Cuaca Ekstrim Dorong Inflasi Bahan Makanan di Sultra

67
inflasi ilustrasi
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat inflasi di daearh ini sebesar 1,99 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 1,06 persen (mtm).

Peningkatan inflasi tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan dan kelompok administered price, ditengah terkendalinya tekanan inflasi pada kelompok inflasi inti.

KPw Bank Indonesia Minot Purwahono
Minot Purwahono

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Minot Purwahono mengatakan, secara spasial, Kota Kendari dan Kota Baubau mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 2,01 persen (mtm) dan 1,94 persen (mtm).

Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sultra tercatat sebesar 1,79 persen (yoy) dengan inflasi tahunan untuk Kota Kendari sebesar 1,07 persen (yoy) dan Kota Baubau sebesar 3,75 persen (yoy).

“Sementara itu inflasi nasional pada bulan Juni tercatat sebesar 0,59 persen (mtm), dan dengan demikian inflasi tahunan tercatat sebesar 3,12 persen (yoy),” rilisnya, Senin (2/7/2018).

Dia menjelaskan cuaca ekstrim yang melanda wilayah Sultra sejak Mei mendorong peningkatan tekanan inflasi pada kelompok komoditas bahan makanan bergejolak (volatile food). Pada periode Juni 2018 kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 5,90 persen (mtm) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 3,83 persen (mtm).

(Baca Juga : Juni 2018, Inflasi Kendari Lebih Tinggi dari Nasional)

Inflasi pada kelompok volatile food tersebut terutama didorong oleh peningkatan harga pada sub kelompok komoditas ikan segar, sayur-sayuran, dan daging. Komoditas ikan segar yang mendorong inflasi utamanya adalah ikan cakalang, ekor kuning, kembung, layang dan teri yang banyak dikonsumsi masyarakat Sultra.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Kondisi perairan di wilayah Sultra yang kurang bersahabat (ombak tinggi) dan momentum Idulfitri menyebabkan terbatasnya aktivitas nelayan di Sultra, sehingga berdampak pada berkurangnya pasokan ikan di pasar.

“Sedangkan komoditas pada sub kelompok sayur-sayuran yang mencatatkan inflasi adalah bayam, kangkung, sawi hijau, terong panjang dan tomat sayur,” tambahnya.

Curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi di sentra produksi mengalami penurunan. Selain ikan dan sayur-sayuran komoditas daging sapi dan daging ayam juga mencatatkan peningkatkan inflasi dari bulan sebelumnya seiring peningkatan permintaan untuk perayaan Idulfitri. Inflasi yang lebih tinggi pada kelompok volatile food tertahan oleh berlanjutnya deflasi pada komoditas beras, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit.

Selain itu, peningkatan inflasi juga terjadi pada kelompok administered price yang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,54 persen (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya mencatatkan inflasi sebesar 0,28 persen (mtm).

Peningkatan inflasi pada kelompok administered price terutama didorong oleh inflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara seiring dengan meningkatnya permintaan tiket pada periode Idulfitri 1439 H.

BACA JUGA :  7 Keunggulan MacBook Air yang Membuatnya Jadi Pilihan Utama

“Selain itu inflasi juga terjadi pada komoditas rokok kretek, rokok putih, dan rokok kretek filter,” tuturnya.

Sementara itu, inflasi pada kelompok inti relatif terkendali dan tercatat sebesar 0,40 persen (mtm), sedikit meningkat dibandingkan Mei 2018 yang tercatat sebesar 0,32 persen (mtm).

Jelasnya, peningkatan tersebut didorong oleh inflasi yang terjadi pada komoditas bahan material (paku dan cat), sandang pria dan wanita serta seragam sekolah. Kondisi tersebut berlangsung ditengah momentum perayaan Idulfitri dan persiapan pergantian tahun ajaran baru.

“Inflasi yang lebih tinggi pada kelompok inflasi inti tertahan oleh deflasi yang terjadi pada komoditas gula pasir dan garam,” ujarnya.

Menyikapi perkembangan terkini dan memperhatikan risiko ke depan utamanya peningkatan curah hujan yang melanda wilayah timur Sultra, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra akan terus melakukan pemantauan harga di pasar dan mendorong koordinasi antar daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah.

Melalui kerjasama perdagangan antar daerah kekurangan pasokan yang dialami oleh di suatu daerah dapat dipenuhi dengan memanfaatkan kelebihan produksi di daerah lain. Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menjaga agar inflasi Sultra berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional di 2018 sebesar 3,5 persen ±1 persen (yoy). (B)

 


Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini