuman tak ada satu pun dari mereka yang lolos.

Kemudian, seakan tak gentar ia bersama kawan lainnya kembali mencoba untuk mengikuti seleksi K2 dengan harapan dapat lolos. Sayangnya, dipertengahan jalan saat melakukan proses penyetoran berkas pemerintah terlihat membedakan antara berkas guru sekolah negeri dan sekolah swasta atau yayasan. Sontak hal itu membuatnya sedikit kesal dan mempertanyakan hal tersebut kepada pihak BKD kota Kendari.

“Saya pertanyakan, kenapa dibedakan, pihak BKD menjawab dengan alasan kami adalah guru Swasta, disitu saya jelaskan kepada bapak itu, kalau menjadi guru di SLB itu jauh berbeda dengan guru pada umunya, bahkan sekolah kami selalu digunakan oleh pemerintah untuk mengikuti perlombaan tingkat nasional dan terbukti kami berpretasi,” terangnya kepada zonasultra.id saat ditemui, Sabtu (26/11/2016).

Setelah mendengar penjelasan itu, pihak BKD kemudian memahami dan mengerti. Namun pepatah bagai mencari jejak di dalam air layak untuk diberikan kepada mereka, sebab semua ternyata sia-sia ketika pengumuman seleksi K2 kembali tak ada satupun dari mereka yang lolos. Hal ini itu seakan menurunkan semangatnya, untuk terus mengejar kesejahteraan meski saat ini sudah berstatus menjadi guru sertifikasi.

Kendati demikian, belum juga diangkat menjadi PNS bukanlah hal yang membuat wanita alumni SMA 1 Kendari ini untuk berhenti mengabdi dan terus mengajar di SLB Mandara. Baginya mengajar anak berkebutuhan khusus merupakan panggilan jiwa, meskipun banyak tantangan tidak akan pernah mundur untuk membuat mereka menjadi anak yang mandiri dan membanggakan orangtua, guru, sekolah dan tanah air.

Menjadi seorang guru di SLB Mandara Kendari ini, juga sangat didukungan sang suami dan keluarga, yang dimana sebelumnya suami sempat melarangnya untuk mengajar ditempat tersebut karena alasan penghasilan yang kecil, namun karena ketulusan hati ia berusaha menjelaskan kepada sang suami yang pada akhirnya turut mendukung begitu pula ketiga anak.

Ada hal yang membuatkanya sedih pada perayaan hari guru nasional yang jatuh pada tanggal 25 November 2016 kemarin, dimana seharunya seluruh guru yang ada di kota Kendari mengikuti upacara di kantor Walikota Kendari, tapi entah mengapa ia bersama guru lainnya yang mengajar di SLB Mandara yang berstatus honorer sama sekali tidak diundang untuk hadir mengikuti upacara dan mengenakan pakaian batik seragam hari guru.

“Terus terang saya sedih, apa ya bedanya kami dengan guru yang lain, kami juga mengajar, apakah kami honorer dan mereka pegawai? kadang hal seperti ini seperti tak dianggap yang membuat semangat kami turun,” ungkapnya dengan nada yang sedikit senduh.

Dengan perayaan Hari Guru Nasional, wanita yang memiliki basic bidang ilmu keguruan ekonomi ini mengharapkan pemerintah dapat memperhatikan dan lebih peduli terhadap guru honorer terutama mereka yang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus untuk ditingkatkan kesejahteraanya diangkat menjadi PNS. Karena hal tersebut merupakan salah satu impian terbesar bagi mereka untuk meningkatkan semangat mengabdi dan mendidik generasi penerus bangsa. (B)

 

Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini