Kebiasaan Isap Ibu Jari Dapat Mengganggu Pertumbuhan Gigi Anak

190
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kebiasaan buruk yang sering dilakukan seperti mengisap ibu jari, menggigit plastik, dan menggigit kuku serta menggesek gigi tanpa sadar saat tidur akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan rahang dan gigi anak.

Ilustrasi
Ilustrasi

drg. Dian Fatmawati mengatakan, dampak lainnya akan terjadi maloklusi gigi atau bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang. Ia menuturkan, kebiasaan anak menggigit ibu jari, akan berefek pada langit-langit menjadi dalam dan sempit. Selain itu, kebiasaan menggesek-gesek gigi pada saat tidur malam hari akan terjadi abrasi pada gigi atau terkikis.

Menurutnya, menggesek-gesek gigi tanpa sadar berdampak pada anatomi gigi yang akan berjejal nantinya. Sementara anak yang biasa menggigit kuku dan menggigit plastik efeknya akan terjadi maloklusi gigi.

BACA JUGA :  Minum Kopi Pahit Bisa Menurunkan Gula Darah? Ini Penjelasannya

“Perubahan akan kelihatan pada saat gigi tetap tumbuh,” ujar Dian saat diwawancarai di Klinik Dental Care Jalan Sao-Sao Kendari, Rabu (27/9/2017).

Ia menjelaskan, solusi ketika kebiasaan buruk itu sering dilakukan adalah tindakan perawatan pada gigi. Untuk memperbaiki gigi akibat dari kebiasaan mengisap ibu jari, menggigit plastik, dan menggigit kuku sebaiknya pada anak dipasangkan kawat gigi agar struktur giginya tetap rapi.

Sementara, untuk kebiasaan menggesekkan gigi bisa dilakukan dengan pemakaian night guard. Jelas dia, night guard itu ditujukan untuk melindungi gigi dari gesekan yang selalu dilakukan tiap malam tanpa sadar.

BACA JUGA :  Minum Kopi Pahit Bisa Menurunkan Gula Darah? Ini Penjelasannya

Selain itu, dengan pemakaian night guard dapat mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Setelah memakai night guard, dilanjutkan dengan pemakaian kawat gigi atau ortodontik untuk memperbaiki maloklusinya.

“Berbagai macam alat perawatan dipakai bergantung dengan kebiasaan buruk yang sering dilakukan,” tambahnya.

Selanjutnya, merapikan anatomi gigi yang tidak beraturan. Walaupun kebiasaan buruk tersebut hilang, namun ketika gigi baru tumbuh gigi berjejal tetap terjadi. Kadangkala pula Maloklusi tidak terjadi, namun kata Dian hampir 90 persen orang Indonesia mengalami Maloklusi gigi. (B)

 

Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini