Kakek Usia 105 Tahun di Muna, Berjuang Hidup Jualan Kelapa Muda

3409
Kakek Usia 105 Tahun di Muna, Berjuang Hidup Jualan Kelapa Muda
JUAL KELAPA MUDA - La Ode Baula kakek sepuh berusia 105 tahun yang masih berjuang demi sesuap nasi, berjualan kelapa muda dikota Raha. (Nasrudin/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, RAHA – Siang itu, matahari memancar dengan teriknya. Suhu panas menyengat hingga ke ubun-ubun, nyaris tak memberi ampun. Kemarau panjang tengah melanda Kota Raha, Ibukota kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pepohonan yang beberapa bulan lalu nampak hijau, pun tak kuasa dilanda gersang – tandus. Dedaunan satu persatu gugur karena lama tak mendapat pasokan air. Nampaknya langit tengah menguji bumi yang haus akan rintik hujan.

Hamparan rerumputan di sepanjang jalan Alun-alun kota serentak menguning. Debu jalanan berterbangan menyelimuti ruas jalan.

Baca Juga : Duka Pasutri Koltim, Tinggal Menumpang hingga Tidur di Tenda

Meski terik menyengat, tak menghentikan aktivitas masyarakat kota Raha mencari rezeki demi sesuap nasi. Salah satunya, kakek La Ode Baula, warga asal Desa Mabodo Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna.

Kakek uzur yang sudah berusia 105 tahun ini masih semangat mencari nafkah. Demi menyambung hidup, dia berjualan kelapa muda yang dijajakannya dengan berkeliling di dalam kota.

Kondisi fisiknya tak lagi kuat. Langkahnya sempoyongan – tertatih. Ia nampak memilukan dengan raut wajah keriput. Tak nampak rasa letih apalagi mengeluh. Ia selalu berusaha menawarkan kelapa muda yang dibelinya lalu dijual kembali itu.

Nasrudin, wartawan ZONASULTRA.COM yang menemuinya di sekitar kompleks jalan Letjen Ahmad Yani, Selasa (5/11/2019) lalu, kakek yang juga mengalami gangguan pendengaran ini terlihat lusuh mengenakan kopiah dengan pakaiannya yang sudah sobek. Kulitnya legam dan pecah-pecah akibat sengatan matahari.

Miris memang, mestinya diusianya yang sudah menginjak satu abad ini, hidupnya dihabiskan bersama keluarga menimang cucu sembari menyeruput hangatnya kopi dan fokus beribadah untuk mengejar kehidupan akhirat yang sudah di depan mata.

Namun sayang, di penghujung ajalnya ini, ia justru harus berjuang tanpa lelah melawan keras dan congkaknya hidup mencari nafkah untuk sekedar mengisi perut kosongnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Kakek Usia 105 Tahun di Muna, Berjuang Hidup Jualan Kelapa Muda

Saat dihampiri di bawah pepohonan rindang, ia terlihat sedang memperbaiki daganganya. Nampaknya, kakek Baula kelelahan karena sejak pagi sudah keliling menawarkan kelapa muda kepada setiap orang yang dilaluinya.

Baca Juga : Tenun Masalili Muna Digenjot Tembus Pasar Internasional

Semua orang yang ditemuinya pasti ditawari kelapa muda. “Mau beli kelapa muda pak. Ini saya jual,” sapanya mengawali pembicaraan.

Tak seperti pedagang lainnya yang menjual daganganya dengan kendaraan. Kelapa muda yang telah dikupas kulitnya itu, ia jajakan menggunakan potongan bambu berukuran sekitar satu meter lebih, dijunjung menggunakan tali dan dijajakan di keramaian.

Keuntungannya tak seberapa dibanding dengan perjuangannya yang mengiris hati. “Sewua ompulu lima riwu. Nohali pada rampahano ompulu riwu agholie wedaoa.(Satu buah saya jual Rp15 ribu. Mahal, karena saya beli di pasar Rp10 ribu),” cerita Baula dalam bahasa daerah setempat.

Setiap hari, sebilah parang dengan sarung yang terbuat dari potongan kardus diikat seadanya selalu dibawanya untuk memotong kelapa muda.

“Kalau yang beli kelapa muda mau minum di tempat, saya langsung potongkan pake parang ini,” selorohnya.

Sudah 30 Tahun Jualan Kelapa Muda

Kakek Usia 105 Tahun di Muna, Berjuang Hidup Jualan Kelapa Muda

Hati teriris disayat piluh, melihat perjuangan kakek sepuh ini. Bahunya begitu kuat. Hatinya setegar karang. Bergetar hati ini membayangkan perjuangannya selama 30 tahun terakhir berjualan, rasanya tidak mungkin, kakek seusianya masih saja keluyuran di jalanan yang penuh bahaya.

Padahal, ia berjualan hanya untuk menyambung hidup karena kini ia yang kini tinggal bersama istri dan anaknya bungsunya dan sebagian anaknya tinggal di kota Kendari.

Baca Juga : Kisah Zuhri Selamatkan Foto Bupati Muna Saat Kebakaran SDN 7 Lasalepa

“Anakku kerja di Kendari. Minggu lalu mengirim uang Rp200 ribu untuk saya,” timpalnya.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Tak sedikit orang menganggapnya sebagai pengemis karena setiap ia menawarkan jualannya hanya dipandang sebelah mata, mungkin karena penampilanya yang kumal. Namun ada juga beberapa orang hanya sekedar memberinya uang tanpa membeli daganganya, karena prohatin akan kondisinya.

“Saya kasihan melihatnya, fisiknya sudah tua tapi masih mencari uang. Padahal seharusnya dia bersama keluarganya,” kata Nur salah satu warga sekitar yang peduli dengan kondisi kakek Baula.

Dirinya juga salut dengan kegigihan kakek Baula. Padahal pedagang es buah di kota Raha sudah menjamur dengan menawarkan berbagai macam rasa.

“Hampir setiap hari dia jualan di sekitar pedagang es buah ini. Dia kadang masuk kerumah-rumah makan hanya untuk menawarkan kelapa muda yang dijualnya,” cerita Nur.

Pendengaran Bermasalah Tak Menyurutkan Semangatnya Berjualan

Kakek Usia 105 Tahun di Muna, Berjuang Hidup Jualan Kelapa Muda

Nafasnya tersengal saat diajak bercerita dengannya, harus dengan nada tinggi karena pendengarannya sudah terbatas. Entah apa yang membuat fisiknya kuat, kakinya begitu ringan ketika melangkah.

Beberapa menit berseloroh, kakek sepuh yang sudah hidup sejak zaman penjajahan ini nampak terburu-buru ketika ditemui, setelah mengupas kelapa untuk pembeli ia langsung bergegas kembali menjajakan kelapanya ke orang lain.

Baca Juga : Perjuangan La Ode Gana, Mengolah Kameko Jadi Etanol

“Saya jualan dulu dibagian sana,” sembari memasukan beberapa uang pecahan disaku celananya.

Beberapa menit berbincang dengannya, ia hanya menjelaskan daganganya dan selalu mengulang-ngulang kata yang diucapkannya. Waktu kami berbincang hanya sesaat.

Ia lalu bergegas meraih pemikul bambunya sambil mengaitkan kelapa muda yang sudah diikatnya dengan seutas tali. “Saya minta izin dulu, terima kasih sudah mau beli,” ucapnya dengan tersenyum. (A/SF)

 


Penulis : Nasrudin
Editor : Abd Saban

*Artikel ini telah direvisi kembali pada 14:23 | 8 November 2019

4 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Evan Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini