Kerusuhan 22 Mei, Ujian Puasa Ramadan di Jantung Ibukota

380
UNJUK RASA - Massa aksi yang berunjuk rasa di komplek Gedung Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI). (Rizki Arifiani/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Bulan suci ramadan yang seharusnya diisi dengan ibadah dan perbanyak amal saleh nyatanya diwarnai kerusuhan di jantung ibukota, Jakarta. Pada 21-22 Mei terjadi kerusuhan antara massa aksi yang berunjuk rasa dengan aparat kepolisian di komplek Gedung Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI).

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menetapkan hasil rekapitulasi perolehan suara nasional Selasa (21/5/2019) pukul 01.46 dini hari. Hasilnya, Paslon 01 Jokowi-Ma’ruf unggul dengan 55,50 persen suara. Dedangkan Prabowo – Sandiaga 44,50 persen.

Waktu sahur pun lebih banyak diisi dengan persoalan politik. Penetapan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada dini hari tersebut mengundang berbagai reaksi. Terutama pendukung paslon 02 Prabowo-Sandi yang merasa tercurangi.

Pada hari itu juga, Prabowo yang didampingi Sandiaga Uno menegaskan pihaknya menolak seluruh keputusan yang disampaikan KPU terkait pilpres 2019. Prabowo menganggap pengumuman rekapitulasi nasional Pilpres yang dilaksanakan pada dini hari adalah waktu yang janggal dan diluar kebiasaan.

“Kami pihak paslon 02 menolak semua hasil perhitungan suara pilpres yang diumumkan KPU pada 21 Mei dini hari tadi,” tegas Prabowo.

Kerusuhan 22 Mei, Ujian Puasa Ramadan di Jantung Ibukota
KERUSUHAN – Kerusuhan yang terjadi (22/5/2019) dini hari. (Rizki Arifiani/ZONASULTRA.COM)

Jelang sore, massa aksi tolak hasil pemilu sudah memadati pelataran Bawaslu RI yang sudah dijagai aparat kepolisian. Mereka berunjuk rasa menuntut pasangan 01 Jokowi-Ma’ruf didiskualifikasikan karena diduga melakukan kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif.

Kepolisian RI memberikan toleransi waktu kepada massa agar membubarkan diri usai salat tarawih. Massa aksi pun sempat melakukan tarawih berjamaan di depan kantor Bawaslu dan segera membubarkan diri usai dihimbau untuk bubar sekira pukul 21.00 WIB dengan kondusif.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Kendati demikian, sekitar pukul 23.00 WIB tiba-tiba muncul kelompok massa yang tak jelas asalnya, melakukan tindakan provokatif dan anarkis di depan gedung Bawaslu. Massa mulai merusak security barrier dan memprovokasi petugas. Petugas TNI dan Polri pun menghalau massa dan memukul mundur ke beberapa ruas jalan Sabang dan Wahid Hasyim. Tapi ternyata massa malah melempari batu, molotov, petasan ukuran besar ke arah petugas. Ricuh pun tak terhindarkan.

Kerusuhan 22 Mei, Ujian Puasa Ramadan di Jantung Ibukota

Kemudian sekitar pukul 02.45 WIB, Rabu (22/5/2019) ada sekelompok massa yang lain dari massa yang tadi sudah terurai muncul di beberapa titik. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan ketika polisi sedang mengamankan massa yang brutal di Tanah Abang, muncul massa anarkis lain di Jalan Sabang, Jakpus, dan Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Barat.

“Pada saat bersamaan pukul 03.00 WIB ada 200 massa di KS Tubun. Diduga itu massa sudah disiapin dan disetting,” kata Iqbal di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).

Dari beberapa peristiwa tersebut, berbagai data sudah didapat. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, mayoritas para perusuh berasal dari luar Jakarta, persisnya dari Jawa Barat, Banten dan ada dari Jawa Tengah.

Jakarta Mencekam

Kerusuhan 22 Mei, Ujian Puasa Ramadan di Jantung Ibukota

Rabu (22/5/2019) Jakarta menjadi mencekam. Terutama di perkampungan sekitar tempat terjadi kerusuhan. Santap sahur pun diiringi suara bom molotov dan lemparan batu-batu di Jalan KS. Tubun.

BACA JUGA :  Seorang Wanita di Kendari Jadi Korban Salah Tembak Polisi

“Iya rusuh jam 4 lebih di Brimob. Di tempat parkiran pinggir jalan mobil dibakar sama massa yang gak bertanggung jawab,” kata Lutfiah, warga jalan Petamburan II saat dikonfirmasi awak ZONASULTRA.COM.

Tak hanya perkampungan mencekam, seluruh pemilik kios di Tanah Abang memilih tutup, tak berjualan. Ramadhan yang seyogyanya ramai pembeli jelang lebaran memilih menghindar dari Tanah Abang yang sempat menjadi lokasi kerusuhan. Bisa dibayangkan miliaran transaksi hilang dalam sehari di Tanah Abang.

“Rugi pakai banget lah Ka, gak tau rugi berapa,” kata pemilik Kios Atlantic Shop Blok B Tanah Abang.

Kerusuhan 22 Mei, Ujian Puasa Ramadan di Jantung Ibukota

Hal senada juga disampaikan pemilik Kios Algonquins Tanah Abang. “Mau tanya rugi berapa, gak bisa dihitung pokoknya,” tukasnya.

Kedai dan toko disekitar MH. Thamrin pun tutup. Sarinah yang biasanya ramai untuk buka puasa, Starbuck Cafe yang biasanya menjadi tempat titik bertemu mendadak sunyi mencekam. Hanya ada massa demontran yang masih berdatangan untuk aksi, aparat petugas keamanan serta awak media yang sedang melakukan aktifitasnya.

Sebagian kantor di sekitarnya pun memilih meliburkan karyawannya. Jalanan menuju jantung Ibukota itu menjadi lengang seperti saat lebaran. Jalanan Jakarta menjadi sepi bukan karena ditinggal mudik penghuninya, melainkan ketakutan masyarakat untuk melewati jalan tersebut.

Aksi pun masih berlanjut di Gedung Bawaslu RI. Presiden Jokowi maupun capres Prabowo telah memberikan keterangan pers dan menghimbau masyarakat untuk menjaga ketertiban, keamanan dan merajut kembali persatuan. (*/SF)

 


Penulis : Rizki Arifiani
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini