BI Sultra Panen Perdana Bawang Merah Organik di Kolut

311
BI SULTRA - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sultra saat melakukan panen perdana demplot bawang merah di Desa Totallang, Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Kamis (6/12/2018). (Foto : Istimewa)

ZONASULTRA.COM,KENDARI– Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan panen perdana bawang merah organik di Desa Totallang, Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut).

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Sultra Minot Purwahono melalui siaran pers mengatakan Klaster bawang merah ini merupakan upaya BI dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mendorong pemenuhan kebutuhan bawang merah dari produksi lokal (Sultra).

“Dengan demikian kita punya kapasitas untuk memproduksi bawang merah, maka ketergantungan terhadap pasokan bawang dari daerah lain dapat ditekan. Dengan demikian harga bawang di pasar juga akan lebih stabil,” kata Minot.

Menurut Minot pengembangan bawang merah organik di Totallang ini sejak tahun 2017 lalu. Sementara untuk demplot baru dimulai pada September 2018 ini menggunakan bibit verietas bawang Bali Karet. Dengan jumlah 1 ton benih. Diperkirakan dari jumlah itu bisa menghasilkan 9 sampai 10 ton bawang merah.

Dengan metode penanaman menerapkan teknologi MA-II.

Metode tanam MA-II merupakan metode bercocok metode dengan menggunakan pupuk organik, yang bahan bakunya berupa kotoran dan urine hewan, air kelapa dan limbah pertanian lainnya, diproses dengan mikrobater alfalfa (MA 11), yaitu mikroorganisme pada tanaman alfalfa.

BACA JUGA :  BI Sultra Siapkan Uang Rp1,4 Triliun untuk Natal dan Tahun Baru 2024

Hasilnya limbah pertanian yang difermentasi dengan mikroba ini jadi memiliki kandungan gizi yg sangat banyak. Tak heran hasil pertanian pun jadi melimpah. Tak hanya pupuk, pakan ternak pun dapat dicampur dengan MA 11 karena tidak mengandung kimia.

BI Sultra Panen Perdana Bawang Merah Organik di KolutKeuntungan lain menggunakan metode ini petani bisa menekan biaya produksi sampai 30 persen, hal ini disebabkan karena petani sudah mampu memproduksi pupuk secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku pupuk yang ada disekitar tempat tinggalnya.

Mengenai besaran penurunan biaya produksi, dijelaskan lebih lanjut oleh Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Sultra Surya Alamsyah bahwa

sebelum penerapan MA 11, saat panen raya dan stok berlimpah, harga bawang merah jatuh hingga menyentuh Rp5 rb/kg, akibatnya petani rugi karena biaya bercocok tanam dengan pupuk kimia jauh lebh besar.

BACA JUGA :  Warga Sultra Bisa Tukar Uang Receh Koin di Bank atau Swalayan

“Dengan menggunakan metode MA 11, saat harga jatuh pun petani masih bisa memperoleh untung karena biaya produksinya sangat rendah,” terang Alamsyah

Masa tanam dari pilot project ini adalah 60 hari dengan proyeksi produksi cukup baik dengan perbandingan 1 kg bibit menghasilkan 10 kg kering. Pupuk yang digunakan super bokhasi dan perstisida nabati yg diproduksi secara mandiri oleh LEM Sejahtera Totallang.

Luas demplot kurang lebih setengah hektar, sedangkan untuk produktivitas belum dihitung secara menyeluruh, namun diperkirakan antara 1 kg bibit menghasilkan banding 9 sampai 11 kg bawah merang kering.

Untuk diketahui panen bawang erah organik di Totallang ini dilakukan pada Kamis 6 Desember 2018. Selain melakukan panen, KPw BI Minot Purwahono juga melakukan pertemuan dengan petani bawang merah setempat serta menyerahkan secara simbolis bantuan PSBI untuk SD Negeri 3 Batu Ganda di Kabupaten Kolut. (B)

 


Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini