Awal 2020, Ditemukan 60 Kasus DBD di Kendari

61
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Kendari Rahminingrum
Rahminingrum

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sepanjang Januari-Februari 2020, telah ditemukan sebanyak 60 kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kota Kendari.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, Rahminingrum mengatakan jenis virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti ini memang perlu diwaspadai pada periode Januari-Maret. Sebab, pada periode ini kondisi lingkungan menjadi sangat lembab dan sangat baik bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk bertelur.

Baca Juga : Cegah DBD, Relawan Sahabat Nirna Lachmuddin Lakukan Fogging di Baruga

“Setiap hari ada saja temuan DBD yang menyerang masyarakat Kota Kendari. Untuk itu, masyarakat harus menjaga lingkungannya dengan baik. Guna meminimalisir dampak dari penyebaran virus ini,” ujarnya, ditemui Rabu (19/2/2020).

Ia menyebutkan, sepanjang Januari pihaknya juga lebih mengintensifkan pencegahan penyebaran dari nyamuk penyebab DBD ini, melalui pemberlakuan fogging atau pengasapan di titik-titik yang diduga menjadi sarang nyamuk berdasarkan informasi yang didapatkan oleh masyarakat.

BACA JUGA :  Warga Antusias Sambut Nur Alam dari Bandara sampai di Rumahnya

“Setiap hari kita lakukan fogging antara pagi dan sore. Kalau pagi hujan berarti kita lanjutkan aktivitas foggingnya sore, begitupun sebaliknya,” tuturnya.

Saat ini, kata dia masyarakat yang terdampak DBD tengah dirawat di Rumah Sakit (RS) yang ada di Kota Kendari yakni RS Aliyah I, RS Aliyah III, Bahteramas, Santa Anna, RSUD Kota Kendari serta di berbagai Puskesmas yang tersebar di Kota Kendari.

“Sebenarnya penyakit DBD ini dipengaruhi dari faktor lingkungan. Khususnya, pada saat musim hujan, populasi nyamuk bertambah banyak karena adanya genangan air di lingkungan sekitar. Nah, genangan air inilah yang dapat menyebabkan telur nyamuk mengering saat musim kemarau berkembang menjadi jentik atau larva, selanjutnya menjadi nyamuk dewasa,” jelasnya.

BACA JUGA :  Prodi Kesmas UMW Kendari, Terima 7 Mahasiswa Baru Pasca Sarjana (s2)

Baca Juga : Cegah DBD, Perguruan Tinggi di Kendari Siapkan 10.000 Perangkap Nyamuk

Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk lebih memahami pentingnya melakukan tindakan menguras, menutup dan mengubur sebagai bentuk kewaspadaan terhadap serangan DBD dan yang terpenting budayakan pola hidup sehat.

“Sebenarnya, perkembangan DBD dikarenakan ada virus, ada penderita dan ada nyamuk. Nah, kalau ada virus, dan penderita namun tidak ada nyamuk pembawa virus ini, maka kasus DBD akan menurun secara drastis. Untuk itu, jika ingin menurunkan angka DBD jangan pelihara nyamuknya,” tutupnya. (B)

 


Kontributor : Sri Rahayu
Editor : Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini