Harga Bahan Makanan Pokok Turun, Sultra Kembali Catat Deflasi

81
Kantor BI Sultra
Kantor BI Sultra

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Perkembangan harga Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali mencatat deflasi dengan level yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,65 persen month to month (mtm) dibandingkan dengan deflasi bulan lalu sebesar 1,62 persen (mtm).

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sultra Minot Purwahono mengatakan, penyebab deflasi terutama akibat berlanjutnya penurunan harga pada kelompok bahan makanan, utamanya ikan segar dan sayur-sayuran.

Secara spasial, Kota Kendari dan Kota Baubau mencatatkan deflasi masing-masing sebesar 0,54 persen (mtm) dan 0,96 persen (mtm). Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sultra tercatat sebesar 1,40 persen year on year (yoy) dengan inflasi tahunan untuk Kota Kendari sebesar 1,70 persen (yoy) dan Kota Baubau sebesar 0,61 persen (yoy).

Perkembangan harga di Bumi Anoa searah dengan perkembangan nasional yang pada September 2018 juga mencatatkan deflasi yakni sebesar 0,18 persen (mtm), sehingga secara tahunan inflasi tercatat sebesar 2,88 persen (yoy).

“Capaian inflasi tersebut masih berada dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan tahun ini sebesar 3,5 ± 1 persen,” ungkap Minot, Selasa (2/10/2018).

Berdasarkan penyebabnya, deflasi yang terjadi terutama didorong oleh penurunan tekanan harga pada kelompok bahan makanan. Minot menilai cuaca yang kondusif menjadi faktor utama yang melatarbelakangi penurunan harga pada kelompok bahan makanan, terutama komoditas ikan segar dan sayur-sayuran.

BACA JUGA :  7 Keunggulan MacBook Air yang Membuatnya Jadi Pilihan Utama

Komoditas ikan segar pada September tercatat mengalami deflasi sebesar 3,05 persen (mtm), dipicu oleh penurunan harga pada beberapa jenis ikan diantaranya ikan kembung (-7,11 persen mtm), ikan cakalang (-5,09 persen mtm), ikan bandeng (-6,40 persen mtm) dan ikan rambe (-5,23 persen mtm).

Penurunan harga lebih dalam terjadi pada komoditas sayur-sayuran yang tercatat mengalami deflasi sebesar 10,07 persen (mtm). Komoditas sayur-sayuran mengalami deflasi yang cukup dalam, terutama tomat sayur, kacang panjang dan bayam masing-masing sebesar -32,69 persen (mtm), -15,46 persen (mtm) dan -9,08 persen (mtm).

“Namun deflasi pada kelompok bahan makanan tersebut sedikit tertahan dengan inflasi yang terjadi pada beberapa komoditas seperti ikan layang, dan terong panjang,” jelasnya.

Meskipun Sultra mengalami deflasi, Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Sultra Surya Alamsyah mengatakan capaian tersebut tertahan oleh inflasi yang terjadi pada enam kelompok komoditas selain makanan, terutama kelompok kesehatan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Peningkatan harga yang terjadi pada tarif rumah sakit (11,09 persen mtm) dan obat dengan resep (0,91 persen mtm) menjadi faktor yang mendorong terjadinya inflasi pada kelompok tersebut.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Peningkatan tarif tersebut terjadi di tengah upaya rumah sakit menjaga kualitas layanan kepada pasien. Kelompok komoditas lain yang mengalami peningkatan tekanan inflasi yakni kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan akibat adanya peningkatan harga pada tarif angkutan udara sebesar 2,98 persen (mtm).

Kenaikan harga avtur mendorong terjadinya peningkatan batas tarif bawah yang akhirnya mendorong terjadinya peningkatan harga tiket angkutan udara.

Upaya pengendalian inflasi terus dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra dengan meningkatkan koordinasi dalam rangka mendorong terwujudnya kerjasama antar daerah di Sultra.

Kerjasama antar daerah tersebut diharapkan mampu menyeimbangkan stok komoditas di seluruh daerah sehingga meminimalkan ketimpangan harga. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, pada tanggal 25 September 2018 telah diselenggarakan High Level Meeting yang diikuti TPID provinsi dan TPID kabupaten/kota dengan dipimpin langsung oleh Gubernur Sultra.

Beberapa rekomendasi dalam kegiatan tersebut adalah rencana perluasan konversi gas LPG di wilayah kepulauan dan penguatan cadangan pangan. (B)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini