Asal Usul Kabaena dan Jejak Sejarah Kerajaan Kotu’a [Bagian 3]

1416
Pulau Kabaena
Pulau Kabaena
Pulau Kabaena
Pulau Kabaena

 

ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Sepeninggal La Pati, istrinya pun melahirkan beberapa bulan kemudian. Sang ibu merawat dan membesarkan anak itu hingga dewasa. Ketika telah menginjak usia dewasa, dia berkeinginan mencari ayahnya sebagaimana petunjuk dari ibundanya. Anak La Pati tersebut tidak disebutkan namanya oleh Radiman dalam rekaman audionya.

Berlayarlah ia ke arah timur. Dari jauh terlihat olehnya tiga buah gunung berbentuk layar perahu mengembang. Semakin mendekat, nampaklah olehnya bahwa bentangan layar itu adalah gunung Batu Sangia, Sabampolulo dan Wumburano. Karena telah yakin bahwa pulau berbentuk layar itu merupakan tempat ayahnya, maka menepilah ia di Ncalaero, cikal bakal perkampungan yang kini menjadi Desa Pongkalaero.

Menurut Radiman, ketika menepi di Onemea (dahulu disebut Ncalaero), rombongan anak La Pati tersebut didekati dan dibunuh oleh sekolompok orang Ncalaero. Sebelum terbunuh, anak raja itu mencabut cincin di jarinya dan membuangnya sembari berucap, “ Kecuali saya tidak benar anaknya La Pati, namun jika benar adanya, maka cincin pemberian dari ayah ini akan memberi petunjuk bagi kalian yang telah membunuh saya”. Tempat jatuhnya cincin anak La Pati itu kini diabadikan oleh masyarakat Kabaena dengan sebutan One Nidundu yaitu air mendidih yang muncul dari sumur berpasir.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

(Berita Terkait : Asal Usul Kabaena dan Jejak Sejarah Kerajaan Kotu’a)

Radiman tidak pernah menyebutkan waktu dalam kisah yang ia ceritakan namun secara runut ia memaparkan bahwa para pembunuh itu kemudian disumpahi dan warga di kampung Ncalaero dikenakan sanksi berupa membayar denda kepada keluarga Mokole.

Dari Penjara Hingga Sapati Kerajaan Buton

makam-leluhur-di-perkampungan-tua-kotua2
Makam Raja Kotu’a, La pati Daeng Masaro Labi di Perbukitan Desa Tirongkotua yang kini terabaikan

 

Meski anaknya yang dari Gowa telah terbunuh oleh perompak Ncalaero, tetapi La Pati sesungguhnya telah memiliki tiga orang anak yang terdiri dari dua putera dan satu puteri. Radiman mengaku tidak mengetahui nama istri La Pati, namun ketiga anaknya ia ketahui masing-masing adalah Sugilara (anak pertama), Manjawari (kedua) dan Lelewula (ketiga).

Ketiga anak La Pati itu kemudian tumbuh dan besar di lingkungannya. Hingga tibalah saatnya Sugilara diangkat dan dinobatkan menjadi Mokole Kotu’a menggantikan ayahnya, sedangkan Manjawari konon berangkat ke Buton dan Lele Wula menjadi Mokole Pertama di Kula yaitu suatu perkampungan yang menjadi cikal-bakal wilayah Lengora.

Manjawari anak kedua adalah seorang yang cerdas, lincah namun agak nakal. Hobinya adalah menyabung ayam. Hingga suatu ketika berangkatlah ia ke Pulau Muna untuk menyalurkan hobinya itu sebagai penyabung ayam, akan tetapi orang Muna menangkapnya dan membawanya ke Kerajaan Buton. Konon, di Buton, Manjawari dipenjara dengan cara diikat kedua tangannya di bawah kolong rumah raja. Manjawari inilah yang kemudian dikenal Mia Yi Calu (orang terikat) oleh orang di lingkup Kerajaan Buton.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi
LABUAN TOBELO adalah kawasan berlabuhnya kapal perompak asal Tobelo di Pulau Kabaena di masa lampau. Kini kawasan itu telah menjadi kawasan pelabuhan khusus PT. Surya Saga Utama, salah satu perusahaan tambang yang bekerjasama dengan investor asal Rusia untuk membangun pabrik nikel (smelter). (Jumrad Raunde/ZONASULTRA.COM)
LABUAN TOBELO adalah kawasan berlabuhnya kapal perompak asal Tobelo di Pulau Kabaena di masa lampau. Kini kawasan itu telah menjadi kawasan pelabuhan khusus PT. Surya Saga Utama, salah satu perusahaan tambang yang bekerjasama dengan investor asal Rusia untuk membangun pabrik nikel (smelter). (Jumrad Raunde/ZONASULTRA.COM)

 

Hingga suatu ketika, raja mengadakan sayembara. Sayembara itu dibuka dan berhak diikuti oleh kalangan umum. Yang disayembarakan adalah keahlian memainkan dan menendang seperti bola hingga memasukkan ke kamar sang putri raja melalui jendela. Siapa pun yang berhasil memasukkan sepakannya ke kamar putrinya itu, maka orang tersebutlah yang akan mengawini anaknya itu.

Demikianlah sayembara berlangsung dan diikuti oleh semua orang. Sayembara itu terdengar oleh Mia Yi Calu, sehingga ia pun berkeinginan mengikutinya. Keinginan Manjawari itu disampaikan kepada penjaga penjara, dan kemudian diteruskan kepada raja. Raja Buton pun mengizinkannya untuk turut serta pada hajat tersebut.

(Berita Terkait : Asal Usul Kabaena dan Jejak Sejarah Kerajaan Kotu’a [Bagian 2])

Mendapat kesempatan emas itu, Manjawari menunjukkan kelihaiannya. Sekira satu jam ia memainkan bola dengan kakinya, hingga kemudian ditendangnya dan berhasil sesuai ketentuan dalam sayembara itu.

Oleh karena itu, setelah melalui urung rembuk di kalangan kerajaan dan bersebab mengamankan titah raja, sehingga Manjawari dinikahkan dengan si puteri raja yang diketahui bernama Wa Bana. (Bersambung)

 

Penulis: Jumrad Raunde
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini