Dalam Toleransi, Haruskah Orang Berpuasa Menghormati yang Tidak Berpuasa Atau Sebaliknya?

265
Ustad Mamun Murods Al Barbasyi
Ustad Mamun Murods Al Barbasyi

ZONASULTRA.COM, JAKARTA– Islam adalah agama yang sangat menjunjung toleransi. Banyak ayat Al-Quran maupun hadis yang membicarakan perihal toleransi. Termasuk QS. Al Kafirun ayat 6, lakum diinukum waliya diini, (untukmu agamamu, dan untukulah agamaku).

“Sudah sering kita dengar kalau urusan agama ya kita masing-masing, tidak boleh kita memaksakan kehendak kepada orang yang sudah beragama,” ujar pengurus PP Muhammadiyah Bidang Majlis
Hikmah Mamun Murod Al Barbasyi saat ditemui Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat (24/6/2016).

Dalam bulan ramadhan yang suci ini jelas toleransi terhadap orang berpuasa harus dilakukan bagi mereka yang tidak berpuasa karena alasan tertentu. Namun kasus yang terjadi pada Saeni, penjual warteg yang dirazia oleh Satpol PP Kota Serang menimbulkan banyak persepsi tentang toleransi.

Saeni sempat menghebohkan media dengan adegan menangis saat barang dagangannya dirazia Satpol PP. Seketika netizen bersimpatik dan sumbangan mengalir kepada Saeni hingga mencapai ratusan juta, yang ternyata Saeni adalah seorang pengusaha warteg yang mempunyai 3 cabang dan mempunyai rumah gedong di kampungnya.

Media seketika heboh membicarakan toleransi. Bahkan seketika Presiden Jokowi mencabut Perda yang berhubungan tentang intoleransi.

Apakah orang yang berpuasa harus menghormati orang yang tidak berpuasa atau sebaliknya?

Menurut Mamun, yang menjadi persoalan adalah dalam konteks penerapan toleransi. Mamun menduga ada logika jungkir balik yang ditawarkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang menurutnya tidak paham soal demokrasi dan pancasila. Dalam tataran praktis demokrasi selalu dikaitkan dengan suara terbanyak.

“Kalau kita bicara Indonesia maka muslim di Indonesia adalah mayoritas, tentu saja prinsip prinsip dasar demokrasi ini mau diterapkan tentunya minoritas itu harus tahu diri namun yang mayoritas juga mau menghormati,” terang pria yang juga merupakan Dosen Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam hadis dikatakan, yang tua melindungi yang muda tapi yang muda juga menghormati yang tua. Minoritas itu menghormati yang mayoritas, dan mayoritas harus melindungi yang minoritas sehingga terbentuk masyarakat yang damai.

“Ungkapan yang berpuasa harus menghormati yang tidak berpuasa, itu kan logika jungkir balik tidak karuan. logika yang waras adalah minoritas harus menghormati yang mayoritas. Orang yang tidak berpuasa harus menghormati orang yang berpuasa, jangan kemudian terbalik,” pungkasnya.

Oleh sebab itu sebagai umat beragama, sebisa mungkin menerapkan toleransi dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi bulan ramadhan adalah bulan ibadah bagi umat Islam. Alangkah indahnya jika di Indonesia dapat hidup rukun dan saling menghormati. (B)

 

Repoter : Rizki Afiliani
Editor  : Rustam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini