Berkat Rumput Laut, Warga Desa Ghonebalano Muna Mampu Kuliahkan Anak

1202
Aktivitas petani rumput laut dari Desa Ghonebalano
Aktivitas petani rumput laut dari Desa Ghonebalano

ZONASULTRA.COM, RAHA – Tali-tali sepanjang ratusan meter yang merangkai bibit rumput laut dengan mudah dijumpai di perairan Desa Ghonebalano, Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Sekitar 60 persen warga desa ini memang menggantungkan hidup dari hasil laut, salah satunya rumput laut.

Budidaya rumput laut telah menumbuhkan asa bagi puluhan warga yang bermukim di Desa Ghonebalano. Bahkan tanaman ini mampu menggugah semangat para petani rumput laut yang berada di pesisir kota Raha ini menghidupi keluarga, hingga menyekolahkan anak mereka ke jenjang perguruan tinggi.

Salah satunya adalah La Ode Kamaluddin (43). Ia mengaku telah menggeluti budidaya rumput laut sejak 10 tahun terakhir. Rumput laut, kata Kamaluddin sudah menjadi mata pencaharian ia dan warga desa lainnya.

Peluang produksi kompetitif menjadi daya tarik bagi Kamaluddin bertahan untuk membudidayakan tanaman dengan progres pasar dunia ini. Jepang dan Korea menjadi salah satu negara dengan permintaan rumput laut terbesar di dunia.

Di Kabupaten Muna, rumput laut disuplai di beberapa kecamatan seperti Marobo, Lohia, dan Duruka. Harganya pun variatif berkisar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu, tergantung dari jenisnya.

(Baca Juga : Cerita Sukses Hamrul dengan Pisang Ijo Boy, Kini Buka 72 Cabang)

Namun di kalangan petani, khususnya di Desa Ghonebalano rumput laut saat ini dihargai oleh para tengkulak berkisar Rp19 ribu hingga Rp20 ribu, bahkan kadang hanya capai Rp6.000 saja.

Andalkan Rumput Laut Hidupi Keluarga

Tepat tahun 2008 lalu, Kamaluddin mulai menekuni pekerjaannya sebagai petani rumput laut. Awalnya pria yang memiliki sembilan orang anak ini diberikan bibit rumput laut yang mereka sebut ‘garangga’ oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Muna sekitar 10 kilo.

Satu bulan pertama, Kamaluddin mengaku bingung soal informasi pasar. “Setelah panen pertama, saya bingung mau jual di mana, tidak ada pasarannya. Untung ada yang mau beli, tapi harganya sekilo cuma Rp1.500 sama H.Jeamu,” kisahnya saat ditemui, Rabu (4/9/2019).

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Berkat Rumput Laut, Warga Desa Ghonebalano Muna Mampu Kuliahkan Anak

Tak memiliki progres pasar yang baik, ia pun memutuskan merantau ke Malaysia. Selama 10 bulan di Negeri Jiran, Kamaluddin hanya kerja serabutan sebagai kuli bangunan. Ia memutuskan kembali pulang kampung dan memilih menggantungkan hidupnya di laut.

“Pulang, ambil pasir untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Lalu kembali menekuni usaha rumput laut,” ceritanya.

Namun sejak tahun 2011, harga rumput laut mulai naik hingga Rp5.000. Bahkan tahun 2013 harga rumput laut memuncak hingga Rp20 ribu. Sampai warga sekampung budidaya rumput laut, bahkan mereka yang berstatus ASN.

(Baca Juga : Dompo Pisang, Camilan Khas Bombana yang Mulai Dikembangkan)

Meski hanya mengandalkan rumput laut, Kamaluddin mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga ke universitas.

“Alhamdulillah, anak kedua saya bisa masuk kuliah di Kendari 2012. Lalu disusul anak ketiga 2014 masuk kuliah di tempat yang sama,” urainya.

Kamaluddin menuturkan, penghasilan rumput laut tergantung pada musim. Jika rumput laut subur maka penghasilan per bulan bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp6 jutaan.

“Kita pernah menimbang sampai satu ton. Uang Rp50 jutaan pernah terkumpul namun saya hanya pasrah dengan tingginya biaya kuliah,” katanya.

Namun ia mengaku bangga menjadi petani rumput laut. Menurutnya, kerjanya santai dan membuahkan hasil maksimal.

Dirinya berharap pemerintah setempat bisa menyediakan pasar sesuai harga. “Sekarang ini kadang harga bermain di tengkulak. Kami bisa apa, yang penting laku berapa pun harganya,” akunya.

Selain Kamaluddin, hal yang sama juga dilakoni oleh puluhan warga Ghonebalano lainnya. Dari rumput laut, La Tono juga bisa menguliahkan anaknya.

“Tiga anakku bisa kuliah di Kendari. Bayar biaya kuliah dari rumput laut ini. Panen rumput laut bisa dapat 500 kg sampai 1 ton, harganya Rp19 ribu per kg,” tuturnya.

Kata dia, rumput laut dijual setelah dikeringkan secara alami selama 3-4 hari menggunakan sinar matahari. Kalau sudah dijemur langsung dibeli oleh tengkulak.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih
Mulai Dilirik Investor Jepang

Budidaya rumput laut di Muna pun mulai dilirik sejumlah investor dunia. Salah satunya, investor asal Jepang Yamamoto.

Melalui perusahaan domestik, Mister Yamamoto menjalin kerjasama dengan PT Laut Nusantara Abadi yang bergerak di bidang perdagangan rumput laut.

Saat berkunjung di Desa Ghonebalano, Direktur Utama PT Laut Nusantara Abadi, Risky Mirza melalui Advisior Ceceh mengatakan, potensi rumput laut di Pulau Muna cukup besar.

“Saat ini kami sedang melakukan survei soal produksi rumput laut yang ada di Kabupaten Muna. Bagaimana lokasi dan kondisi rumput laut,” jelas Ceceh, beberapa waktu lalu.

Berkat Rumput Laut, Warga Desa Ghonebalano Muna Mampu Kuliahkan Anak

Jika kerjasama bersama pemda berjalan lancar maka pihaknya berencana akan mendatangkan mesin pengolahan rumput laut untuk diproses menjadi bahan setengah jadi.

“Sekarang sudah ada aturan, tidak boleh mengekspor material dalam bentuk mentah. Jadi kami akan kirim mesin prosesing untuk dijadikan bahan setengah jadi seperti tepung dan mie,” urainya.

Sementara soal harga, pihaknya merujuk pada harga pasar yang kini berkisar Rp25 ribu hingga Rp27 ribu per kilo. “Tengkulak itu merusak pasar. Kehadiran kami ini memberi keadilan bagi petani rumput laut yang membeli rumput laut dengan harga pasar,” katanya.

Tahap awal kerjasama ini rencananya PT Laut Nusantara Abadi bakal membeli rumput laut sekitar 10 ton. “Langkah awalnya kita akan beli dulu sekitar 10 ton. Di tes dulu apakah diterima atau sebaliknya. Kita lihat progres pasar,” jelasnya.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Muna, La Kusa menuturkan, pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Muna cukup menjanjikan. Ada beberapa kecamatan yang serius budidaya rumput laut yakni Kecamatan Marobo, Lohia dan Duruka.

“Saat ini pemda berupaya menyediakan pasar rumput laut. Alhamdulillah kita saat ini sudah bekerjasama dengan investor asal Jepang Mr Yamamoto, yang mau jual beli rumput laut Muna,” ujarnya. (*)

 


Kontributor: Nasrudin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini