Dituding Menghina dengan Sebutan “Budak” , Ratusan Warga Kepung Kantor Satpol PP Bau-bau

52

Massa yang datang menggunakan mobil truck mengepung kantor Satpol PP yang berada di wilayah Wale, sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Kemarahan warga Lipu-Katubengke dipicu, pernyataan dari salah satu

Massa yang datang menggunakan mobil truck mengepung kantor Satpol PP yang berada di wilayah Wale, sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Kemarahan warga Lipu-Katubengke dipicu, pernyataan dari salah satu oknum Satpol PP yang menyebut “budak” ketika sejumlah warga Lipu, menuntut penutupan Tempat Hiburan Malam (THM) illegal, Kamis (26/2/2015) lalu.

“Sebagai putra daerah Lipu, kami selalu menjunjung tinggi harkat, martabat dan budaya sehingga jika ada penghinaan, sama saja melukai hati kami semua,” ujar Erwin, warga Lipu yang juga Koordinator aksi.

Erwin menuturkan sebagai salah satu instutsi pemerintah, tidak sewajarnya menghina warganya apalagi sampai melecehkan harkat dan martabat dengan sebutan yang tidak pantas.

“Sebagai warga negara yang memiliki kedudukan yang sama, kami warning pada semua masyarakat juga pemerintah stop melecehkan dan mengintimidasi warga Katubengke-Lipu,” ujar Erwin.

Dalam aksi demo tersebut, ratusan warga juga menuntut agar oknum satpol PP yang dituding sudah mengeluarkan hinaan, untun segera meminta maaf secara adat pada seluruh warga Lipu. Jika tidak, mereka mengancam akan membawa massa yang lebih besar dan akan memboikot sejumlah fasilitas umum dan pemerintahan Kota.

“Kami hanya tuntut permintaan maaf. Kalau tidak kami akan datangkan massa yang lebih besar,” ujar Udin, warga yang turut dalam aksi tersebut.

Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Bau-bau, Abdul Karim, membantah jika salah satu anak buahnya pernah menyebut “budak” pada warga yang bermukim di wilayah Lipu. Dia malah mengatakan kemarahan warga tidak berdasar, karena menurutnya justru anggotanya lah yang menerima penghinaan dengan menyebut petugas Satpol PP sebagai “anjing pemerintah”.

Meski begitu, secara pribadi dan institusi meminta maaf pada warga Lipu-Katubengke. “Sudah saya telusuri tidak pernah ada anggota saya yang menyebut budak. Kejadian dua hari lalu itu sudah selesai pendemo dan anggota yang sempat bersitegang sudah saling memaafkan,” jelas Abdul Karim yang ditemui di kantornya pasca massa membubarkan diri, Sabtu.

Aksi demo warga ini, lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Camat di Kecamatan Murhum mengatakan aksi demo warga dengan menghembuskan isu sara, ada yang menunggangi untuk kepentingan oknum tertentu yang tidak menyukai pemerintahan Walikota AS Thamrin dan Wakilnya Maasra Manarfa. “Saya duga ada oknum yang sengaja memprovokasi mereka, masalahnya sudah selesai pas hari Kamis itu,” ungkap Abdul Karim. (Tahir Ose)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini