7 Fakta Menarik Mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

947
7 Fakta Menarik Mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Ekosistem Mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Foto: Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Ekosistem mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) terletak di Semenanjung Selat Tiworo perbatasan antara Kabupaten Bombana dan Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri mengatakan secara administrasi pengelolaan, Tapak Mangrove Muara Lanowulu terletak di Resort Lanowulu SPTN Wilayah II. Ekosistem mangrove terletak di bagian selatan kawasan membentang dari barat ke timur sepanjang 24 km dengan luas kurang lebih 6.173 hektare (ha).

Ali Bahri menjelaskan, kawasan ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua dengan jarak kurang lebih 130 km (kondisi jalan yang baik) dan waktu tempuh selama tiga jam. Untuk ke tempat ini melalui rute dari Kendari – Punggaluku – Andoolo – Tinanggea – Desa Tatangge – Dermaga Lanowulu.

“Alternatif jenis wisata yang mungkin untuk dikembangkan di antaranya pemancingan, tracking mangrove, kuliner, bird watching (burung migran), penelitian, dan atraksi budaya,” jelasnya melalui pesan WhatsApp, Minggu (8/11/2020).

Kata dia, fasilitas yang ada saat ini seperti dermaga mangrove, rumah singgah wisata dua unit, speed boat satu unit, perahu katinting satu unit, perahu wisata tiga unit. Nah, berikut ini beberapa fakta unik dan menarik yang dapat dijumpai di Tapak Mangrove Muara Lanowulu.

1. Terluas dan Formasi Vegetasi Terlengkap di Sulawesi

Ekosistem mangrove TNRAW memiliki luas ± 6.173 ha. Merupakan yang terluas di Pulau Sulawesi, di mana pada titik Dermaga Lanowulu ketebalannya mencapai 6 km. Hal ini disebabkan oleh fenomena keunikan alam berupa terdapatnya dua muara sungai yang merupakan daerah aliran sungai (DAS) terbesar di wilayah Kabupaten Konawe Selatan dan Bombana, yaitu DAS Roraya dan Langkowala serta didukung oleh enam sungai di antara dua DAS tersebut.

2. Kondisi Ekosistem Klimaks

Kondisi ekosistem klimaks ini dicirikan oleh kekonstanan riap pada tingkatan vegetasi dominan. Hal ini terlihat pada fenomena kematian alami dari sisi jenis dan ukuran yang tidak berbeda secara signifikan dengan jenis dan ukuran pada tingkatan vegetasi dominan yang masih hidup.

Tak hanya itu, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dari 23 spesies mangrove sejati yang ada, tidak terjadi perubahan baik berkurang maupun bertambah demikian pula dengan formasinya.

3. Adanya Areal Terbuka Alami

Dalam dimensi mangrove ± 6.317 Ha, terdapat fenomena unik dimana sekitar 20 persennya merupakan areal terbuka secara alami (taparang) yang jumlah dan sebarannya konstan dalam 10 tahun terakhir.

4. Dihuni Anoa Dataran Rendah

Pada salah satu area di peralihan ekosistem mangrove dan savana terdapat habitat alami anoa dataran rendah sepanjang 10 km. Estimasi populasinya pada tahun 2018, sebanyak 11 sampai 14 ekor dengan kondisi populasi yang sehat.

Area tersebut merupakan habitat terakhir bagi satwa anoa dataran rendah baik dalam skala lokal kawasan maupun skala regional Sultra. Anoa dataran rendah merupakan salah satu satwa endemik yang dilindungi dan sebagai ikon daerah Sultra.

5. Habitat Burung Migran

Daerah endapan di setiap muara merupakan destinasi migrasi penting bagi kelompok burung migran jalur terbang Asia Australia. Pada tahun 2014 tercatat sekurang-kurangnya 11 jenis burung migran dapat dijumpai pada periode migrasi antara bulan Agustus – Januari.

Hingga saat ini, termonitor pola migrasinya tidak mengalami perubahan yang signifikan baik dari sisi keragaman jenis maupun waktu kunjungannya.

6. Memiliki Nilai Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar Kawasan

Menjadi habitat bagi biota laut yang bernilai ekonomi tinggi seperti kepiting bakau, udang, ikan, moluska/kerang-kerangan yang telah dimanfaatkan secara tradisional dan turun temurun oleh komunitas masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Konawe Selatan dan Bombana. Keberadaannya komunitas ini menjadi mitra dalam pengelolaan mangrove di taman nasional yang telah diakomodir pada zona tradisional.

7. Penyimpan Stok Blue Karbon

Salah satu peranan ekosistem mangrove dalam ekologi adalah sebagai penyimpan stok blue karbon. Blue karbon ini merupakan karbon yang ditangkap dan disimpan pada ekosistem yang memiliki keterkaitan dengan lautan.

Ketebalan mangrove dan produktivitas serasah serta kondisi ekosistem yang sudah mencapai klimaks merupakan suatu akumulasi kondisi ekologi yang dalam siklus karbon memiliki peranan penting terhadap pelepasan karbon ke udara.

Hal ini pada gilirannya berkontribusi pada fenomena pemanasan global dengan perbandingan rata-rata kemampuan hutan mangrove dalam mengamankan stok karbon sebanyak empat kali lipat dibandingkan dengan kemampuan hutan terestrial. (B)

 


Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini