Jika Positif, Keluarga Pasien PDP Asal Kolaka yang Meninggal Harus Diisolasi

4988
Ketua IDI Sultra Dokter La Ode Rabiul Awal
La Ode Rabiul Awal

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dr. Rabiul Awal meminta masyarakat tidak berspekulasi terkait status warga Kolaka yang meninggal pada Senin (23/3/2020) setelah diisolasi selama 5 hari di RSUD Bahteramas. Warga ini sendiri diketahui berstatus PDP.

Rabiul Awal menegaskan saat ini, pihaknya masih menunggu hasil uji lab swab yang dikirim ke Laboratorium Litbangkes Kementerian Kesehatan di Jakarta untuk pengujian dan memastikan positif terinfeksi virus corona atau tidaknya pasien PDP ini

“Belum positif Corona. Jadi dia statusnya suspect corona atau terminologinya sekarang PDP. Sudah di-swab, hari Selasa (24/3/2020) dikirim ke Jakarta, kita menunggu hasilnya tiga sampai lima hari keluar,” tegas dr La Ode Rabiul Awal saat dihubungi melalui telepon.

Lebih jauh dokter ahli bedah ini, menyayangkan sikap keluarga yang tidak mematuhi prosedur pemulasaraan jenazah dengan standar korban terinfeksi Covid-19 seperti ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) meskipun masih berstatus PDP.

(Baca Juga : Satu PDP Corona Meninggal Dunia di RSUD Bahteramas)

Kata Wayong sempat beredar video, sejumlah keluarga pasien di rumah duka di Kolaka melakukan kontak yang erat dengan jenazah. Kondisi ini menurut Wayong, amat dia sesalkan.

Dokter yang karib disapa Wayong ini mengatakan, situasi seperti itu terjadi kepada keluarga korban karena kurangnya pemahaman dan kepatuhan mengenai standar pengananan jenazah yang sudah suspect meski belum ada hasil laboratorium.

Menurut dia, seharusnya, jenazah setelah dibungkus plastik kedap di rumah sakit, pihak keluarga tidak boleh lagi mendekati apalagi untuk melihat jenazah, bahkan jika sampai plastik kedap pembungkus jenazah dibuka, itu sangat tidak diperbolehkan. Seperti kasus pengemudi ojek online (Ojol) yang meninggal beberapa waktu lalu.

(Baca Juga : Corona Mewabah, Kapal Feri Tetap Beroperasi di Penyeberangan Lokal Sultra)

“Perlakuan kepada jenazah itu dengan standar Covid-19. Yang memandikan pun harus memakai APD dilakukan oleh tenaga medis langsung. Misalnya sudah dibungkus dengan plastik, sudah dikafani, habis itu ada lagi pembungkus kedap udara, habis itu peti jenazah. Sebenarnya dari rumah sakit sudah dibungkus plastik. Tapi keluarga membuka plastik itu,” kesal dia.

Menurut dia, akan sangat riskan jika pasien yang meninggal itu positif terinfeksi Covid-19. Maka, baik keluarga maupun warga yang melayat secara otomatis langsung masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP) dan wajib mengisolasi diri di rumah.

“Kalau positif, masuk kategori ODP, isolasi diri, utamanya yang kontak langsung, jadi sudah koordinasi antara Dinkes Kabupaten Kolaka maupun Provinsi untuk melakukan pendataan (mencari warga yang datang melayat),”

Bahkan tutur Wayong, suami jenazah PDP itu sudah dilakukan pengambilan sampel tenggorokan (di-swab) ketika istrinya masih berada di rumah sakit plat merah. Sebab, suami korban melakukan kontak erat dengan istrinya.

(Baca Juga : Naik Drastis, 2001 Warga Sultra Berstatus ODP Covid-19)

“Dia juga kontak erat, sebelum masuk ke rumah sakit dia yang urus setiap hari,” pungkasnya.

Senada dengan itu, Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah (Polda) Sultra Kompol dr Mauluddin menjelaskan, tindakan yang dilakukan pihak RSUD Bahteramas sudah sesuai standar pengananan jenazah infeksi. Yaitu membungkus jenazah dengan pakaiannya, mengkafaninya lalu dibungkus plastik kedap.

“Maksudnya apa, supaya kuman ataupun cairan tubuh tidak berpindah ke orang lain. Sehingga diharapkan memang, pada saat penyerahan jenazah ini, keluarga tidak membuka lagi bungkus dari jenazah tersebut,” ungkap dr Mauluddin di kantornya, Rabu (25/3/2020).

Menurut dia, perlakuan keluarga terhadap jenazah seperti yang sudah viral di media sosial karena pemahaman masyarakat belum tepat tentang penanganan pasien infeksi apalagi terkait PDP Covid-19. Dia mengingatkan, hal ini sebagai pembelajaran kedepan, bahwa sikap seperti itu harus dihindari.

“Meski kita bisa pahami sebagai bentuk kasih sayang. Namun, dengan adanya virus dari orang ke orang atau dari jenazah ke orang sehingga perlu masyarakat memahami sehingga tidak terjadi kembali jenazah disentuh, meski masih PDP, kita anggap sebagai jenazah infeksi,” tegas dia.

Mauluddin menegaskan, bahwa ini merupakan pembelajaran. Ia mengajak untuk tidak saling menyalahkan, tetapi saling menguatkan.

“Ini semata-mata untuk melindungi masyarakat dan keluarga. Kita berharap semoga jenazah hasil tesnya negatif covid-19,” tukas Mauluddin. (a)

 


Kontributor : Fadli Aksar
Editor : Rosnia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini