Astaga, Menemani Anak Menonton Film Porno!

1258
Astaga, Menemani Anak Menonton Film Porno!
Fitri Suryani

Heboh, terkait pernyataan seorang ibu yang katanya akan menemani anaknya jika menonton film porno. Bagaimana tidak heboh, pernyataan tersebut jelas banyak menimbulkan kontra dari banyak kalangan. Sebab, kebanyakan orang tua sangat menjaga anaknya agar tidak menonton ataupun mengakses sesuatu yang berhubungan dengan porno.

Sebagaimana penyanyi Yuni Shara sempat bicara soal pendapatnya tentang anak-anak dan film porno. Pendapat tersebut disampaikan Yuni Shara dalam wawancaranya bersama Venna Melinda yang kemudian viral. Dia menyebutkan sangat jarang bagi anak yang beranjak remaja tidak terekspos film ataupun konten porno. Oleh sebab itu, dia punya cara sendiri dalam mendidik anak- anaknya.

Yuni Shara bicara soal sikap dirinya jika anak-anaknya menonton film porno. Dia memilih untuk mendampingi anak-anaknya layaknya seorang teman. Dia berharap hal tersebut membuat anak- anaknya lebih terbuka kepada dirinya.

Sementara itu Susanto selaku Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa konten porno itu konten berbahaya. Dampak negatifnya serius bagi tumbuh kembang anak. Ia pun menilai konten porno tak boleh ditonton oleh anak-anak meski diawasi atau ditemani. Menurutnya, konten porno tetap memiliki dampak buruk. Dia meminta orang tua berhati-hati dalam mendidik anak. Susanto meminta orang tua tetap memperhatikan etika perlindungan anak (Detik.com, 26/06/2021).

Sungguh miris pernyataan orang tua yang seperti itu. Padahal telah banyak pemaparan terkait dampak negatif menonton film porno. Seperti dikutip dari Pikiran-rakyat.com (12/01/2021) bahwa dampak pornografi terhadap otak di antaranya: Pertama, adiksi. Stimulasi neurotransmitter dopamin (dalam jumlah besar) mengakibatkan penumpukan protein saklar molekuler yang disebut deltaFosB, salah satu bahan aktif yang menyebabkan kecanduan pada umumnya.

Kedua, merusak daya ingat dan konsentrasi. Pornografi dapat menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan kesenangan saat seks setelah pernikahan (disebut desensitisasi). Menurut penelitian yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry tahun 2014, menonton pornografi secara teratur dapat menumpulkan respon terhadap rangsangan seksual dari waktu ke waktu.

Ketiga, mengurangi kontrol impuls dan kemauan.Video porno menyebabkan kita hilang kendali dalam mengontrol diri untuk berhenti, bahkan kesulitan untuk mengatakan tidak pada sesuatu yang tidak kita ingingkan.

Keempat, mudah stres. Beberapa orang yang sudah kecanduan pornografi akan mengalami depresi meskipun orang tersebut hanya menghadapi permasalah yang sepele.

Kelima, Mengecikan volume otak. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa menonton video porno yang moderat sekalipun dapat menyusutkan gray matter di area yang terkait dengan fungsi kognitif yang terkait dengan kemampuan kita untuk fokus. Pengguna pornografi pun dapat terkena brainfog (kabut otak) atau kesulitan berpikir jernih. Beberapa tandanya adalah mudah lupa dan mudah pecah konsentrasinya.

Keenam, Berisiko menjadi pelaku kejahatan seksual. Hal ini dikarenakan pecandu pornografi membutuhkan pemicu yang lebih besar. Mereka cenderung mengakses jenis- jenis pornografi yang lebih ekstrim dan melakukan perilaku berisiko untuk mendapatkan sensasi yang lebih kuat melalui ketakutan korban.

Ketujuh, Disfungsi ereksi. Pecandu pornografi menjadi kurang peka terhadap seks nyata dengan pasangan mereka dan membutuhkan lebih banyak rangsangan untuk mencapai orgasme.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit, karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain merusak otak.

Di samping itu, Dr. Mark Kastelmen memberi nama pornografi sebagai visual cocain atau narkoba lewat mata. Bagian otak yang paling dirusak adalah prefrontal cortex (PFC) yang membuat seseorang sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls.

Karena itu, sungguh kurang bijak karena alasan ingin mengajarkan pendidikan seks terhadap anak, orang tua rela jika anaknya menonton tayangan yang sungguh sangat tidak layak untuk ditonton. Apalagi banyak pakar yang telah menyampaikan terkait dampak buruk bagi mereka yang telah menonton film porno. Lebih mirisnya lagi, jika sampai kecanduan dan berkeinginan untuk mempraktekkan pada pasangan yang bukan halal atau bahkan hingga memperkosa dan tindakan kriminal lainnya. Jadi mengajarkan pendidikan seks kepada anak tak mesti mereka menonton film porno.

Adapun di antara pendidikan seks yang dapat diajarkan pada anak, yaitu memisahkan tempat tidur mereka. Cara tersebut dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung anak telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.

Selain itu, orang tua juga dapat mengenalkan mahram-nya. Hal ini dilakukan orang tua dalam upaya agar anak dapat menjaga pergaulan sehari-hari dengan selain yang bukan mahram-nya. Ini pun dilakukan agar anak mengetahui orang-orang yang haram dinikahi.

Pendidikan seks pun dapat berupa bagaimana orang tua mendidik anak agar selalu menjaga pandangan matanya. Karena sungguh menjadi fitrah bagi setiap insan untuk tertarik terhadap lawan jenisnya. Karenanya fitrah tersebut perlu diarahkan agar tidak lepas kendali. Dari itu penting untuk menjauhkan anak-anak dari hal-hal yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.

Lebih dari itu, sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai ketimuran di mana setiap perbuatan memiliki standar baik dan buruk. Sementara standar baik dan buruk mesti sesuai dengan

tuntunan syariah, bukan berdasarkan pola pikir manusia yang sifatnya lemah dan terbatas dan tak jarang menghasilkan pertentangan di antara manusia.

Tak kalah penting, mestinya sebagai orang tua muslim tak tepat jika mengambil contoh pola pendidikan seks berdasarkan pola pikir dan standar yang berasal dari barat. Jangan hanya ingin dipandang modern karena mencontoh pendidikan ala barat, orang tua mengabaikan pola pendidikan yang sesuai tuntunan agama.

Dengan demikian, sebagai orang tua seyogianya bijak dalam mengambil keputusan terkait bagaimana pola pendidikan yang akan diberikan ke anaknya, karena salah memberikan pendidikan ke anak, besar dampaknya terhadap perkembangan mereka di masa yang akan datang. Olehnya itu, penting bagi orang tua untuk mempelajari dan memahami bagaimana pendidikan yang akan mereka terapkan dan pastinya pola tersebut tak melenceng dari aturan-Nya. Wallahu a’lam.

 


Penulis: Fitri Suryani
(Freelance Writer)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini