BI: Bahan Makanan Masih Jadi Pendorong Deflasi di Sultra

99
Ilustrasi deflasi
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat pada September 2017, Sultra kembali mengalami deflasi sebesar 0,51 persen (mtm). Secara spasial, Kota Kendari mengalami deflasi sebesar 0,76 persen (mtm), sedangkan Kota Baubau mencatatkan inflasi sebesar 0,14 persen (mtm).

Ilustrasi
Ilustrasi

Kepala Perwakilan BI Sultra Minot Purwahono mengatakan, penurunan harga bahan makanan khususnya sayur-sayuran menjadi pendorong deflasi yang terjadi pada September 2017. Selain itu, kelompok bahan bakar, penerangan dan air terutama komoditas bahan bakar rumah tangga juga mendorong terjadinya deflasi.

Ungkapnya, laju deflasi Sultra tertahan oleh inflasi pada sub kelompok ikan segar yang tercatat sebesar 3,36 persen (mtm). Meski secara bulanan mencatatkan deflasi, inflasi tahun kalender Sultra pada September 2017 tercatat sebesar 3,32 persen (ytd).

Minot menjelaskan kelompok volatile food (VF) di Sultra kembali mencatatkan deflasi sebesar 2,55 persen (mtm). Penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh deflasi pada kelompok volatile food terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau. Deflasi pada kelompok volatile food tersebut utamanya terjadi pada komoditas sayur-sayuran, antara lain bayam, kacang panjang, kangkung dan tomat sayur.

Penurunan harga pada komoditas tersebut, terang Minot, didorong oleh normalnya pasokan seiring cuaca di Sultra yang kondusif sehingga mendorong harga ke level normal. Sementara itu pada ikan segar masih mengalami inflasi sebagai akibat dari terbatasnya pasokan ikan segar di pasar lokal karena faktor cuaca dan terbatasnya jumlah kapal andon dari luar wilayah Sultra yang beroperasi di wilayah perairan Sultra.

“Adapun komoditas ikan segar yang tercacat mengalami inflasi diantaranya adalah ikan cakalang, ikan layang, ikan kembung, ikan tembang dan ikan teri,” jelas Minot melalui siaran pers BI di Kendari, Selasa (3/9/2017).

Sementara itu, deflasi juga terjadi pada kelompok administered prices yang didorong oleh komoditas bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi sebesar 1,24 persen (mtm). Deflasi pada komoditas bahan bakar rumah tangga terjadi terutama di Kota Kendari, sedangkan di Baubau tidak mengalami perubahan.

Sedangkan, tekanan inflasi kelompok inti mengalami sedikit peningkatan dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,05 persen (mtm). Kondisi itu disebabkan peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan sandang dan kesehatan.

Dia menyebutkan peningkatan tekanan inflasi pada sandang berasal dari komoditas emas perhiasan. Sementara, tekanan inflasi barang kesehatan berasal dari adanya kenaikan harga shampo dan sabun cair.

Lanjutnya, untuk mencermati perkembangan inflasi, TPID Provinsi Sultra secara intensif akan terus memantau pergerakan harga khususnya harga pangan. Serta TPID bersama Satgas Pangan akan berupaya memastikan ketersediaan bahan pangan dan kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah untuk komoditas beras dan gula pasir, dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif terhadap upaya pengendalian inflasi.

“Dengan inflasi yang semakin terkendali, maka daya beli masyarakat akan tetap terjaga,” tutupnya. (B)

 

Reporter: Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini