Kilas Balik Debat Pilgub Sultra

817
Kilas Balik Debat Pilgub Sultra

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Debat publik calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahap satu telah berakhir. Masing-masing calon berjanji di hadapan publik untuk membangun Sulawesi Tenggara (Sultra).

Debat dibagi dalam lima sesi. Sesi pertama, seluruh paslon diberikan kesempatan memaparkan visi-misinya.

Calon gubernur Ali Mazi menuturkan, Sultra yang aman menunjuk pada kondisi dinamis keamanan teritorial dan tertib sosial di mana masyarakat terbebas dari kejahatan, kekerasan dan situasi-situasi kritis yang berasal dari sumber eksternal maupun internal, serta dapat mengunakan pilihan-pilihannya dengan bebas dan bertanggung jawab.

Dikatakan, kondisi aman mempunyai tujuh pilar yakni, aman ekonomi, aman pangan, aman kesehatan, aman lingkungan, aman pribadi, aman komunitas, dan aman politik.

“Secara kualitas, kondisi jalan di Sultra belum cukup baik dan berada jauh di bawah rata-rata nasional. Jika kami menjadi gubernur dan wakil gubernur, maka kami akan meningkatkan kualitas jalan di Sultra, sehingga perekonomian masyarakat bisa meningkat,” ujar Ali Mazi dalam pemaparannya, Kamis (5/4/2018) malam di Hotel Grand Clarion Kendari.

Debat Pilgub Sultra, Ini Visi Misi Para Kandidat
DEBAT PUBLIK – Para pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) memaparkan visi misinya dalam debat publik pemilihan Gubernur (pilgub) Sultra 2018, di Grand Clarion Hotel Kendari, Kota Kendari, Kamis (5/4/2018). (RAMADHAN HAFID/ZONASULTRA.COM)

Kesempatan kedua diberikan pada pasangan nomor urut 2. Namun pada debat publik ini hanya diikuti oleh Hugua, sebab calon gubernur Asrun ditahan KPK. Dalam pemaparannya, Hugua memaparkan tujuh program unggulan yang dikemas dalam visi Sultra Emas 2023. Salah satu yang digarisbawahi adalah pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dan terkoneksi.

“Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur, sarana dan prasarana yang terintegrasi dan terkoneksi antar moda transportasi darat, laut, dan udara dalam rangka pemenuhan layanan dasar dan peningkatan daya saing daerah,” tutur Hugua.

(Baca Juga : Debat Pilgub Sultra, Ini Visi Misi Para Kandidat)

Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan sinergi pembangunan daerah melalui kerjasama antar pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk menjamin keserasian dan pemerataan pembangunan antar wilayah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil, beretika, dan berdaya saing melalui akses pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pasangan nomor urut 3, Rusda Mahmud-Sjafei Kahar bertekad menjadikan Sultra sebagai provinsi termaju yang dikemas dalam visi “Sultra yang Lebih Cepat Maju, Mandiri, Adil, dan Sejahtera”.

Untuk mewujudkan Sultra sebagai provinsi termaju, pasangan ini akan memberikan peluang seluas-luasnya kepada pihak swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa mengandalkan dana pembangunan dari pemerintah semata tidak akan memadai dalam melakukan berbagai terobosan untuk mempercepat pembangunan.

“Ke depan Sultra di bawah kepemimpinan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar akan bertindak sebagai regulator yang memberikan kesempatan dan peluang serta kepastian usaha bagi pihak swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembangunan,” ungkap Rusda.

Pertanyaaan Panelis

Sesi kedua, masing-masing paslon menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh panelis. Lima panelis berasal dari Bumi Anoa. Kelimanya adalah Muhammad Zamrun, Weka Widyati, R. Marzuki Iswandi, La Sara dan Hasanuddin Boa.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Dalam sesi ini, tiap pasangan calon mendapat dua pertanyaan dengan waktu menjawab selama 1 menit 30 detik. Seluruh paslon mengambil sendiri pertanyaan yang telah disiapkan oleh panitia pelaksana dengan cara mengambil satu gulungan kertas yang berisi pertanyaan.

Debat Pilgub Sultra
Foto : video.metrotvnews.com

Kesempatan pertama jatuh kepada pasangan calon Rusda-Sjafei. Pertanyaannya berkaitan dengan kemajuan teknologi dan pariwisata yang dianggap akan membawa budaya negatif dari luar. Rusda diminta menjelaskan program kongkrit untuk menangkal budaya negatif melalui peningkatan kualitas spiritual masyarakat dan budaya lokal.

Pertanyaan ini dijawab oleh Sjafei Kahar. Menurutnya, cara menangkal pengaruh budaya negatif salah satunya adalah lewat peningkatan daya spiritual masyarakat dengan cara meningkatkan kualitas pengajian. Selain itu, peningkatan mutu olahraga juga dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga kearifan lokal.

(Baca Juga : Debat Cagub Sultra, Rektor UHO: Jawaban Hugua Sedikit Sesuai Dibanding Paslon Lain)

“Salah satu cara adalah bagaimana meningkatkan kegiatan keagamaan dan olahraga. Kalau dulu dimana-mana ada kegiatan keagamaan tidak ada anak muda yang duduk di deker,” kata Sjafei Kahar.

Kesempatan kedua diberikan kepada wakil gubernur paslon nomor urut 2, Hugua. Hugua ditantang untuk memberikan solusi mengenai pembangunan wilayah laut demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Sultra.

Hugua mengatakan fasilitas nelayan harus difasilitasi oleh pemerintah sebagai usaha mendukung kinerja para nelayan. Selain itu, harus ada perda yang mengatur sinergitas antara daerah dan provinsi.

“Harus ada perda yang kuat antara pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan pemerintah nasional,” kata Hugua.

Kesempatan ketiga paslon nomor 1, Alimazi-Lukman Abunawas. Pertanyaan yang diberikan panelis untuk paslon nomor satu adalah bagaimana upaya pembangunan Sultra untuk mewujudkan Indonesia poros maritim dunia.

Alimazi mengatakan, tol laut adalah salah satu solusi untuk menunjang kegiatan masyarakat, khususnya nelayan. Selain itu, program tol laut ini juga dimaksudkan agar terbangun percepatan ekonomi di Bumi Anoa.

“Kita membutuhkan bagaimana membangun pabrik perikanan. Seperti di Konawe untuk solusi masalah perikanan di Sulawesi Tenggara ini,” kata Alimazi.

Saling Serang

Sesi ketiga adalah sesi tanya jawab antara paslon. Kesempatan pertama adalah paslon nomor 1 kepada pasangan calon nomor urut 2. Alimazi meminta Hugua untuk menjelaskan program unggulan berkaitan dengan reformasi birokrasi.

Hugua mengatakan, peningkatan pelatihan dari level bawah hingga provinsi harus rutin diberikan. Selain itu intensif juga harus rutin diberikan kepada para pegawai yang berprestasi. Tak tanggung-tanggung Hugua mengatakan akan memberikan fasilitas agar imam-imam berprestasi bisa melaksanakan umrah. “Kalau mereka berprestasi maka harus ditambah pendapatannya dengan cara menyeluruh,” kata Hugua.

Selanjutnya kesempatan paslon nomor 2 untuk bertanya ke paslon nomor urut tiga. Kejadian lucu terjadi pada sesi ini. Pasalnya, Hugua malah melontarkan pertanyaan kepada paslon nomor satu. Sontak kejadian ini mengundang gelak tawa para hadirin. Sekalipun demikian, Rusda tetap menjawab pertanyaan Hugua yang meminta solusi agar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bisa berkualitas.

Peserta Debat Cagub dan Cawagub Sultra Disambut Tari Tradisional
TARIAN TRADISIONAL – Tarian tradisional mengiringi seluruh calon Saat Naik ke Panggung Debat. Seluruh penari berasal dari gabungan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Mahasiswa dari universitas yang ada di Kota Kendari. (LUKMAN BUDIANTO/ZONASULTRA.COM)

Rusda kemudian menjawab dingin dengan membandingkan PDAM di Kabupaten Kolaka Utara. Menurutnya PDAM di Kolut sangat representatif sebagai PDAM yang sehat. “Di Kolaka Utara PDAM-nya sehat pak. Namanya PDAM tanpa nama. Karena sehatnya maka PDAM-nya tanpa nama,” kata Rusda.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Yang terakhir dalam sesi ini adalah kesempatan paslon nomor urut 3 untuk bertanya kepasda paslon nomor urut 1. Rusda meminta kepada Alimazi untuk memaparkan keberhasilannya selama menjadi gubernur Sultra selama lima tahun.

Alimazi memamerkan Bandar Udara Halu Oleo Kendari dan tugu religi MTQ yang dianggapnya sebagai keberhasilan dominannya saat menjabat gubernur selama lima tahun. Pemekaran beberapa daerah di era kepemimpinannya juga diklaim Alimazi sebagai sebuah keberhasilan dari tahun 2003-2008.

Rusda kemudian menganggap jawaban Alimazi terkesan mengklaim tanpa dasar. Pasalnya, pelaksanaan MTQ dan pembangunan Bandara adalah anggaran dari pusat atau menggunakan APBN.

“Inilah perbedaannya gubernur dan bupati. Bandara itu menggunakan APBD bukan anggaran dari pusat. Jadi ini tidak benar jika saya dikatakan menggunakan APBN. Saya mulai dari Rp5 miliar,” terang Alimazi kepada Rusda.

Yang menarik juga dalam sesi ini ketika Hugua meminta paslon nomor 1 untuk menjelaskan prestasi bertaraf internasional yang telah ditorehkan. Tentunya pertanyaan ini disertai dengan jualan prestasi Hugua selama memimpin Kabupaten Wakatobi. Menurut Hugua, dirinya telah meraih prestasi bertaraf internasional lewat pembangunan wisata di Wakatobi.

Namun hal itu dijawab dengan serangan balik oleh Lukman Abunawas. “Kita terkenal di tingkat internasional tapi rakyat sengsara, apa gunanya,” sindir Lukman kepada Hugua. Lukman mengatakan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wakatobi hanya 53 persen.

Closing Statement

Pernyataan penutup atau closing statement digunakan sebagai jualan terakhir para calon kepada publik. Seluruh paslon diberikan waktu selama satu menit untuk memaparkan argumen penutup. Hugua mendapat kesempatan pertama.

Dalam kesempatannya, Hugua mengajak seluruh masyarakat untuk memilih paslon nomor urut 2. Hugua berjanji akan mempercepat pembangunan dua kali lipat jika paslon nomor urut dua terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur. “Kita lanjutkan program Nur Alam,” tutup Hugua.

Kesempatan kedua diberikan kepada paslon nomor tiga, Rusda-Sjafei. Dalam pernyataan penutupnya, Rusda berpantun. Begini isi pantunnya: “Kain sutra warna memikat. Benih terpilih bersinar jingga. Kalau ingin Sultra maju lebih cepat. Ayo pilih nomor tiga” kata Rusda.

Alimazi dalam closing statementnya berjanji akan membuat Sulawesi Tenggara bisa bersaing dengan daerah-daerah lainnya jika terpilih menjadi gubernur Sultra. Debat kemudian diakhiri dengan tari lulo oleh seluruh pasangan calon. Seluruh pasangan calon bersama penari tradisi begandengan tangan sambil menari bersama.

Pendapat Akademisi Terkait Debat

Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Muhamad Zamrun menjadi salah satu panelis dalam debat Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sulawesi Tenggara (Sultra) 2018. Saat dimintai tanggapannya sebagai seorang akademisi perihal penilaiannya di debat yang telah terselenggara, Zamrun menganggap seluruh paslon masih harus banyak belajar.

rektor uho Muhamad Zamrun
Muhamad Zamrun

Sekalipun demikian, Zamrun menilai jawaban Hugua lebih berkesesuaian jika dibandingkan dengan jawaban paslon lainnya.

“Kalau kita lihat dari segi pertanyaan yang diajukan dengan jawaban yang diberikan oleh pasangan calon, paling mendekati itu Pak Hugua,” kata Zamrun di lokasi debat, Kamis (5/4/2018) malam.

Agar debat pada sesi berikutnya bisa berjalan lebih alot, Zamrun menghimbau kepada seluruh paslon untuk mempersiapkan diri secara matang.

“Di debat kedua nanti diharapkan agar semua belajar lebih bagus lagi, dan satu lagi, fokus,” jelas Zamrun. (A)

 


Penulis: Lukman Budianto
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini