Fosil Kima Purba, Keajaiban Dunia di Wakatobi dari ‘Puncak Surga’

1577
Fosil Kima Purba, Keajaiban Dunia di Wakatobi dari 'Puncak Surga'
Fosil Kima Purba - Warga lokal membersihkan fosil Kima purba berukuran jumbo yang masih melekat di bebatuan Puncak Kahiyanga, Kecamatan Tomia Timur, Wakatobi, Sabtu (5/9/2020). Kerang-kerangan famili Tridacnidae ini banyak ditemukan di padang savana di Desa Kahiaga. (Risno Mawandili/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, WAKATOBI – Hamparan savana memanjakan mata. Sinar surya begitu romantis mengelus kulit menghilangkan rasa gusar. Sangat indah menyaksikan bagaimana matahari senja terbenam sempurna dari ketinggian Puncak Kahyanga, Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu sore itu (2/9/2020).

Kahiyanga sendiri dalam bahasa lokal berarti ‘surga’. Maka dari ‘Puncak Surga’ wisatawan disuguhkan pemandangan dari hamparan savana serta gugusan pulau-pulau di sekitaran Pulau Tomia.

Puncak Kahyanga kita dapat menyaksikan keajaiban dunia yakni fosil kerang raksasa menghampar di padang savana. Kima atau dalam bahasa latin disebut Tridacna adalah jenis kerang-kerangan berukuran besar penghuni perairan laut hangat, termasuk dalam famili Tridacnidae.

Fosil Kima Purba, Keajaiban Dunia di Wakatobi dari 'Puncak Surga'
Puncak Kahianga

Kima Purba raksasa berdiameter 1,5 centi meter masih melekat utuh di bebatuan. Bukan itu saja, masih dapat ditemukan pecahan batuan terumbu karang di sana. Semua pemandangan ini seolah mengkonfirmasi bahwa Puncah Kahiaga merupakan lautan dalam rumah bagi spesies Kima yang mengalami kekeringan.

“Di sini ada banyak, keberadaan kima ini ada di sepanjang hamparan padang di Puncak Kahianga ini. Jumlahnya mungkin ratusan,” ujar Nuriadin warga setempat.

Selain fosil Kima, di balik rerumputan juga terdapat batuan terumbu karang yang telah mengering yang mulai hancur. Puncak Kahyanga selain menjadi objek wisata juga merupakan tempat aktifitas para peternakan, dan pertanian, serta pertambangan batu.

Fosil Kima Purba, Keajaiban Dunia di Wakatobi dari 'Puncak Surga'
Selain fosil Kima purba saja, di Puncak Kahianga dapat ditemukan batuan terumbu karang yang telah mengering dan rapuh.

“Kalau dulu ini banyak sekali di dekat-dekat jalan ini, hanya saja sudah tidak ada sebagian karena diambil masyarakat yang menambang batu. Terumbu karangnya juga ini sudah mulai hancur karena sering diinjak-injak,” terang Nuriadin lagi, dari jalan raya lajur yang menghubungkan Puncak Kahianga dengan desa-desa di sekitarnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Pada Puncak Kahyanga sendiri telah dibangun beberapa fasilitas destinasi wisata. Menurut Camat Tomia Timur, La Ode Husra, sebelum pandemi Covid-19 banyak wisatawan menghabiskan waktu di sana. Baik waisatawan lokal, maupun mancanegara.

“Setiap tahun bisa ratusan yang berkunjung di Puncak Kahiabga. Tapi tahun ini gara-gara pandemi Covid-19 makanya terlihat sepi begitu,” terang dia kepada kami ditemui di rumahnya.

Dugaan Daratan Terbentuk Dari Gugusan Terumbu Karang

Fosil Kima Purba, Keajaiban Dunia di Wakatobi dari 'Puncak Surga'
Matahari terbenam begitu sempurna jika disaksikan dari Puncak Kahianga.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kabupaten Wakatobi, Nadar, mengungkapkan bahwa Pemerintah Kabupaten Wakatobi serius menjaga keberadaan fosil Kima purba di Tomia sebagai situs sejarah.

Dia menyakinkan bahwa dahulu sekali – kemungkinan ratusan tahun silam – pulau-pulau di Wakatobi merupakan terumbu karang di lautan yang tumbuh hingga menjadi daratan. Dugaan ini diperkuat dengan observasi dari Dinas Pariwisata Wakatobi. Dimana, selain di Pulau Timia, juga ditemukan hal serupa di Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Binongko.

Meski demikian, dugaan itu masih sebatas asumsi belalaka. Pasalnya, belum ada penelitian ilmiah yang mendukung. “Wakatobi ini kalau kita lihat jejak geologis sebenarnya, bagaimana proses dari awal terciptanya pulau-pulau karang di Wakatobi ini, nampak jelas adanya Wakatobi ini berasal dari proses alam yang kemudian tercipta yang dulunya itu adalah karang kemudian melalui proses yang panjang terbentuk menjadi pulau. Dan jejak-jejak itu bisa kita temukan di beberapa titik di semua wilayah pulau di Wakatobi ini, salah satunya yang ada di Pulau Tomia,” urai Nadar.

Menurutnya, keberadaan fosil Kima purba sendiri dapat dijadikan peluang bagi Perguruan Tinggi di Sultra untuk melakukan penelitian mencari tahu fakta geologis pada keajaiban alam di Wakatobi.

“Sejauh ini belum ada penelitian soal itu, tapi ini sudah menjadi fenomena umum. Dan yang menarik sesungguhnya ada di titik-titik yang praktis merupakan objek wisata. Ini sebenarnya bisa jadi inspirasi ke depan khususnya bagi teman-teman kita di perguruan tinggi untuk meneliti seperti apa fakta-fakta geologis sebenarnya terkait dengan fosil Kima purba ini,” ujar dia.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Menyelamatkan Fosil Kima Purba, Situs Bersejarah di Wakatobi

Fosil Kima Purba di Puncak Kahianga, Pulau Tomia, Wakatobi, terancam punah jika pemerintah tidak segera bertindak. Sebab ada beberapa fosil telah rusak, bahkan tinggal bekasnya saja karena ulah penambangan batu.
Perawatan fasilitas yang dibangun di Puncak Kahyanga juga terlihat kurang awet.

Fosil Kima Purba, Keajaiban Dunia di Wakatobi dari 'Puncak Surga'
Nadar.

Kata Nadar, pihaknya sudah melakukan perencanaan untuk melestarikan keberadaan fosil Kima purba tersebut. Namun di sisi lain, Puncak Kahianga sendiri sudah mulai dijadikan sebagai kawasan pertanian dan pemikiman baru oleh penduduk setempat.

Menurutnya, satu-satunya jalan adalah dilakukan penelitian ilmiah secepatnya. Sehingga kawasan tempat fosil Kima purba berada bisa dijadikan cagar budaya. Dengan demikian tidak akan terancam punah lagi.

Selain itu, lanjut Nadar, harus ada pemikiran bersama, juga dikalangan masyarakat agar melakukan pelestarian sehingga fosil tersebut bisa selamat. “Saya kira semua kita terpanggil utuk melakukan pelestarian, melakukan penyelamatan sebenarnya. Agar supaya potensi ini, aset ini, jejak sejarah ini tidak hilang,” tegas dia.

Semetara terkait perawatan fasilitas yang sudah mulai rusak di Puncak Kahianga, Nadar mengatakan, Pemda Wakatobi tidak dapat berbuat banyak karena sarana di sana merupakan milik Kementerian PUPR. Pemda Wakatobi bakal disalahkan jika digelontorkan dana untuk perawatan. (b)

 


Kontributor : Risno
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini