Kisah Asrullah, 5 Tahun Berjuang Melawan Penyakit Step

734
Kisah Asrullah, 5 Tahun Berjuang Melawan Penyakit Step
Asrullah

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Masa kanak-kanak adalah salah satu momen terindah dalam kehidupan manusia. Pada masa ini manusia sudah mulai mengenal lingkungan sekitar dan bersosialisasi dengan sebayanya.

Namun hal tersebut tak dirasakan oleh Asrullah (6). Ia harus berjuang melawan penyakit step (kejang) sejak usia 5 bulan. Asrullah merupakan buah hati dari pasangan Rusman (38) dan Naima (45) yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Zonasultra.com mendatangi kediaman keluarga ini di Jalan Kapten Piere Tendean, Lorong Lapas Kendari, Kelurahan Watubangga, Kecamatan Baruga atau tepatnya depan Fakultas Hukum Universitas Sulawesi Tenggara (Sultra), Sabtu (12/5/2018). Rumah dengan luas sekitar 4×2 meter dan berdindingkan papan itu menjadi saksi perjuangan Asrullah bersama keluarganya untuk bertahan hidup.

Sambutan hangat ditunjukkan oleh Naima saat kami mengucapkan salam untuk masuk ke dalam rumah. Terlihat dua anaknya yang lain sedang menemaninya bersama Asrullah. Asrullah dalam posisi terbaring di atas kasur diselimuti sarung berwarna coklat. Asrullah terlihat sangat kurus dan kedua matanya dalam keadaan tidak normal, layaknya penyakit katarak. Ia hanya sesekali mengeluarkan suara.

Naima menjelaskan, saat usia 5 bulan anaknya tiba-tiba diserang kejang-kejang dan panas tinggi hingfa 40,7 derajat celcius. Padahal saat itu kondisi tubuh Asrullah gemuk dan sudah mulai belajar merangkak. Sontak ia bersama sang suami langsung membawa Asrullah ke RSUD Bahteramas selama 22 hari. Asrullah sempat dirawat 4 hari di dalam incubator, namun tepat dihari ke-22 ia dinyatakan boleh pulang oleh dokter.

Setelah itu, Naima berusaha melakukan rutinitas pengobatan untuk anaknya dengan mengunjungi dokter praktek, namun karena biaya yang mahal ia pun tidak lagi membawa anaknya ke dokter praktek dan hanya dirawat di rumah dengan pengobatan seadanya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

(Baca Juga : Kisah Pilu Wa Halima Nenek Renta, Merawat Putrinya yang Lumpuh)

“Saya juga pernah bawa di terapi Happy Dream. Diagnosa dokter anak saya kena step dan menyerang saraf. Sekarang kalau kenapa-kenapa saya kasih saja obat biasa seperti sanmol. Alhamdulilah juga nafsu makan masih lancar dan tidak ada kendala. Hanya itu saja, setiap tiga bulan pasti satu kali datang stepnya,” jelas Naima kepada zonasultra.id.

Tak Terdaftar JKN-KIS

Keluarga Naima tidak masuk dalam pendataan pihak kelurahan setempat untuk mendapatkan jaminan kesehatan nasional atau Kartu Indonesia Sehat (KIS), padahal mereka merupakan keluarga kurang mampu. Ini juga yang menjadi salah satu kendala anaknya tidak dibawa ke rumah sakit untuk tindakan medis lebih lanjut. Ketika anaknya terkena step ia pun melakukan pengobatan sederhana dengan membuka baju sang anak kemudian ia dekap sampai kondisi sang buah hati membaik.

Kisah Asrullah, 5 Tahun Berjuang Melawan Penyakit Step Salah satu momen yang tidak pernah dilupakan oleh Naima dan keluarga saat Asrullah dalam kondisi seperti mayat yang tidak lagi bernapas serta sekujur tubuhnya putih pucat. Waktu itu keluarga dari Naima sudah datang ke rumahnya dan membacakan Surat Yasin.

“Waktu itu anakku usia 4 tahun, tapi saya tidak yakin kalau anak saya akan meninggal. Naluri ibu tidak bisa dibohongi, saya gendong anak saya, saya dekap dan saya beroda kepada Allah, ‘Ya Allah jika Engkau ingin mengambil titipan-Mu ini saya ikhlas. Tapi jika Engkau masing ingin memajangkan umur anakku, satu hal yang saya minta ya Allah jadikan dia sebagai penghafal Alquran,” ungkap Naima dengan uraian air mata.

Sekejab tubuh Asrullah mulai memerah dan matanya terbuka serta mengeluarkan air mata. Naima pun mengeluarkan kata pujian untuk Allah karena anaknya kembali hidup. Setelah itu, kebiasaan Asrullah sebelum tidur adalah mendengarkan ayat suci Alquran. Beberapa surah yang paling disenanginya adalah Al Kahfi, Al Mulk dan Ar Rahman. Naima juga menambahkan setiap ia selesai salat wajib dan tahajud ia selalu memangku anaknya.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

“Anak saya ini sangat peka perasaanya, kalau ada dalam rumah suasana tidak baik maka dia selalu rewel menangis tapi tidak mengeluarkan air mata. Jadi saya berusaha untuk melampiaskan amarah di luar rumah,” tukasnya.

Salah satu harapan terbesar Naima saat ini adalah anaknya bisa bicara sehingga mampu melafaskan ayat suci Alquran di tengah kekurangannya saat ini. Ia pun selama ini tidak ingin memamerkan kondisi anaknya di media sosial agar mendapatkan belah kasihan dari orang lain. Ia tak ingin dikatakan sebagai seorang pengemis.

Naima dan sang suami terus berusaha mencari nafkah untuk ketiga anaknya: Saiful (12) yang saat ini duduk sebagai siswa SMP, Alisa (8) duduk di bangku sekolah dasar dan Asrullah (6). Rusman sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot dan Naima menjadi pedagang cendol keliling.

“Alhamdulilah cukup lah, kami untuk makan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kami. Intinya kami tidak ingin anak kami ini menjadi anak jalanan yang tidak berpendidikan,” jelas Naima.

Ketika sang ibu dan ayahnya sedang bekerja, Saiful lah yang menjaga Asrullah dan selama menjaga sang adik ia merasa tidak keberatan waktu bermainnya harus tersita karena ia sangat menyayangi adiknya. (A)

 


Penulis: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini