Kande Tompa di Buton, Tradisi Agar Lajang Mendapat Jodoh

1351
Kande Tompa di Buton, Tradisi Agar Lajang Mendapat Jodoh
TRADISI KANDE TOMPA - Salah seorang gadis penjaga talang saat menyuapi tamu, laki-laki. Tradisi masyarakat Buton ini merupakan ajang pencarian jodoh yang sudah berlangsung ratusan tahun. (Foto: Darno for ZonaSultra.com)

ZONASULTRA.COM, BAUBAU – Ingin mencari jodoh bagi Anda yang lajang alias jomblo? Di wilayah Buton, Selawesi Tenggara (Sultra), ada kearifan lokal yang dapat menghilangkan status lajang. Kande tompa nama tradisinya, suatu ajang yang digunakan untuk mencari jodoh.

Malam itu, Sabtu (15/6/2019) pukul 9.00 Wita, hidangan sudah tersaji di atas karpet lesehan. Kue-kue, hingga camilan tradisional dihidangkan. Duduk bersila para gadis lajang menjaga sajian yang dibalut dalam wadah benama talang.

Itulah gambaran suasana kande tompa yang dilaksanakan di Desa Tolandona, Sangia Wambulu, Kabupaten Buton Tengah. Kande tompa merupakan ritual utama dari tradisi pakande-kandea masyarakat Buton.

Makanan itu untuk para tamu. Si penjaga hidangan wajib menyuapi tamu yang datang padanya. Sederhananya, para gadis lajang yang menjaga sajian tersebut menunggu lelaki yang kemungkinan dapat menjadi jodohnya.

(Baca Juga : Getir Hidup La Ode Pomusu, Sang Juara Internasional Layang-Layang Tradisional)

Sejatinya, tradisi kande tompa, termasuk rangkaian tradisi pakande-kandea, tradisi asli masyarakat Tolandona. Di zaman Kesultanan Buton, tradisi pakande-kandea dan kande tompa digunakan juga untuk menyambut tamu kehormatan. Meski begitu, ini baru cerita yang beredar di masyatakat, perlu referensi lebih lanjut untuk menjelaskan detail sejarah tradisi ini.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih
Para gadis penjaga talang saat duduk bersila di atas karpet lesehan menjaga talang yang berisi makanan.

Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali, sebagai simbol rasa syukur setelah menjalani ibadah puasa, dalam hal ini puasa Ramadan dan puasa Syawal.

(Baca Juga : Mengenal Tradisi Unik Kacang Jodoh di Wakatobi)

Para lajang untuk bertemu jodoh di gelaran kande tompa tetap harus secara alamiah. Caranya, si pria lajang menghampiri para gadis penjaga talang guna meminta disuapi hidangan. Di sinilah akan ada kecocokan hati atau tidak antara pria dan gadis penjaga talang tersebut.

“Ajang kande tompa itu kan selaku ajang bagi cewe-cewe (lajang) dan lelaki (lajang) untuk pencarian jodoh. Jadi tamu itu yang datang dan keluar, masuk disuapi (oleh) gadis-gadis yang jaga talang ini,” jelas Sahrul selaku lurah di Tolandona, Sabtu (15/6/2019).

Ritual Ratusan Tahun

Para penerima tamu kehormatan dalam acara pakande-kandea, satu rangkaian dengan kande tompa. Saat menyambut kedatangan Bupati Buton Tengah bersama rombongan.

Menurut Sahrul, dahulu, pemikiran masyarakat luar Tolandona selalu mengidentikkan Tolandona sebagai desa yang memiliki pemuda-pemuda yang nakal dan keras kepala. Lewat kande tompa opini itu ditepis.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Pakande-kandea termasuk juga kande tompa menurut histori kesultanan Buton, sudah digelar sejak ratusan tahun silam. Pakande-kandea secara istilah merupakan acara makan akbar. Sementara, kande tompa memiliki makna, makan dengan cara disuapi.

(Baca Juga : Yuk ke Samosir, Intip Uniknya Ajang Cari Jodoh di Festival Gondang Naposo)

Para gadis yang menjaga talang syaratnya mesti seorang lajang. Tidak mesti gadis yang menyuapi makanan kepada lelaki otomatis berjodoh. Kata sahrul, jika ingin berjodoh mesti ada ketertarikan satu sama lain.

Riska, salah seorang gadis yang menjadi penjaga talang, mengungkapkan soal niatannya mencari jodoh. Ia sudah kali kedua mengikuti ritual yang sama, namun belum dapat jodoh.

Riska mengikuti ritual kande tompa guna melestarikan tradisi leluhurnya. Lebih jauh, ia ingin mencari pengalaman bersua banyak orang.

“Belum (dapat jodoh), siapa tahu kalau ada jodoh,” katanya malu-malu di hadapan wartawan.

Ritual kande tompa di Tolandona berlangsung hingga pukul 12.00 malam. Setelah itu dilanjutkan dengan acara joget hingga fajar menyingsing. (B/SF)

 


Penulis : M6
Editor : Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini