Karim, Mantan Atlet Disabilitas Berprestasi Kini Jadi Pemulung di Usia Tua

1088
Karim, Mantan Atlet Disabilitas Berprestasi Kini Jadi Pemulung di Usia Tua
JADI PEMULUNG - Mantan atlet lari andalan Sultra diera 90 an La Ode M Karim harus menjadi seorang pemulung, Ini disebabkan janji-janji pemerintah yang akan memberikan bonus, rumah hingga diangkat menjadi PNS tidak ada yang terealisasi. M Rasman Saputra/ZONASULTRA.COM

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Punya keterbatasan pada satu kakinya, tak membuat La Ode M. Karim menyerah pada keadaan. Untuk tetap bertahan hidup ia kini menjadi pemulung demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Setiap pagi hingga senja menjemput, Karim harus mengayuh becak dengan hanya mengandalkan satu kakinya keliling kota Kendari mengais tumpukan sampah yang nanti menjadi rupiah. Begitu setiap hari pekerjaan yang harus dilakoninya.

Mantan Atlet Lari penyandang disabilitas andalan Sultra La Ode M Karim itu, pernah mengharumkan nama Provinsi Sulawesi Tenggara pada pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas) tahun 1993 di Jogjakarta dengan berhasil meraih medali perak, dan medali perunggu saat Porcanas tahun 2004 di Bali.

Kondisi seperti ini tentunya sangatlah memprihatinkan, sebab dengan prestasinya pria kelahiran Lombe 1 September, 50 tahun silam tersebut harusnya tidak bernasib seperti sekarang ini dengan menggantungkan hidupnya dengan menjadi pemulung.

Baca Juga : Kisah Guru Honorer di Koltim, Berjalan Kaki 14 Kilometer untuk Bisa Mengajar

Saat masih aktif menjadi Atlet, Karim pernah dijanjikan pemerintah daerah mulai dari bonus uang, rumah hingga diangkat menjadi PNS. Namun, janji tinggal janji tak satu pun yang terealisasi.

Kecewa sudah pasti dirasakan oleh ayah tiga orang anak ini. Meski berasal dari Sulawesi Tenggara? La Ode M Karim pertama kali merintis karirnya menjadi seorang atlet lari penyandang cacat di Makassar Sulawesi Selatan.

Dirinya memilih pindah dari Sulawesi Selatan karena tergiur janji Ketua Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Sultra saat itu, Madatuang akan diurus menjadi PNS.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

“Saat itu saya sempat diminta oleh teman-teman saya di Makassar untuk tetap menjadi atlet di sana. Tetapi karena bujukan dari Madatuang saya akhirnya pindah menjadi atlet Sultra,” tutur Karim di kediamannya Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Rabu (6/2/2019).

Karim menceritakan, keterbatasan pada kakinya akibat kecelakaan lalu lintas yang dialaminya 40 tahun silam di Papua.

Sebelum menjadi seorang pemulung Karim bekerja sebagai seorang tukang becak, tetapi karena penghasilan sebagai tukang becak dirasakan sangat kecil dirinya kemudian beralih menjadi pengumpul barang bekas.

Baca Juga : Nestapa Honorer K2, Gaji Minim Nasib Tak Jelas

Hasil dari mengumpulkan barang bekas ini dinilainya cukup besar untuk membiayai keluarganya, serta membayar kontrakan rumahnya. Untuk kontrakan rumah tersebut Karim harus merogoh koceknya sebesar Rp 800 ribu per bulannya.

Karim, Mantan Atlet Disabilitas Berprestasi Kini Jadi Pemulung di Usia Tua“Saat ini saya sudah mensyukuri apa yang saya dapatkan dengan menjadi seorang pemulung. Kalaupun prestasi apa yang saya telah berikan buat daerah saya anggap sebagai persembahan buat daerah,”ungkapnya lirih.

Tetapi dibalik semua itu, Karim merasa apa yang dijalaninya sekarang ini adalah sebuah takdir yang mesti dihadapinya. Kedepannya ia berharap tidak ada lagi atlet di Sultra yang merasakan nasib seperti dirinya.

National Paralympic Committe (NPC) Sultra, sebagai organisasi yang menaungi pembinaan olahraga cacat di Bumi Anoa hendaknya bisa menyikapi hal seperti ini.

Ketua NPC Sultra Kamaruddin menyatakan, untuk persoalan yang dialami oleh La Ode M Karim ini pihaknya akan tetap memperjuangkan. Pihaknya akan menyampaikan ke NPC pusat terkait kondisi atlet tersebut.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

“Kami menyadari La Ode M Karim ini sudah banyak memberikan yang terbaik buat Sultra. Jadi kami tidak akan tinggal diam akan hal tersebut,”ungkapnya.

Prestasi yang diberikannya selama ini sangat layak mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Provinsi Sultra. Selain itu juga apa yang dirasakan oleh La Ode M Karim ini tidak membuat anak muda yang ingin menjadi atlet enggan untuk menekuni olahraga karena trauma kejadian yang menimpa La Ode M Karim terjadi pada mereka.

Baca Juga : Nuraeni Bausat, Lansia di Kendari yang Aktif Mengajar Bahasa Inggris

Ketua komisi IV DPRD Sulawesi Tenggara Yaudu Salam Ajo mengungkapkan, kasus yang dialami La Ode M Karim ini seharusnya tidak terjadi. Sebab seorang mantan atlet berprestasi haruslah mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

Politisi asal Partai Keadilan Sejahtera ini mengingatkan pemerintah untuk mendata atlet dan mantan atlet berprestasi di Sultra. Dengan begitu, tidak ada lagi atlet yang akan bernasib sama dengan La Ode M Karim.

Lantas bagaimana perhatian pemerintah Sultra, Dinas Pemuda dan Olahraga Sultra sebagai instansi teknis tidak akan tinggal diam. Jaya Bhakti, selaku kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sultra menerangkan, pihaknya akan melakukan pendataan para atlet berprestasi di Sultra.

“Kami saat ini sedang membuat data base terkait atlet berprestasi di Sultra. Dimana atlet seperti La Ode M Karim ini akan kami data dan akan kami pikirkan bagaimana memberikan apresiasi terhadap prestasinya,” terangnya. (b)

 


Kontributor : Rasman
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini