Aktivitas Tambang Tahan Perekonomian Sultra Tumbuh 6,2 Persen

77
kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sultra Suharman Tabrani
Suharman Tabrani

ZONASULTRA.COM,KENDARI– Triwukan III 2019 perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,2 persen year on year (YOY). Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya aktivitas tambang dan galian serta konstruksi.

Bila dibanding dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya tercatat sebesar 6,3 persen (YOY). Itu dikarenakan ekonomi Sultra mengalami moderasi (perlambatan) pertumbuhan sejalan dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pada sisi penawaran, moderasi pertumbuhan ekonomi Sultra disebabkan perlambatan pada sejumlah lapangan usaha utama yakni pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Berdasarkan siaran resminya, Kamis (7/11/2019) Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sultra Suharman Tabrani menjelaskan dampak perlambatan pertumbuhan pada lapangan usaha utama itu tertahan oleh adanya peningkatan laju pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta usaha konstruksi.

(Baca Juga : Pertambangan Diduga Jadi Salah Satu Penyumbang Pencemaran Laut di Konut)

Adapun komposisi usaha pertambangan dan galian memberikan andil 22 persen dari Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sultra di bawah pertanian, kehutanan, dan perikanan 22,8 persen. Sementara itu, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan lapangan usaha industri pengolahan tetap memiliki peran yang cukup tinggi dengan pangsa masing-masing sebesar 13,9 persen, 12,7 persen dan 6,3 persen.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra ekspor September 2019 pun didominasi kelompok komoditas besi dan baja dengan nilai 166,34 juta US dollar kemudian kelompok komoditas biji, kerak, dan abu logam di urutan kedua dengan nilai 63,86 juta Us dollar serta kelompok komoditas ikan dan udang di urutan ketiga dengan nilai 0,66 juta US Dollar.

Apabila dibandingkan September 2018 angka ini meningkat 113,44 juta US dollar dari posisi 18,96 juta US dollar. Bahkan sumbangsi dari nilai eskpor terhadap neraca dagang Sultra mencapai 27,65 persen.

(Baca Juga : Ekonomi Sultra Tumbuh 6,18 Persen di Triwulan III 2019)

Lanjut Suharman, perlambatan pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan disebabkan oleh kondisi cuaca. Salah satunya, kemarau yang lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya berdampak pada penurunan produksi pertanian.

BACA JUGA :  Indosat membukukan pendapatan sebesar Rp51,2 triliun di tahun 2023

Di subsektor perikanan, rata-rata gelombang laut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu juga menyebabkan terbatasnya hasil tangkapan ikan.

Penurunan produksi di kedua subsektor tersebut juga memberikan dampak lanjutan terhadap kinerja lapangan usaha lain.

Seperti Lapangan usaha industri pengolahan yang didominasi industri makanan dan minuman mengalami penurunan karena berkurangnya bahan baku. Selain itu, moderasi pada lapangan usaha industri pengolahan juga disebabkan oleh based effect yaitu tingginya pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya.

Olehnya, dalam upaya untuk berkontribusi nyata mengendalikan inflasi, mendorong pertumbuhan ekonomi dan menekan current account defisit, BI bersama pemda baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota serta pihak terkait akan terus mendorong peningkatan produksi dan kapasitas sektor unggulan Sultra pada bidang pertanian, perikanan dan komoditas potensial ekspor lainnya. (B)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini