Dianggap Menguntungkan, Petani Konawe Pilih Jual Gabah ke Tengkulak

614
Dianggap Menguntungkan, Petani Konawe Pilih Jual Gabah ke Tengkulak
PETANI KONAWE - Sejumlah petani di Konawe lebih memilih menjual gabahnya ke tengkulak ketimbang di Bulog. Dengan alasan harga yang ditawarkan tengkulak lebih fantastis daripada harga di Bulog. Tengkulak membeli gabah dari petani dengan beragam cara, mulai dari sejak padi belum panen (ijon), sistem borongan (tebas), ataupun dengan sistem timbang di tempat. (Dedy Finafiskar/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Sejumlah Petani padi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) lebih suka menjual hasil gabah mereka ke tengkulak yang berasal dari luar Konawe, karena harganya cukup tinggi jika dibandingkan dijual kepada Badan Urusan Logistik (Bulog). Karena harga yang ditawarkan tengkulak lebih fantastis daripada harga pemerintah.

Sebagian petani di Konawe mengaku lebih memilih menjual hasil panennya ke tengkulak dibading ke Bulog. Hal itu dikarenakan harga jual ke tengkulak lebih tinggi daripada harga yang dipatok Bulog. Salah satu Petani di Kecamatan Anggotoa, Tejo (40) mengatakan, biasanya hasil panen padi petani sudah lebih dahulu dijual ke tengkulak daripada ke Bulog. Karena sebelum panen, tengkulak sudah lebih dahulu memesan dibandingkan Bulog, selain prosesnya yang tidak rumit. Bahkan tengkulak berani memberi uang DP dahulu sebelum panen dilakukan.

“Harga jual gabah ke tengkulak saat ini mencapai Rp4.600-5.000 per kilogram, sementara harga jual gabah ke Bulog di bawah itu. Lagi pula, Bulog tidak turun ke kawasan kami, bagaimana caranya kami mau jual gabah ke Bulog,” katanya

Dianggap Menguntungkan, Petani Konawe Pilih Jual Gabah ke Tengkulak

Hal senada dikatakan Izal (37), Warga kecamatan Wawotobi, maraknya penjualan gabah ke tengkulak, karena dianggap lebih menguntungkan. Bahkan jika gabahnya dijual ke Bulog dirinya justru tidak kebagian untung. Karena keuntungan hasil penjualan gabahnya pada musim panen tersebut bisa menutup ongkos produksi dan sisa keuntungannya bisa untuk biaya mengolah sawah musim tanam. “Lebih baik dijual ke tengkulak, harganya lebih mahal. Selain itu juga langsung dibayar dan tidak banyak syarat,” jelasnya

BACA JUGA :  Mentan Amran Sebut Konawe Harus Jadi Penghasil Pangan Terbesar di Indonesia

(Baca Juga : Sesuai Syarat, Bulog Sultra Pasti Beli Jagung Petani)

Aroman (46) petani lainnya mengatakan, selain ke tengkulak, ia juga kerap menjual gabah ke pemilik mesin giling padi, tapi harga jual lebih murah hanya Rp4.500 per kilogram. “Tapi mau bagaimana lagi karena saya punya kebutuhan sehari-hari, terkadang saya sudah duluan pinjam uang ke pemilik mesin giling padi, jadi tidak mungkin jual gabah ke Bulog,” katanya

Informasi yang diperoleh Zonasultra.com, tengkulak dari luar Konawe membeli gabah dari petani dengan beragam cara, mulai dari sejak padi belum panen (ijon), sistem borongan (tebas), ataupun dengan sistem timbang di tempat. Sehingga dengan maraknya penjualan gabah ke luar daerah hal ini menjadi ancaman bagi pasokan pangan Kabupaten Konawe.

BACA JUGA :  Diduga Tersengat Listrik, Mahasiswa Politeknik VDNI Meninggal di Dalam Kamar Kos

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Konawe, Muhamad Akbar yang dikonfirmasi mengenai hal ini, menjelaskan petani menerapkan harga jual tinggi karena sejumlah faktor. Diantaranya harus berhadapan dengan hama tikus yang menyerang, serta biaya operasional yang cukup tinggi. Disamping itu, karena faktor kebutuhan yang mendesak memaksa petani ingin hasil tanamnya dihargai mahal. Mereka pun memilih pembeli yang mau menawar dengan harga tinggi.

“Petani sebenarnya membutuhkan modal dalam usaha, sehingga dalam bercocok tanam mereka membutuhkan biaya besar sehingga banyak pengusaha dari luar konawe yang membiayai mereka. dengan sistem perjanjian padi yang mereka kelola harus dijual kepada si pemberi modal itu. Kalau mengenai ancaman kekurangan beras, saya rasa konawe tidak akan kekurangan, karena khusus di Konawe sistem panennya tidak serentak, bahkan setiap bulan terjadi panen. Sehingga penjualan gabah di luar daerah tidak akan mempengaruhi stok pangan di daerah kita,” tuturnya. (B)

 


Reporter : Dedi Finafiskar
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini