Haerul Saleh: Jangan Malu Jadi Petani

386
Haerul Saleh: Jangan Malu Jadi Petani
SEMINAR NASIONAL - Haerul Saleh saat menjadi keynote speech dalam acara seminar nasional yang bertajuk "Notulensi Dialog Tani, Yang Muda Yang Bertani dan Berinvestasi" di Unibersitas Trilogi, Kalibata Jakarta Selatan, Senin (10/12/2018). (Rizki Arifiani/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Anggota DPR RI Sulawesi Tenggara (Sultra) Haerul mendorong anak muda di Indonesia khususnya generasi milenial tidak malu bertani. Sebab petani merupakan profesi mulia bahkan boleh disebut sebagai pahlawan.

Menurut Haerul generasi milenial harus merubah paradigma berfikir yang menganggap bahwa bekerja sebagai petani merupakan pekerjaan rendah, dan dilakoni oleh orang-orang yang tidak bersekolah.

“Jika dibandingkan dengan para petani diluar negeri, profesi ini salah satu pekerjaan yang sangat sulit karena mesti memiliki kemampuan menggunakan teknologi juga harus mempunyai telaten yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan yang lain,” ujar Haerul Saleh saat menjadi keynote speech dalam acara seminar nasional yang bertajuk “Notulensi Dialog Tani, Yang Muda Yang Bertani dan Berinvestasi” di Universitas Trilogi, Kalibata Jakarta Selatan, Senin (10/12/2018).

Haerul menambahkan di luar negeri bertani merupakan pekerjaan yang dihargai. Sebab memproduksi dan menghasilkan pasokan pangan bagi masyarakat. Di sana petani mengolah pertanianya dengan teknologi dan alat-alat modern.

Memang menurut Haerul, masyarakat enggan menjadi petani, mereka umumnya lebih menginginkan menjadi pegawai kantoran. Oleh sebab itu perlu menumbuh kembangkan minat para pemuda yang saat ini hampir tidak ada yang ingin menjadi petani.

Sebagai contoh di wilayah Sulawesi merupakan salah satu penghasil kakao terbesar, dimana penghasilan petani digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka yang bersekolah diluar pulau Sulawesi. Sayangnya setelah lulus kuliah anak-anak mereka enggan untuk kembali ke kota asal.

“Akhirnya tidak ada generasi yang terjadi dalam bidang pertanian ini. Begitupun dengan orang baru yang ingin mengembangkan pertanian mereka sudah tidak mempunyai kesempatan dikarenakan sudah tidak adanya lagi lahan,” lanjut politisi Gerindra ini.

Permasalahan terbesar kata dia adalah stigma para pemuda bahwa petani adalah pekerjaan yang kampungan, dianggap orang miskin, pekerjaan orang yang rendah, dan pekerjaan orang yang tidak sekolah. Hal ini menjadi berbahaya dan perlu bersama-sama mengambil peran untuk memberikan pencerahan.

“Yang menjadi harapan bagi kita semua adalah pertanian tidak lagi menjadi subsector dalam investasi, melainkan menjadi sector investasi yang utama dalam perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Seminar nasional kali ini menghadirkan pembicara Adi Pramudya (Pengusaha sekaligus Petani Lengkuas), Dr. Arman (Kaprodi Agribisnis Universitas Trilogi) dan Ahmad Iskandar (OJK RI). (B)

 


Reporter : Rizki Arifiani
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini